Thursday 21 January 2016

Make Up dan Semangat Untuk Mencoba

Make up? tahunya cuma bedak, pensil alis sama pelembab, udah!!. Gak Masalah, toh ketiganya juga termasuk alat make up. Selain ketiga benda itu pengetahuan saya tentang make up benar-benar cethek. Apalagi masalah merknya, saya benar-benar kurang paham. Ya jadi jangan bahas soal merk-merk make up sama saya lah.. Gak bakal nyambung, sumpah! 


Bicara masalah make up, akhir-akhir ini tepatnya setahun terakhir saya jadi akrab dengan mereka. Kenapa? Karena kalau ada tanggapan ya harus dimake up. oh iya, sudah satu tahun ini saya gabung dengan grup reog Ponorogo Cahaya Budaya. Jadi mau ndak mau saya harus dirias ketika akan pentas. walaupun masih nggak ngeh beda merk satu dengan lainnya, pokoknya kalau yang satu dipakai lebih bagus daripada yang satunya berarti itu merknya lebih bagus dan mahal haahahaa. Bener tho?



Dulu, kalau ada pementasan selalu dimake up sama orang lain, tapi lama kelamaan saya mulai belajar lah sedikit2. Kan nggak enak juga kalau setiap pentas ngrepotin orang,nanti malah di bilang "uwong kok panggah ngrepoti ae" Pernah ada kejadian, waktu itu grub kami (read: reog ponorogo) ditanggap sama orang disuruh ikut karnaval. Kebetulan besoknya ada tanggapan lain jadi para penari cewek (read: jathil) disarankan nggak ikut karnaval tsb, toh cuma jalan. Nanti capek katanya. 

Saya dan teman-temanpun setuju untuk nggak ikut karnaval. Tapi kami diberi tugas untuk merias para cewek yang menggantikan kami, kan g asyik kalau reog ponorogo tanpa jathil. Waktu itu saya nekat mau merias seekor anak orang, padahal merias diri sendiri saja masih belepotan. Tapi entah apa yang saya fikirkan, saya benar2 pengen nyoba, kan nggak salah. kapan lagi ada orang yang mau saya rias?? untuk persiapam sebelum hari-H saya mencoba merias keponakan sebagai bahan percobaan. kalau difikir kok mau2nya gitu keponakan saya dipakai sebagai kelinci percobaan. tentu saja saat itu saya bersyukur karena dia mau, soalnya saya nggak punya stok mau membohongi siapa lagi kalau bukan dia HAHAHAHA *ketawajahat*. 


Besoknya, dengan tekad dan semangat 45 layaknya mau ketemu gebetan, saya merealisasikan keinginan untuk merias orang. Hasilnya? jedeeerrrrr Jangaan tanya, ancurrrrrr, hati saya juga hancur wktu lihat hasilnya, rasanya kayak pas tahu mantan pacar sudah punya pacar baruu *ehhhhh. waktu saya sadar, ternyata saya nggak bisa merias orang huhu,


Setelah kejadian itu saya nggak pernah membiarkan tangan saya ini merias orang, karena saya takut nanti hancur lagi. sama kayak saya yang nggak mau balikan sama mantan, karna takut endingnya bakal sama, kayak baca buku yg sama dua kali, sorry jadi curhat. but, i must move on cz show must go on. Karena saya masih penasaran, saya memutuskan untuk belajar, belajaaar dan belajar. tapi kali ini dengan wajah sendiri. taulah saya nggak tega bo'ongin ponakan lagi, kasian. hasilnya sekarang saya sudah bisa. yeeeeee

Iya saya sudah bisa rias sendiri maupun merias orang. Hasilnya ya nggak bisa halus banget kayak di salon2 mahal, tapi saya cukup puaslah.



Saya berharap kalian juga sama, jangan cepat menyerah dengan apa yang kalian inginkan. seperti saya, awalnya benar2 nggak bisa dan nggak ngerti apa2, bahkan pernah gagal tapi tetap berusaha sampai pada titik dimana saya mendapatkan hasil dari usaha tersebut. 



Gagal dan usaha lagi bagi saya seperti tahu kalau pacaran bakal sakit waktu putusnya tapi tetep pengen nyoba haha. termasuk proses untuk mencapai titik ini, bukan hanya dalam urusan make up tapi juga untuk urusan yang lain. mantan misalnya. intinya jangan takut dengan kegagalan, tetap berusaha itu penting. duh kok mulek yo..








Dan ini foto saya lagi makeup-in teman saya yang mau ikut karnaval


bisa menemui penulis di FB. https://www.facebook.com/boutcah.aiiyu

Monday 18 January 2016

Pantai Sine Tempat Untuk Melupakan Mantan

Minggu, 17 januari 2015
Pagi itu saya  bangun pukul 07:00 itupun karena mendapat telephon dari sepupu yang meminta untuk mengantar anaknya pijat ke dukun bayi. Alih-alih bergegas mandi dan menyiapkan diri, saya malah memasukkan baju ke mesin cuci dan kembali tidur sampai sepupu saya datang dan seketika mengomel ketika melihat saya masih kumal dengan mata membendul seperti ikan koi karena malamnya panen air mata. tidak perlu saya ceritakan kenapa menangis, karena hari ini saya akan bercerita tentang hari Minggu paling bergairah. Kembali ke skrip, setelah selesai mendengarkan khutbah pagi dari sepupu, akhirnya kakiku melangkah ke kamar mandi dan hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membersihkan diri dan bersolek, gak perlu lama karena kamu tahukan saya kayak Syahrini dengna maju mundur cantik-cantik. Kicauan sepupu perempuan saya ini sungguh dapat membuat segala pekerjaan menjadi cepat selesai.

Kami berangkat ke dukun pijat yang berada di Ds.Sumberejo wetan, 30 menit kami berada di sana. waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 dan sayapun teringat saatnya mengisi perut mungilku (yeeeeeeii), kita memilih memakan bakso di tepi DAM atau di Sungai Pulosari yang terkenal murah dan enak! Selesai makan saya diantar pulang dan ternyata tidak ada satu orangpun dirumah, karena bingung ingin melakukan apa saya teringat cucian yang perlu dijemur dibawah terik matahari yang dapat membuat kulit  gosong. Pekerjaan sudah selesai dan (taraaaa) saya masih merasa bosan dengan hari minggu ini.

Sampai akhirnya kawan jathil saya yg bermerk Tissa, mengajak jalan-jalan bersama dengan kawan-kawan reyog cahaya budaya yg kebetulan hampir semuanya adalah orang-orang suwong. Jadi mereka suka menjelajahi tempat wisata di Tulungagung utamanya wisata alam. Mereka mengajak saya ke pantai Sine karena masuknya gratis!!! Saya pun sangat exited dan bersemangat pergi ke pantai untuk yg pertama kalinya setelah menetap di Tulungagung.

 Pukul 12:00 semua berkumpul di rumah mas Ebin rencananya berangkat sehabis Dhuhur tetapi saya ngotot untuk segera berangkat karena tidak sabar dan takut pulang terlalu sore. Tapi taukah kalian apa yg terjadi??? disaat kita sudah bersiap berangkat ban motor milik peyek ternyata bocor. Dan kita semua harus menunggu dia menambal ban. Niat hati ingin cepat berangkat tapi apadaya harus terhambat gara-gara kamu, eh gara-gara ban! Andaikaan ban motor terbuat dari spons yangg tidak bisa bocor.. hhahaa tapi sebenarnya saya betah juga menunggu meskipun lama dirumah mas Ebin. jangan tanya mengapa karena ku tak tahu (sambil nyanyi lagunya ratu).... haha saya tidak akan memberi tahu! setengah jam kemudian semua sudah siap berangkat dan kita bersepuluh pun berangkat menuju patai sine, dijalan saya bernyanyi, berfoto, dan ngepoin si peyek.
 di perjalanan (jangan lupa senyum) cekrek

Nampak jelas wajah  saya sangat bersinar dan tawa yg tidak pernah terlepaskan, tapi semua berubah ketika memasuki jalan menuju pantai yang berkelok, curam dan tajam membuat jantung berdetak lebih kencang ! apakah aku sedang jatuh cinta?? ya enggak lah, ini karena jalannya menakutkan dan peyek yang nyetir dengan kecepatan seperti alap2 membuat bibir ini berhenti tertawa dan tidak henti berdzikir,  ya Allah aku pingin menikah, ah bukan aku takut nyungseep. Alhamdulillah semua berjalan lancar sampai kami tiba di pos peristirahatan. Kami istirahat sambil menunggu Sela yang katanya mau menyusul dengan temannya. Pemandangan hamparan laut lepas yg biru, pepohonan hijau yang rindang gemulai serta perahu nelayan yg terombang ambing disapu ombak menarik perhatian kita untuk berfoto kekinian. Kita berpose dengan gaya yang tidak ajiibb sama sekali tapi itu tidak penting karena memperlihatkan pemandangan yang cantik jauh lebih penting dari meperlihatkan wajah cantik dan tampan kami. 

  yang pake helm itu yang paling jelek

Setelah puas berfoto Sela yg ditunggu pun tak kunjung datang apalah arti aku menunggu bila dia tidak jadi datang, semacam pdkt lama yang ga nembak-nembak, dan kami bergegas menuju pantai.

Yihaaa!!! akhirnya kakiku menginjak pasir Pantai Sine yang mashur itu, kini aku dapat menyaksikan sendiri kemolekan pantai Sine yang menjadi primadona Tulungagung kebetulan saat itu tidak ramai pengunjung. Jadi kami bebas menguasai pantai, akupun langsung berganti baju dan mulai membelai air bersama Tisa dan kawan-kawan. Seakan rindu dengan datangnya gebetan mereka langsung menyosor datangnya ombak dengan gaya sok macho. Semuanya bermain bersama ombak Pantai Sine yang sedang bersahabat, tidak lupa kami juga berselfie bersama pasir, ombak dan perahu. Siang itu seakan Sine menjadi milik anak Reyog Cahaya Budaya, matahari saja tidak berani bersinar terang karena sudah pasti kalah dengan sinar yg terpancar dari senyum dan tawa maut yg dimiliki sang Fajar(kijor) dan kawan nggruwis lainyya.

 Pantai Sine, bagus ya

Sine menjadi saksi kekompakan, keceriaan, kekeluargaan, dan kengenuhan kita.  Hari itu rasanya aku memiliki banyak saudara yang sangat menyayangi dan memperdulikan aku. Tidak hanya bersatu dengan sesama manusia tapi kami anak Reyog Cahaya Budaya yg sudah terbentuk selama lebih dari 1th juga dapat bersatu dg alam.  Dengan tidak membuang sampah sembarangan dan merusak ekosistem pantai kita menjaga keletarian dan kebersihan wisata alam kebanggan kota kita ini, dengan harapan alam juga dapat selalu mempersatukan kami dan menjaga jiwa kekeluargaaan kami.


Lestari alamku lestari negeriku lestari dengan kamu (halah) Mudah-mudahan kami tidak termasuk tunas bangsa yang bersenang-senang menikmati indahnya alam dengan  merusak dan tidak dapat menjaga kesuciannya.
Sudah puas kami bercengkrama di pantai, kami pun bergegas pulang meninggalkan jejak dan kenangan yang terbentuk selama hampir dua setengah jam itu. Dalam hati berkata, selamat tinggal Sine semoga dapat menemuimu dilain waktu dengan orang yang saat ini g ikut. Aku mohon tetaplah Indah dan tetaplah kokoh dan jangan pernah murka kepada kami yang mencintaimu. Semoga suatu saat namamu dikenal dan dikenang oleh dunia beserta kami pemuda-pemudi harapan Tulungagung.

bisa menemui penulis di FB. https://www.facebook.com/profile.php?id=100004979628899