Saturday 12 December 2015

Tidak ada yang Percuma Semua Ciptaan Tuhan

By: Ypi W

Mendo,bodho  atau dengan kata lain sulit diajak berfikir adalah sesuatu yang bikin seseorang minder. Kalaupun ada seseorang yang  mendo pastinya dengan sekuat tenaga akan menutupinya biar  nggak kelihatan, sebenarnya relatif sih.Tapi semua itu nggak berlaku buatku,nyantai aja.  selama ini Mendo seakan menjadi jimat keberuntungan. Akhir-akhir ini aku berfikir, semua yang ku dapatkan selama ini adalah buah dari kemendoanku.
Ini cerita tentang mendo karunia Tuhan yang harus kusyukuri.
 Berawal saat masih smp saat itu sekitar tahun 2006, pada masa itu anak-anak smp lagi gandrung-gandrungnya dengan yang namanya gelutan (berkelahi) dan membuat geng-gengan, kalaupun ada anak cowok yang punya nyali namun tidak memiliki geng,  saat itu pasti udah mati berdiri jadi bahan tonjok-tonjokan atau buli-bulian salah sedikit tonjok hahahhaah.
Nyali bertarung tersebut muncul nggak loko-loko (tiba-tiba), pastinya ada background yang jelas dari masing-masing anak, entah ikut organisasi beladiri, atau punya relasi dengan orang kuat kaya lagunya slank biar bisa tidur-tiduran. Waktu itu aku masih baru masuk Sekolah, rasa takut malu minder jadi satu, takut salah berbuat, malu karena aku masih anak baru, minder karena penampilanku kurang ganteng  wkwkwk.
Yang pasti hari-hari selalu salah tingkah saat di Sekolah. Dan kejadian itupun terjadi, waktu itu aku sedang berjalan di lorong Sekolah, didepanku ada segerombolan anak sedang duduk-duduk, aku udah curiga kok pandangan salah satu cowok nggak enak banget, kuteruskan langkahku saat tiba dihadapannya diapun berdiri “mati aku” “Heh ndak sah plilak-plilik, sing penak ae lek nyawang, cah ngendi awakmu ( Heh gak usah (apa plilak plilik bahasa endonesianya)..... yang enak aja kalau melihat,  anak mana kamu?” aku jawab “ aku cah ” (aku anak ). Kenapa aku bilang anak ? Karena di  adalah basis organisasi silat A. “ ngendi koe? Cedake si B, Ow yowes gak usah kemlelet neng kene ( mana? Dekatnya si B, Ow yaudah gak usah belagu lu disini) selamat dah aku. Usut punya usut cowok tadi ikut organisasi A, otomatis dia respek banget sama anak-anak .
 Disini kemendoanku menyelamatkanku untuk pertama kalinya hahahaha bersukur dah. Gimana bisa dibilang menyelamatkan, sebenarnya aku bukan anak  tapi karena aku dulu waktu SD pernah nggerombol sama anak  yan umurnya diatasku. Waktu itu aku sering ikut ke sungai disuruh beliin sandal disuruh beliin rokok, disuruh ambilin bola saat sepak bola dan masih banyak lagi, apa daya aku hanyalah anak mendo yang hanya dapat diambil tenaganya. Tapi aku bersyukur andai kata aku nggak mendo aku gak akan kenal relasi orang-orang kuat hehe makasih temen-temen  dan aku pasti udah bonyok di awal masuk smp.


Friday 11 December 2015

Antara Aku Kau dan Hujan

By: PTK

Bangun pagi adalah perjuangan yang berat. Melebihi tugas ketika sekolah. Bukan apa-apa, jam tidurku sudah berubah semenjak beberapa bulan yang lalu. Entah mengapa kok saya menyanggupi ketika kau ajak untuk ke Blitar, rumah kakakmu yang mungkin saja menjadi kakak iparku (ngarep).  Pagi itu kau sudah tiba, dengan senyummu yang bisa meruntuhkan amarah Rahwana kusambut pagi ini. Kau cantik hari ini, dan aku suka kayak lagunya blackout. Tapi ada yang kurang, bukankah wanita akan terlihat cantik ketika bangun tidur? Tanpa make up masih alami. 
Akhirnya kita berangkat, seperti lagu naik delman kududuk dimuka, bukan samping  pak kusir, tapi aku yang jadi sopir. Ga papa, demi kamu. Layaknya kawan lama, kita mulai obrolan dengan santai, entah siapa yang memulai, kau bercerita tentang mantanmu. Iya, ternyata kisahmu kandas, Alhamdulillah. Berita baik hari ini bagiku, tak sia-sia kubangun pagi.
Tak terasa sampai juga di rumah kakakmu. Layaknya calon istriable kamu langsung menawarkan untuk membuatkan kopi tanpa di minta.
Kopi tik? Sambil melepas jaket dan kerudung.
Iyo wis lak dipekso. (iya kalau dipaksa) maklum saya kan pemalu.
Kamu langsung ke dapur untuk menjerang air, sambil menunggu kopi selesai diseduh aku melepas jaket. Tak lupa berandai-andai. Iya, hanya andai-andai. Untuk orang seperti saya apa to yang dipunya selain tenogo lan tresno? Tentu berandai-andai adalah hiburan gratis yang dapat dilakukan kapan saja.
Monggo diunjuk kopine, begitu katamu tiba-tiba yang membuyarkan lamunanku. Ah, kembali senyum itu tersungging. Dalam hati saya berani bertaruh, andai kopi ini gak dikasih gula pasti sudah manis.

kopi iki gaweanmu? Sambil saya mulai menyeruput kopi.
iyo ngopo emange?
ndak apa-apa. hanya saja kopimu iki kemanisen. Betul kan kalau kopinya bakal kemanisen.

Sarapan yuk, oke kataku. Blitar memiliki warung pecel yang lumayan terkenal bahkan sampai membuka cabang di Jakarta. Kami mengantri, maklum jam sarapan tentu saja warungnya ramai. Setelah mendapat nasi dan tempat duduk Sambil makan, aku melontorkan sebuah pertanyaan. Udah berapa kali sampean maem disini ? sering..sampean ? Tanyamu.  masih dua kali iki maem pecel disini. Selesai makan bergegaslah kami menuju rumah tua itu untuk istirahat. Karena pukul setengah 1, dia akan merekam suaranya dan aku menjadi pengiringnya.
lagu happy brithday mengalun dengan indahnya. Lagu ini untuk temannya yang akan merayakan ulang tahun. Setelah dua jam berlalu selesai sudah rekaman ini. Kami kembali  kerumah tua itu, dengan wajah tampak loyo dan capek. Tiba-tiba Mendungpun menghitam dan butiran air hujan kelihatan akan segera jatuh. Ternyata benar apa yang kuduga hujan akhirnya membahasi pelataran rumah tua itu dan kamipun tertahan disitu. Jadi teringat lagunya Utopia Hujan.
Sembari menunggu hujan reda diapun bernyanyi beberapa lagu romantis dan lagi lagi aku jadi pengiringnya. Tak apalah jadi pengiring, berharap suatu saat menjadi pengiring hidupnya untuk yang lama, hahaha. Sesaat kemudian perut terasa lapar, dingin memang selalu menyebabkan rasa lapar lebih cepat dari biasanya.      

Masak mie aja ya (mau keluar beli makanan agak jauh ya gak mungkin dia pasti takut kebasahan).
Iyo cocok tik, sebelah rumah ada toko yang jualan mie, temenin yuk.
Akhirnya nekad dengan menggunakan payung gambar bunga warna coklat tua, kami membeli mie instan. Hujan tambah deras, suara petir ang menggelegar, ditambah satu payung berdua, semakin mirip FTV. Tak lupa kepalamu kau tempelkan di lenganku, untungnya lenganku fleksibel bisa untuk apa saja, janganku untuk bersandar kepala, untuk bersandar keluarga saja lenganku sudah kuat kok.

Tiba-tiba kau terpeleset, aduh, teriakmu. maklum hujan dan tentu licin.
Ndak apa apa kan ?
Ndak apa apa tik, dalane lunyu, jawab dia sambil memakai sandal yang terlepas.
Setelah membeli mie instan, kita memasak di dapur, begitu selesai Kita makan bareng bersama kakaknya diruang tamu. Hujan pun agak reda dia berkemas kemas untuk segera pulang.
sambil menggunakan jilbab dia bertanya..Lewat ngendi iki penake?, nek lewat dalan sing mau hujane urung terang, lihaten mundunge kulon sik putih (menandakan hujan). Sementara waktu hampir maghrib.           

Muter wae yo Nik, lewat etan karo ngenteni terang..dalam hati biar lama sama kamu dan berharap bisa hujan-hujan berdua lagi.
Memang Hujan tidak sederas yang kuharapkan, tapi yakin kenangan akan hujan ini akan selalu teringat. Nik, apakah sekarang tempatmu masih hujan???

Tulisan ini dibuat sambil mendengar lagunya utopia Hujan