Tuesday 26 September 2017

Baris Umum Ngunut 2017

Setiap tahun Kecamatan Ngunut menggelar lomba baris berbaris. Rute tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya, Start dari Desa Balesono dan Finish di Perempatan Kidangan. Dulu, baris ini dimulai dari desa Kates Rejotangan hingga Kidangan. Jauh dan juga melewati 2 kecamatan.

Tahun ini peserta Putra sebanyak 98 Grup dan putri 68 Grup. antusias peserta sangat terasa, apalagi di dekat START, semangat yang meluap dan juga tenaga yang masih utuh. meski ada satu dua yang ikut dimeriahkan dengan "aqua Bekas".

peserta tidak hanya berasal dari wilayah Ngunut, ada yang dari Rejotangan dan Sumbergempol. Memang sekarang lomba baris bisa dinikmati dengan gembira, tidak melulu serius. ada sebagian yang menggunakan kostum bertema kan polisi, tentara, AAL dan ada juga yang pakai celana pendek, kaos oblong, sambil merokok. dan ya, kita memang Bhineka.

yel yel tiap grup akan terdengar mulai start hingga finish. seolah semangat mereka ndak habis habis.

lagu lagu dangdut yang dinyanyikan bersama seolah memberi isyarat bahwa kami masih kuat.

"Kuat dilakoni yen ra kuat ditinggal ngopi"

salah satu penggalan lirik lagu dangdut bojo galak yang banyak dinyanyikan.

ada juga yang menyanyi

iki piye iki piye iki piye
gerak jalan, adohe kok koyo ngene

lagu itu merupakan penggalan cucak rowo nya didi kempot.

yg menurut saya asyik adalah ketika ada rombongan baris yang menggunakan kostum pemuka agama di negara ini. ya, Kami Indonesia, Kami Pancasila.

Thursday 27 July 2017

Pengabdian Masyarakat Mahasiswa ISI Surakarta (Solo) dan ISI Jogjakarta di Tulungagung

Banyak mahasiswa yang sudah familiar dengan kata tri darma perguruan tinggi. Yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Pendidikan dan penelitian tentunya lebih sering terjadi di wilayah kampus. Meski ada beberapa penelitian yang melibatkan masyarakat atau wilayah diluar kampus. Hasil dari pendidikan dan penelitian dapat diaplikasian pada masyarakat. Bukankah ilmu itu aplikatif?

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menyebutkan bahwasanya perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pasal 20 Ayat 2 (Gopena.com). undang-undang ini menekankan bagaimana pentingnya tridarma perguruan tinggi. Beberapa kampus mengadakan KKN (Kuliah kerja Nyata) sebagai implementasi dilaksakannya pengabdian pada masyarakat.

Namun tentunya tidak harus menunggu saat KKN untuk bisa mengabdikan dirinya pada masyarakat. Mungkin hal ini yang mendasari teman-teman Tulungagung yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi ISI Surakarta dan ISI Jogjakarta. Mereka ingin mengabdikan ilmu yang diperoleh selama menjalani pendidikan terutama untuk seni tari.

Ramayana sebuah epos apik yang sudah familiar dimasyarakat mereka gunakan sebagai pertunjukan awal dalam pengabdian masyarakat di Tulungagung ini. Pementasan yang direncakan akan dilaksanakan pada 12 Agustus 2017 bertempat di Lap Pasar Pahing Tulungagung. Acara ini melibatkan lebih kurang 74 Penari mulai dari Tulungagung timur hingga wilayah kota dan Tulungagung barat. 

Tari Kolosal tentunya akan membuat penonton lebih antusias untuk menonton mulai awal hingga akhir. Tari Ramayana yang melibatkan beberapa komunitas seni, bukan hanya penari namun mereka yang ingin belajar menari  bersama begitu mas Andi (ISI Jogja) menekankan pada kami Cahaya Budaya ketika pertama kali diajak terlibat untuk ikut pada proyek pertunjukan ini. 

Keberanian mereka untuk mengajak siapa saja yang ingin terlibat tentunya akan mengalami kendala yang lumayan rumit. Apalagi bila penarinya tidak familiar dengan musik tradisi. "ngepasne Kendangan atau gong" begitu biasanya menjadi tantangan tersendiri untuk mereka yang baru saja terjun di dunia tradisi. Apalagi mengingat mereka juga melibatkan anak-anak SD yang akan menjadi pasukan kera. Tahu sendiri kan bagaimana bila anak-anak SD diajar menari? satu dikasih contoh, yang lain sudah mulai ngomong sendiri. 

Untuk wilayah pengrawit, mereka akan melibatkan temannya yang juga kuliah di ISI, jadi untuk hal ini akan sedikit lebih mudah mengingat teman-teman pengrawit sudah memiliki dasar yang kuat dalam bermusik. Jarak yang sekiranya akan menjadi masalah, Tulungagung-Solo bukanlah jarak yang pendek  dan bisa ditempuh hitungan menit. Lebih tepatnya Jam, bisa 6-7 jam. Tantangan ini sebisa mungkin diminimalisir dengan kecanggihan teknologi.

Kami tunggu pentasnya, semoga berlangsung sukses seperti yang diharapkan. 



Saturday 15 July 2017

Halal Bi Halal SH Terate feat Cahaya Budaya


Biasanya kami diajak kolaborasi sekolahan mulai, sd, smp hingga sma sudah pernah. Kali ini Cahaya Budaya diajak kolaborasi oleh teman teman pencak silat setia hati teratai.

Untungnya tim CB haus akan tantangan akhirnya tawaran tersebut diterima dengan senang hati meskipun di minggu yang kami punya kewajiban pentas reog ponorogo di kediri. Dengan pertimbangan pesilat dari SH terate juga anggota dari grup reog cahaya budaya sehingga kemungkinan garap lebih mudah karena sudah sering main bareng.

Karena ini adalah proses baru, maka diskusi konsep yg biasanya sambil jalan. Saat ini kami harus konsultasi dengan beberapa pesilat SH terate terkait dengan hal yg boleh dan tidak untuk ditampilkan. Kami sadar bahwa setiap organisasi memiliki aturan sendiri entah tertulis maupun tidak.
Saat itu kami mencoba menggabungkan tari reog yg dikhususkan warok dan bujangganong dengan jurus maupun gerakan silat. Setelah memperoleh cukup saran dari SH Terate akhirnya kami memutuskan untuk menggabungkan jurus silat dengan gerakan warok. Sedangkan bujangganong akan ditampilkan pada sesi tersendiri karena saat itu pertunjukan akan ditampilkan dalam 3 sesi.
Eko (boneng), haris (galepo) dan arya (kijor) menjadi penari yg juga pesilat. Sedangkan fonki atau buli dilibatkan pada pementasan bujangganong karena saat proses latihan dia berada di luar kota. Sumpah Bul, Ibukota kejam.
pertunjukan ke 2

pertunjukan ke 3
Diantara mereka Haris ditunjuk menjadi penata tari dan silatnya. Pemilihan ini bukan tanpa dasar, para penari menganggap Haris memiliki referensi yang lebih baik dibanding lainnya. Hal ini dapat dilihat kesehariannya, ketika ngopi di rumah Ebin yang lain lebih memilih nge game atau nonton film xxx. Sedangkan haris lebih memilih untuk melihat karya tari yang dapat dijumpai di Youtube.

video ke 3 bisa lihat disini

Pada sesi pertama kesan warok terlihat mendominasl meski sudah dikolaborasi dengan jurus dan gerakan silat. Hal ini semakin diperkuat dengan iringan musik reog ponorogo yang kuat.

Sesi ke 2 kami mencoba menggabungkan jurus tunggal Ipsi yang dipandu dengan jurus ganda atau model perkelahian. Ekplorasi terjadi dengan baik meskipun kurang maksimal, karena proses ini hanya terjadi seminggu sebelum pementasan.
Dua hari menjelang hari H halal Bi Halal hasil latihan coba kami tunjukkan disenior sekaligus untuk mencoba tempat pementasan yang berada di Balai Desa Sumberjo Kulon. Tempatnya sempit karena harus berbagi dengan undangan. Belum dengan Tiang yang berada di balai desa juga menjadi pertimbangan kami untuk sesegera mungkin mencoba tempat pementasan.

Ditengah kami mencoba tempat datang Mas Qomar yang merupakan salah satu sesepuh pencak silat Setia Hati di wilayah Ngunut. Kedatangan beliau seolah memberi support tambahan yang kami perlukan. Kritikan dan tambahan untuk karya yang akan dipentaskan sangat terasa memberi nuansa silatnya lebih greng. Mulai dari ketegasan dan beberapa pilihan jurus atau gerakan yang kami pilih sebelumnya.

Hari Sabtu tiba, kami berangkat sekitar jam 19.00. Sebelum berangkat teman-teman dari grup singo joyo argo kelud kediri datang. Akhirnya kami ajak sekalian untuk ikut acara ini.




Mas, aku kaploken. Tiba tiba haris bilang begitu. Ya sudah "plak".


Saat itu saya sadar bahwa bukan hanya Haris yang nervous namun hampir semua pemain. Hal ini sangat terasa pada pertunjukan sesi pertama beberapa gerakan terlihat salah dan kurang mantab. Anggap saja itu sebagai kecelakaan panggung.

Pada pertunjukan ke dua semangatnya mulai terasa meskipun ada sedikit kesalahan lumayan fatal. Apalagi saat jurus ganda, eko boneng sempat terlambat bergerak untungnya haris mampu menyadari dan tidak terjadi kecelakaan.

Begitu istirahat untuk sesi ke 3 disaat teman yang lain ganti pakain ganong. Buli masih duduk dekat saya.
Loh bul gak melu ngganong?
Klambine piro mas?
Yo lak kurang wak ane Galepo jaluken.
Isin mas.

Akhirnya mau tidak mau, saya yang ngomong. Dan akhirnya buli ikut nari ganong sedangkan galepo tidak memakai pakain bujang ganong. Dia menggunakan kaos sh terate dan celana hitam. Di tengah pertunjukan Galepo dipanggil untuk turut ngganong. Meski dengan persiapan yang mepet untung saja teman-teman bisa menghibur penonton dengan sukses.

Terima kasih SH Terate dan Semua yang terlibat.



Monday 10 July 2017

Arumba Ndoro Bei Sumberjo Kulon

Seperti umumnya grup ronda yang ada di Tulungagung, Arumba (alunan rumpun bambu) Ndoro Bei memulai dengan alat seadanya. Seperti kentongan dan sebagainya. Kalau berdiri sekitar tahun 2007, cm masih grup ronda mas hehe begitu kata Zidni yang merupakan salah satu sesepuh atau pelopor berdirinya Arumba Ndoro Bei.


Mulai berubah ke arah grup calung sekitar tahun 2016, jadi skitar 9 tahun masih menggunakan alat seadanya. Pengaruh Youtube dirasa cukup kuat untuk memberikan perubahan, begitu juga bagi Ndoro Bei ini. Mereka berani berubah setelah sering melihat pertunjukan angklung saung mang udjo di Youtube. Diakui atau tidak garapan musik mereka akan terasa kesan saung mang Udjo.

Grup ini berada di Desa Sumberjo Kulon, Kuburan Ngetal begitu biasanya orang akan berpikir ketika mendengar nama Sumberjo Kulon. Kuburan ini dulu memiliki cerita yang masih bisa ditanyakan pada orang yang usia 40 an keatas tentang bagaimana kuburan ini bisa terkenal. Kebetulan Ndoro Bei berada di barat Kuburan Ngetal kurang lebih 100 meter. Rumah Zidni digunakan sebagai base camp sekaligus tempat latihan.

video bisa lihat disini , disini

Layaknya grup ronda yang lain untuk membeli alat mereka menggunakan system patungan atau iuran seikhlasnya. Hingga akhirnya mampu membeli alat seperti yang sudah ada sekarang ini.

Meski terbilang masih baru, grup ini sudah menorehkan prestasi yang patut diacungi jempol. Diantaranya menjadi juara 2 ronda kreasi yang diadakan Warkop Sor Tower. Menjadi juara 2 di lomba kreasi yang diadakan Pandowo FM.

saat mengisi acara rainbow gathering

saat mengisi acara rainbow gathering

saat mengisi acara rainbow gathering

Selain itu, mereka juga ikut mengisi acara Rainbow Gathering yang diadakan di desa sedayagunung kecamatan Besuki. Rainbow Gathering sendiri adalah acara kelas dunia yang mengharuskan pesertanya meninggalkan alat-alat modern saat acara. Mereka berasal dari Negara yang berbeda dengan suku yang berbeda pula. Event ini diselenggarakan sebulan penuh.

Anggota yang masih muda tentunya memiliki kesibukan masing-masing, ada yang sekolah, bekerja, hobi volley, futsal. Meski punya kesibukan yang berbeda mereka akan bisa kumpul bareng ketika Ronda dimulai atau saat latihan digelar.

Musik ronda merupakan musik musiman, selain musim Ramadhan kegiatan ini sangat jarang dijumpai, meskipun ada orang yang mengundang untuk acara hajatan. Namun undangan ini dirasa masih kurang untuk tetap membuat grup calung bergeliat dan semarak seperti bulan Ramadhan.

Bagaimana? Mau ikut ngundang? Silahkan datang ditempat latihan atau langsung hubungi mas Zidni. 

Saturday 24 June 2017

Calung Gareng Punk Jabalsari

oleh : ebin

Hampir setiap bulan kami menjalani proses. Entah proses penggarapan sendratari bersama anak sekolah, proses internal kami maupun proses lainnya diluar Sanggar kami Cahaya Budaya (CB) . Hal ini sudah berjalan selama satu tahun. Bosen? Capek? Emosi? Stres? Ah..Ya. Sudah pasti jadi satu. Namanya proses, ditengah tengah perjalanan kami, ada teman yang memilih berhenti berproses bersama kami. Mungkin dirasa kurang menarik dan sebagainya lah. Untungnya kami sudah punya tim solid yang biasa melewati proses demi proses.

Memasuki bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kami sejenak merefresh pikiran, melepas kejenuhan, menyusun strategi baru atau mungkin berkegiatan yang bersifat keagamaan. Karena dalam proses juga harus diimbangi dengan berdoa serta mendekatkan diri kepada Tuhan.

Namun tak seperti apa yang saya bayangkan. Ternyata di bulan Ramadhan kami CB mendapat beberapa tawaran dari grub ronda  untuk membantu menggarap musik. Tentu, jika kami menolak ajakan tersebut terasa sombong. Ya sudah, akhirnya kami sepakat untuk menerima tawaran tersebut.

Ngomong tentang Ramadhan. tak akan lepas dari Ronda. Pernahkan anda melakukan ronda keliling kampung membangunkan orang sahur ? Saya yakin diantara anda pasti pernah melakukannya. Lantas apa saja alat anda pakai saat ronda? Setiap daerah tentu memiliki cara masing masing. Ada yang bawa kentongan, ada pula yang keliling menggunakan sound system dan lainnya.

Bila bermain ke Tulungagung, anda akan punya cerita menarik tentang ronda keliling. Anak muda Tulungagung menyebutnya dengan Calung. Sekitar tujuh tahun lalu calungan mulai ada di Tulungagung, dan sekarang perkembangan musik ini cukup pesat. Musik calung tersebut dimainkan enam sampai dua belas orang, tergantung kreativitas grub. 

Calung terdiri dari beberapa alat musik, yakni drum, kendang, gambang bambu 1 dan 2, calung/angklung, bass yang terbuat dari bambu, kecer dan sebagainya. Biasanya mereka keliling menggunakan sepeda motor sambil bawa alat. Bukan hanya sebatas ronda keliling saja, tapi calung/musik ronda seperti ini seringkali dilombakan. Biasanya lomba diadakan di warung kopi atau radio yang ada Tulungagung. Pesertanya bukan hanya lokal saja, namun hingga merambat kewilayah karisidenan Kediri.

Salah satu grub calung yang meminta bantuan kami berasal dari desa Jabalsari. Awal mulanya, Jecky adik kelas saya sewaktu SMA  minta tolong untuk mengajari cara bermain kendang jaipong. Ternyata saat bulan Ramadhan saya dimintai tolong lagi bermain kendang di grup calungnya. Saat itu grup Jecky mendapat job main di Desa pandansari. 

Sebenarnya grub calung ini sudah ada tukang kendangnya, namun dia memilih bermain bass bambu. Oke, saya mengiyakan ajakan tersebut. Satu persatu saya mulai berkenalan dengan musisi grub tersebut. Zaki, Alun, Dion, Doris, Udin dan beberapa teman lainnya (maaf yang lain tidak disebut, saya lupa namanya). Malam itu adalah pertama saya gabung dengan mereka. Sebelum berangkat ke Pandansari, kami melakukan latihan terlebih dahulu agar nanti pada saat bermain tidak salah paham antara satu dengan lainnya. 

Bertempat di pelataran masjid dekat dengan rumah Zaki, kami berlatih hingga dua lagu terlewati. Akhirnya kami berangkat ke Desa Pandansari untuk memenuhi job. Sampai disana kami memainkan beberapa lagu. Satu, dua, tiga lagu sukses. Hingga sampai di penghujung acara, Alhamdulilah lancar tanpa halangan.
saat perform di Pandowo FM

Kru dan pemain Gareng Punk

Pada bulan ramadhan seperti ini radio Pandowo selalu mengadakan event lomba ronda kreasi. Kebetulan mas Tomy yang selalu jadi host dalam acara tersebut kenal dengan saya. Mas tomy menawarkan kepada saya untuk mengisi acaranya "mas brin ayo ngisi ronda". saya langsung mengajak temen calung dari Jabalsari. Karena grub saya (Surapuri) sudah terlebih mengisi disana.

Saya ngobrol dengan ketua calung Jabalsari, Zaki. 
"Mak ayo ngisi acara nang pandowo". Dia terlihat agak ragu karena kesiapan timnya kurang matang. Setelah ngobrol lewat whatshap si Zaki mengiyakan tawaran saya untuk mengisi di pandowo. 
"Lha latiane iki mengko piye mak, lagune opo ae?" kata Zaki. "Ayo kita latian bareng?"
Akhirnya kami (grup CB) sepakat untuk membantu mereka dalam menentukan lagu dan aransemennya.

Video bisa klik di sini, sini, sini

Latihan perdana Goes to Pandowo, Maman menjadi tukang kendang, lalu Cindy di bagian vokal. Karena waktu pementasan satu jam, kami akan membawakan enam lagu. Diantarannya ada Jambu Alas, Kangen Suarane (precil), Ojo Nguber Welase, Lungset, Pokoke Joget dan Banyu Langit. Kami hanya punya waktu lima hari untuk latihan, jadi agak ngebut. Saat itu formasi personil calung yang kami tentukan adalah, Maman (kendang), Alun (drum), Dion (gambang 1), Jecky (gambang 2), Zaky (bass) dan Udin (kecer).

Menurut saya ada yang unik dari grub ini. Zaki selaku ketua bukannya sibuk mencari materi lagu untuk persiapan timnya, tapi malah bingung mencari nama yang tepat untuk grub. Akhirnya, entah bermimpi apa semalam. Dia menamai grubnya dengan nama "Gareng". Lalu dia memberi tahu kepada saya bahwa itu adalah nama grubnya. 
"Mak jenenge kuwi, tambahono opo ngono ben mening" kata zaki kepada saya. 
Saya mengusulkan "piye lak ditambahi PUNK, dadine jenenge malih Gareng Punk". 
"Hooh mak, orapopo" kata zaki. 
Kami sepakat bahwa nama untuk pementasan di Pandowo menggunakan nama Gareng Punk.

Hari kedua proses tiba tiba salah kawan (Mas dimas) menghubungi saya. Bahwa di warkop Sor tower akan diadakan tehnical meeting untuk lomba ronda kreasi. Pada saat itu saya menawarkan kepada Gareng Punk untuk mengikuti lomba disana. Nampaknya ajakan saya belum direspon secara positif. Karena kata Zaki, mereka belum siap untuk mengikuti lomba, materi lagu juga belum menguasai sepenuhnya. 

Jadi sebenarnya ikut lomba itu bukan bagaimana kita bermain baik dan meraih juara, tapi lebih membentuk karakter grub dan melatih mental dan jam terbang.

Saat kami menggelar latihan untuk persiapan di Pandowo. Saya mencoba ngobrol ke seluruh personil Gareng Punk. Yang intinya berani atau tidak bila kita ikut lomba di Warkop Sor Tower ? Jawaban meraka tetap masih sama dengan kemarin. Semua main tidak berani ikut lomba, dengan alasan masih belajar.

Hari ketiga kami berproses. Saya mencoba nego kepada Zaki. 
"Piye zak bocahmu jik panggah durung wani"? 
"Laiyo to, sak jane lak aku wani ae. Tapi bocah2 lo sik durung wani". Kata Zaki. 
Saya mencoba meyakinkan dia, karena saat itu hanya dialah yang bilang kalau berani ikut lomba kepada saya. Akhirnya Zaki ngobrol dengan temannya.

Waktu latian dimulai. Saya menanyakan tentang tawaran mengikuti lomba di Warkop Sor Tower. Saya tanya satu persatu terkait keikutsertaan ini. Entah apa yang dilakukan Zaki kepada temannya. Pada saat latian tersebut Gareng Punk memberi tanggapan yang positif, bahwa mereka berani ikut lomba. Namun ada satu anak yang masih ragu. Doris (calung). Dia tampaknya nggak berani ikut lomba, katanya malu dan takut salah bermain calung. Padahal jika kita ikut lomba harus full tim. Doris adalah penentu Gareng Punk jadi ikut lomba atau tidak. 

Semua memaksa Doris, membutuhkan waktu beberapa menit untuk merayu dia. "Wis dijajal disik ris, ora juara ora masalah. Sing penting awake dewe ikut serta, itung-itung nambah pengalaman." Dan akhirnya dia mau ikut lomba.

Tentu saja, jika kami ikut lomba harus mempersiapkan lagu yang terbaik agar bisa tampil maksimal.
Kami resmi iku lomba di Warkop Sor Tower untuk pertama kalinya. Pentas 14 juli 2017 di Pandowo FM dan malamnya bermain di Sor tower.

Lomba di warkop sor tower bisa baca disini

Setelah pentas di Pandowo, alat tak langsung dibawa pulang, namun kami titipkan di Aula radio. Malam telah tiba, waktunya kami pentas di Sor tower. Dengan penuh cemas, dan gemetar tim Gareng Punk memasuki tempat pementasan. Kami main jam kedua. Setelah pementasan grub calung dari Sumberjo Wetan, saatnya giliran kami pentas. 

Lagu pembuka adalah Banyu Langit, lalu dilanjutkan Kangen Suarane. Pada saat lagu kangen suarane ada sedikit kesalahan komunikasi, akhirnya lagu yang kami bawakan untuk penjurian kurang maksimal. Tapi alhamdulilah bisa selesai. 

Gareng Punk menunggu pengumuman dari pihak warkop sor tower lolos ke semi final atau tidak. Pengumuman tiba, Gareng Punk dinyatakan tidak lolos ke babak selanjutnya.

Sudah jelas Gareng Punk merasa kecewa atas kegagalan ini. Namun kesempatan masih terbuka untuk kalian. Jangan menyerah, tahun depan harus bisa tampil lebih maksimal lagi. terus belajar dan belajar.

Mengutip kata GUS MUS 'Kita boleh berhenti sekolah tapi jangan sampai berhenti belajar'




Friday 23 June 2017

Jomblo dan Cerita Surga Tentang Pernikahan

Menjadi jomblo merupakan salah satu tantangan yang bertumpuk-tumpuk. Makanya tidak semua  orang mampu menjalaninya dengan baik dan benar. Sampai halal begitu biasanya kami menguatkan diri.

Lebaran, halal bi halal dan reuni adalah tempat dimana seolah jomblo adalah kesalahan genetic.  Lebaran misalnya merupakan satu dari sekian cobaan jomblo, pertanyaan kapan nikah? Mana calonnya? Loh kok masih sendiri? Bukanlah pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Hanya saja hal ini merupakan pertanyaan yang membosankan dan kayaknya ndak perlu dijawab.

Belum lagi kalau reuni kawan sekolah pertanyaan ini menjadi lebih berat untuk dijawab. Reuni yang seharusnya bisa menjadi ajang silaturahmi yang menarik menjadi seperti medan perang. Kita para jomblo tahu kalau nikah itu enak. Tentunya kita juga tahu bahwa ndak selamanya enak, pasti ada ndak enaknyalah.

Nah reuni yang kami harapkan adalah mereka yang sudah nikah menawarkan saudaranya, kenalannya atau siapalah pada kami. Siapa tahu cocok. Jangan malah diceritakan pas ndak enaknya. Yang mertua galak, ternyata pasangannya brengsek atau kesulitan beli susu. Pliss jangan lah.

Reuni kali ini saya harus dihadapkan dengan permasalahan keluarga salah satu kawan. Dia sudah pisah, single parent sekarang. Duh, menjadikan keinginan kami untuk move on jadi drop separuh.


Mbak mas, kita pingin cerita surga. Bukan neraka yang seperti njenengan alami. Jangan-jangan saat anda memilih pasangan dulu hanya bertujuan untuk mengendurkan syaraf yang tegang atau malah hanya untuk agar tidak disebut jomblo. Kan jadi gimana gitu.

Final Lomba Ronda Kreasi Warkop Sor Tower 2017

Tiada lomba yang tak berakhir, Musim ronda adalah salah satu moment menghidupkan kembali kreativitas dalam memainkan musik keliling kampung dini hari tanpa ada yang marahi. Asyik kan, Budaya ini belum tentu ada di luar Indonesia. Salah satu saudara sahabat saya yang berasal dari Singapura sangat senang bila diajak ronda. Katanya kalau di Singapura berisik malam hari bisa di denda dan berurusan dengan aparat keamanan.

Moment berkreativitas ronda hanya terjadi di bulan Ramadhan, selain itu? wah bisa rame se RT. Ronda di wilayah Tulungagung sudah berbeda dengan 5-7 tahun yang lalu. Jika saat itu masih menggunakan kentongan, drum air, dan alat tradisional lainnya, sekarang sudah berubah membawa calung, angklung, dram dll.

Warkop sor Tower yang berada di Gang Roda Ngunut Tulungagung menangkap sinyal ini. Untuk memaksimalkan potensi yang ada, mereka menggelar lomba ronda kreasi #3. Ya, ini sudah tahun ke 3. Untuk tahun ini diikuti oleh 11 peserta, mereka tersebar di seluruh Tulungagung. Berikut ini nama grup ronda yang ikut lomba di warkop sor tower yang dimulai pada 13 Juni 2017.

1. Putra Bambu
2. Amumba
3. SDR
4. Gareng Punk
5. CSW
6. Bamboo Art
7. Gambang Crew
8. Entong Jati
9. Bumbung Asmoro
10. Gareng Crew
11. Arumba Ndoro Bei

Dari 11 peserta ini, mereka tampil tiap malam yang terdiri dari 2 grup. Kecuali malam penyisihan yang terdiri 3 grup. Setelah mereka tampil di babak penyisihan, akan di pilih menjadi 5 peserta yang akan tampil pada babak semifinal pada 20 Juni 2017. Berikut nama grup yang lolos semifinal.

1. AMUMBA
2. ARUMBA NDOROBEI
3. SDR
4. BAMBU ART
5. GARENG CREW


Selanjutnya peserta yang lolos semifinal akan ditampilkan pada final lomba Ronda Kreasi Warkop Sor Tower 2017 yang dilenggarakan 24 Juni 2017. Pada final ini dipilih 4 grup ronda terbaik yang nantinya akan ditentukan siapa juara 1,2,3 dan 4. Berikut peserta yang lolos ke Final.

1. AMUMBA
2. ARUMBA NDOROBEI
3. BAMBU ART
4. GARENG CREW


Tentunya saat Final mereka tampil habis-habisan. Untungnya antar peserta rukun hal ini terbukti saling joget dan memberi semangat ketika tim yang lain perform. Meski sama-sama tampil maksimal selayaknya Lomba harus ada yang juara 1, 2, 3 dan 4.

Saling Joget untuk mendukung

Penyerahan Hadiah 


Juara Diumumkan Selamat untuk para juara lomba ronda kreasi#3 Warkop Sor Tower.

1. Gareng Crew. (video bisa klik disini)
2 Arumba Ndoro Bei.
3. Bambu Art (video bisa klik disini)
4. Amumba.