Saturday 24 June 2017

Calung Gareng Punk Jabalsari

oleh : ebin

Hampir setiap bulan kami menjalani proses. Entah proses penggarapan sendratari bersama anak sekolah, proses internal kami maupun proses lainnya diluar Sanggar kami Cahaya Budaya (CB) . Hal ini sudah berjalan selama satu tahun. Bosen? Capek? Emosi? Stres? Ah..Ya. Sudah pasti jadi satu. Namanya proses, ditengah tengah perjalanan kami, ada teman yang memilih berhenti berproses bersama kami. Mungkin dirasa kurang menarik dan sebagainya lah. Untungnya kami sudah punya tim solid yang biasa melewati proses demi proses.

Memasuki bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kami sejenak merefresh pikiran, melepas kejenuhan, menyusun strategi baru atau mungkin berkegiatan yang bersifat keagamaan. Karena dalam proses juga harus diimbangi dengan berdoa serta mendekatkan diri kepada Tuhan.

Namun tak seperti apa yang saya bayangkan. Ternyata di bulan Ramadhan kami CB mendapat beberapa tawaran dari grub ronda  untuk membantu menggarap musik. Tentu, jika kami menolak ajakan tersebut terasa sombong. Ya sudah, akhirnya kami sepakat untuk menerima tawaran tersebut.

Ngomong tentang Ramadhan. tak akan lepas dari Ronda. Pernahkan anda melakukan ronda keliling kampung membangunkan orang sahur ? Saya yakin diantara anda pasti pernah melakukannya. Lantas apa saja alat anda pakai saat ronda? Setiap daerah tentu memiliki cara masing masing. Ada yang bawa kentongan, ada pula yang keliling menggunakan sound system dan lainnya.

Bila bermain ke Tulungagung, anda akan punya cerita menarik tentang ronda keliling. Anak muda Tulungagung menyebutnya dengan Calung. Sekitar tujuh tahun lalu calungan mulai ada di Tulungagung, dan sekarang perkembangan musik ini cukup pesat. Musik calung tersebut dimainkan enam sampai dua belas orang, tergantung kreativitas grub. 

Calung terdiri dari beberapa alat musik, yakni drum, kendang, gambang bambu 1 dan 2, calung/angklung, bass yang terbuat dari bambu, kecer dan sebagainya. Biasanya mereka keliling menggunakan sepeda motor sambil bawa alat. Bukan hanya sebatas ronda keliling saja, tapi calung/musik ronda seperti ini seringkali dilombakan. Biasanya lomba diadakan di warung kopi atau radio yang ada Tulungagung. Pesertanya bukan hanya lokal saja, namun hingga merambat kewilayah karisidenan Kediri.

Salah satu grub calung yang meminta bantuan kami berasal dari desa Jabalsari. Awal mulanya, Jecky adik kelas saya sewaktu SMA  minta tolong untuk mengajari cara bermain kendang jaipong. Ternyata saat bulan Ramadhan saya dimintai tolong lagi bermain kendang di grup calungnya. Saat itu grup Jecky mendapat job main di Desa pandansari. 

Sebenarnya grub calung ini sudah ada tukang kendangnya, namun dia memilih bermain bass bambu. Oke, saya mengiyakan ajakan tersebut. Satu persatu saya mulai berkenalan dengan musisi grub tersebut. Zaki, Alun, Dion, Doris, Udin dan beberapa teman lainnya (maaf yang lain tidak disebut, saya lupa namanya). Malam itu adalah pertama saya gabung dengan mereka. Sebelum berangkat ke Pandansari, kami melakukan latihan terlebih dahulu agar nanti pada saat bermain tidak salah paham antara satu dengan lainnya. 

Bertempat di pelataran masjid dekat dengan rumah Zaki, kami berlatih hingga dua lagu terlewati. Akhirnya kami berangkat ke Desa Pandansari untuk memenuhi job. Sampai disana kami memainkan beberapa lagu. Satu, dua, tiga lagu sukses. Hingga sampai di penghujung acara, Alhamdulilah lancar tanpa halangan.
saat perform di Pandowo FM

Kru dan pemain Gareng Punk

Pada bulan ramadhan seperti ini radio Pandowo selalu mengadakan event lomba ronda kreasi. Kebetulan mas Tomy yang selalu jadi host dalam acara tersebut kenal dengan saya. Mas tomy menawarkan kepada saya untuk mengisi acaranya "mas brin ayo ngisi ronda". saya langsung mengajak temen calung dari Jabalsari. Karena grub saya (Surapuri) sudah terlebih mengisi disana.

Saya ngobrol dengan ketua calung Jabalsari, Zaki. 
"Mak ayo ngisi acara nang pandowo". Dia terlihat agak ragu karena kesiapan timnya kurang matang. Setelah ngobrol lewat whatshap si Zaki mengiyakan tawaran saya untuk mengisi di pandowo. 
"Lha latiane iki mengko piye mak, lagune opo ae?" kata Zaki. "Ayo kita latian bareng?"
Akhirnya kami (grup CB) sepakat untuk membantu mereka dalam menentukan lagu dan aransemennya.

Video bisa klik di sini, sini, sini

Latihan perdana Goes to Pandowo, Maman menjadi tukang kendang, lalu Cindy di bagian vokal. Karena waktu pementasan satu jam, kami akan membawakan enam lagu. Diantarannya ada Jambu Alas, Kangen Suarane (precil), Ojo Nguber Welase, Lungset, Pokoke Joget dan Banyu Langit. Kami hanya punya waktu lima hari untuk latihan, jadi agak ngebut. Saat itu formasi personil calung yang kami tentukan adalah, Maman (kendang), Alun (drum), Dion (gambang 1), Jecky (gambang 2), Zaky (bass) dan Udin (kecer).

Menurut saya ada yang unik dari grub ini. Zaki selaku ketua bukannya sibuk mencari materi lagu untuk persiapan timnya, tapi malah bingung mencari nama yang tepat untuk grub. Akhirnya, entah bermimpi apa semalam. Dia menamai grubnya dengan nama "Gareng". Lalu dia memberi tahu kepada saya bahwa itu adalah nama grubnya. 
"Mak jenenge kuwi, tambahono opo ngono ben mening" kata zaki kepada saya. 
Saya mengusulkan "piye lak ditambahi PUNK, dadine jenenge malih Gareng Punk". 
"Hooh mak, orapopo" kata zaki. 
Kami sepakat bahwa nama untuk pementasan di Pandowo menggunakan nama Gareng Punk.

Hari kedua proses tiba tiba salah kawan (Mas dimas) menghubungi saya. Bahwa di warkop Sor tower akan diadakan tehnical meeting untuk lomba ronda kreasi. Pada saat itu saya menawarkan kepada Gareng Punk untuk mengikuti lomba disana. Nampaknya ajakan saya belum direspon secara positif. Karena kata Zaki, mereka belum siap untuk mengikuti lomba, materi lagu juga belum menguasai sepenuhnya. 

Jadi sebenarnya ikut lomba itu bukan bagaimana kita bermain baik dan meraih juara, tapi lebih membentuk karakter grub dan melatih mental dan jam terbang.

Saat kami menggelar latihan untuk persiapan di Pandowo. Saya mencoba ngobrol ke seluruh personil Gareng Punk. Yang intinya berani atau tidak bila kita ikut lomba di Warkop Sor Tower ? Jawaban meraka tetap masih sama dengan kemarin. Semua main tidak berani ikut lomba, dengan alasan masih belajar.

Hari ketiga kami berproses. Saya mencoba nego kepada Zaki. 
"Piye zak bocahmu jik panggah durung wani"? 
"Laiyo to, sak jane lak aku wani ae. Tapi bocah2 lo sik durung wani". Kata Zaki. 
Saya mencoba meyakinkan dia, karena saat itu hanya dialah yang bilang kalau berani ikut lomba kepada saya. Akhirnya Zaki ngobrol dengan temannya.

Waktu latian dimulai. Saya menanyakan tentang tawaran mengikuti lomba di Warkop Sor Tower. Saya tanya satu persatu terkait keikutsertaan ini. Entah apa yang dilakukan Zaki kepada temannya. Pada saat latian tersebut Gareng Punk memberi tanggapan yang positif, bahwa mereka berani ikut lomba. Namun ada satu anak yang masih ragu. Doris (calung). Dia tampaknya nggak berani ikut lomba, katanya malu dan takut salah bermain calung. Padahal jika kita ikut lomba harus full tim. Doris adalah penentu Gareng Punk jadi ikut lomba atau tidak. 

Semua memaksa Doris, membutuhkan waktu beberapa menit untuk merayu dia. "Wis dijajal disik ris, ora juara ora masalah. Sing penting awake dewe ikut serta, itung-itung nambah pengalaman." Dan akhirnya dia mau ikut lomba.

Tentu saja, jika kami ikut lomba harus mempersiapkan lagu yang terbaik agar bisa tampil maksimal.
Kami resmi iku lomba di Warkop Sor Tower untuk pertama kalinya. Pentas 14 juli 2017 di Pandowo FM dan malamnya bermain di Sor tower.

Lomba di warkop sor tower bisa baca disini

Setelah pentas di Pandowo, alat tak langsung dibawa pulang, namun kami titipkan di Aula radio. Malam telah tiba, waktunya kami pentas di Sor tower. Dengan penuh cemas, dan gemetar tim Gareng Punk memasuki tempat pementasan. Kami main jam kedua. Setelah pementasan grub calung dari Sumberjo Wetan, saatnya giliran kami pentas. 

Lagu pembuka adalah Banyu Langit, lalu dilanjutkan Kangen Suarane. Pada saat lagu kangen suarane ada sedikit kesalahan komunikasi, akhirnya lagu yang kami bawakan untuk penjurian kurang maksimal. Tapi alhamdulilah bisa selesai. 

Gareng Punk menunggu pengumuman dari pihak warkop sor tower lolos ke semi final atau tidak. Pengumuman tiba, Gareng Punk dinyatakan tidak lolos ke babak selanjutnya.

Sudah jelas Gareng Punk merasa kecewa atas kegagalan ini. Namun kesempatan masih terbuka untuk kalian. Jangan menyerah, tahun depan harus bisa tampil lebih maksimal lagi. terus belajar dan belajar.

Mengutip kata GUS MUS 'Kita boleh berhenti sekolah tapi jangan sampai berhenti belajar'




Friday 23 June 2017

Jomblo dan Cerita Surga Tentang Pernikahan

Menjadi jomblo merupakan salah satu tantangan yang bertumpuk-tumpuk. Makanya tidak semua  orang mampu menjalaninya dengan baik dan benar. Sampai halal begitu biasanya kami menguatkan diri.

Lebaran, halal bi halal dan reuni adalah tempat dimana seolah jomblo adalah kesalahan genetic.  Lebaran misalnya merupakan satu dari sekian cobaan jomblo, pertanyaan kapan nikah? Mana calonnya? Loh kok masih sendiri? Bukanlah pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Hanya saja hal ini merupakan pertanyaan yang membosankan dan kayaknya ndak perlu dijawab.

Belum lagi kalau reuni kawan sekolah pertanyaan ini menjadi lebih berat untuk dijawab. Reuni yang seharusnya bisa menjadi ajang silaturahmi yang menarik menjadi seperti medan perang. Kita para jomblo tahu kalau nikah itu enak. Tentunya kita juga tahu bahwa ndak selamanya enak, pasti ada ndak enaknyalah.

Nah reuni yang kami harapkan adalah mereka yang sudah nikah menawarkan saudaranya, kenalannya atau siapalah pada kami. Siapa tahu cocok. Jangan malah diceritakan pas ndak enaknya. Yang mertua galak, ternyata pasangannya brengsek atau kesulitan beli susu. Pliss jangan lah.

Reuni kali ini saya harus dihadapkan dengan permasalahan keluarga salah satu kawan. Dia sudah pisah, single parent sekarang. Duh, menjadikan keinginan kami untuk move on jadi drop separuh.


Mbak mas, kita pingin cerita surga. Bukan neraka yang seperti njenengan alami. Jangan-jangan saat anda memilih pasangan dulu hanya bertujuan untuk mengendurkan syaraf yang tegang atau malah hanya untuk agar tidak disebut jomblo. Kan jadi gimana gitu.

Final Lomba Ronda Kreasi Warkop Sor Tower 2017

Tiada lomba yang tak berakhir, Musim ronda adalah salah satu moment menghidupkan kembali kreativitas dalam memainkan musik keliling kampung dini hari tanpa ada yang marahi. Asyik kan, Budaya ini belum tentu ada di luar Indonesia. Salah satu saudara sahabat saya yang berasal dari Singapura sangat senang bila diajak ronda. Katanya kalau di Singapura berisik malam hari bisa di denda dan berurusan dengan aparat keamanan.

Moment berkreativitas ronda hanya terjadi di bulan Ramadhan, selain itu? wah bisa rame se RT. Ronda di wilayah Tulungagung sudah berbeda dengan 5-7 tahun yang lalu. Jika saat itu masih menggunakan kentongan, drum air, dan alat tradisional lainnya, sekarang sudah berubah membawa calung, angklung, dram dll.

Warkop sor Tower yang berada di Gang Roda Ngunut Tulungagung menangkap sinyal ini. Untuk memaksimalkan potensi yang ada, mereka menggelar lomba ronda kreasi #3. Ya, ini sudah tahun ke 3. Untuk tahun ini diikuti oleh 11 peserta, mereka tersebar di seluruh Tulungagung. Berikut ini nama grup ronda yang ikut lomba di warkop sor tower yang dimulai pada 13 Juni 2017.

1. Putra Bambu
2. Amumba
3. SDR
4. Gareng Punk
5. CSW
6. Bamboo Art
7. Gambang Crew
8. Entong Jati
9. Bumbung Asmoro
10. Gareng Crew
11. Arumba Ndoro Bei

Dari 11 peserta ini, mereka tampil tiap malam yang terdiri dari 2 grup. Kecuali malam penyisihan yang terdiri 3 grup. Setelah mereka tampil di babak penyisihan, akan di pilih menjadi 5 peserta yang akan tampil pada babak semifinal pada 20 Juni 2017. Berikut nama grup yang lolos semifinal.

1. AMUMBA
2. ARUMBA NDOROBEI
3. SDR
4. BAMBU ART
5. GARENG CREW


Selanjutnya peserta yang lolos semifinal akan ditampilkan pada final lomba Ronda Kreasi Warkop Sor Tower 2017 yang dilenggarakan 24 Juni 2017. Pada final ini dipilih 4 grup ronda terbaik yang nantinya akan ditentukan siapa juara 1,2,3 dan 4. Berikut peserta yang lolos ke Final.

1. AMUMBA
2. ARUMBA NDOROBEI
3. BAMBU ART
4. GARENG CREW


Tentunya saat Final mereka tampil habis-habisan. Untungnya antar peserta rukun hal ini terbukti saling joget dan memberi semangat ketika tim yang lain perform. Meski sama-sama tampil maksimal selayaknya Lomba harus ada yang juara 1, 2, 3 dan 4.

Saling Joget untuk mendukung

Penyerahan Hadiah 


Juara Diumumkan Selamat untuk para juara lomba ronda kreasi#3 Warkop Sor Tower.

1. Gareng Crew. (video bisa klik disini)
2 Arumba Ndoro Bei.
3. Bambu Art (video bisa klik disini)
4. Amumba.


Thursday 22 June 2017

Calung Surapuri (suara ronda Pulosari)


Grup calung atau angklung satu ini sebenarnya sudah dikenal di Tulungagung bagian timur. Tepatnya berada di Desa Pulosari Kecamatan ngunut. Awal mulanya hanya menggunakan kentongan untuk membangunkan orang di saat puasa. Lama-kelamaan akhirnya mampu mengganti propertinya hingga seperti sekarang menggunakan angklung, calung, drum dan sebagainya.

Surapuri in action

Melihat usianya yang sudah tidak muda, pengalaman yang menarik tentu  ada. Salah satunya ketika di undang main di suatu desa. Mereka main dengan totalitas dan tuan rumah juga senang, namun ditengah-tengah permainan ada salah satu tetangganya yang marah dan menyuruh mereka pindah. Untungnya masalah ini bisa diselesaikan dengan baik dan benar.
Saat latihan persiapan pentas di Radio Pandowo
Grup ini termasuk memiliki kekompakan yang baik meskipun tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah desa. Kalau kita melihat adanya hal positif memang seharusnya didukung oleh pemerintah. Bila tidak ada ya sudah, harus jalan sendiri dengan kemampuan dan kreativitas sendiri. Belum lagi bila alat rusak, Nanan salah satu pentolannya pernah cerita bahwa harus mencarikan pinjaman uang untuk beli alat yang baru. 
Salah satu ciri unik dari Surapuri adalah membawa barongan yang biasanya identik dengan grup jaranan. Penggunaan ini juga tanpa alasan, salah satunya agar berbeda dari grup calung yang lain sekaligus menonjolkan kesan “Tulungagung”.
video pementasan bisa dilihat disini, saat lomba di warkop sor tower disini
Untuk prestasi, Surapuri pernah menjadi juara 1 lomba kreasi tahun 2015 di warkop sor tower gang roda Ngunut. Selain itu juga pernah berpartisipasi dalam hari anti narkoba yang bekerja sama dengan BNN kab Tulungagung. Acara ini digelar di alun-alun kabupaten Tulungagung, bersama dengan komunitas lain yang memiliki pemikiran yang sama dalam memberantas narkoba di Tulungagung.

Tertarik untuk mengundang? Silahkan datang ke Pulosari.

Wednesday 21 June 2017

Reog Mini SD Ngunut 1 feat Cahaya Budaya

Reog Ponorogo dimainkan oleh orang dewasa bukanlah hal yang aneh. Namun ketika Reog Ponorogo dimainkan oleh siswa SD, saat itu wajar jika merasa takjub. Ya, kami saat ini sedang melatih siswa SD N 1 Ngunut agar bisa bermain reog Ponorogo, bukan Reog yang dimainkan oleh siswa. Apa beda? tentunya berbeda. Dilihat dari sisi pemain, domisili dan kebiasaan, kami harus bisa mengajak anak-anak untuk bermain reog.


Klono Sewandono yang Gagah perkasa

Namanya anak-anak, jangan harap anda akan mendapatkan tarian yang luwes, serius dan menyeramkan. Jika anda berharap demikian, maaf anda akan kecewa. Karena disini anak-anak bermain reog jadi anda akan melihat anak yang lucu, kenes dan semaunya. Lha wong anak-anak.

Awal mulanya kegiatan ini akan dipentaskan bulan Juli, ada acara di Sekolahan. Namun dipenghujung perpisahan kelas 6 dan sekaligus peresmian gedung kesenian baru. Reog mini diminta untuk ikut mengisi.

Persiapan sebelum Pentas

Latihan biasanya dilakukan hari sabtu bertempat di gedung kesenian SDN 1 Ngunut. Berhubung akan dipentaskan untuk perpisahan maka kami menawarkan agar latihan ditambah. Hari Senin dan Rabu adalah latihan tambahan yang akhirnya disepakati. Namun bukan di gedung kesenian, untuk latihan tambahan bertempat di Desa Pulosari, tempat biasa kami Cahaya Budaya (CB) berlatih.

Pementasan bisa lihat disini

Penari yang awal mulanya 30 berkurang menjadi 20an maklum namanya juga anak-anak yang masih butuh bimbingan orang tua. Apalagi bila latihan tambahan, penari yang datang biasanya kurang dari 20 oke show must goon begitu kata Mas Maman yang kebagian bertanggung jawab untuk latihan SD N 1 Ngunut.
Jathil in Action

Bujangganong yang lincah

Sabar, begitu yang sering kali kami lontarkan kepada rekan-rekan CB. Kata ini sebenarnya lebih tepat untuk kami sendiri agar tidak emosi. Apalagi ketika latihan di Pulosari, tempat kami dekat dengan rel kereta jadi sering kali ketika saatnya menari dan kereta lewat, beberapa penari akan memandang kereta dan mereka berhenti menari untuk melambaikan tangan. Duh.

Mendekati hari H pementasan, tiba-tiba jumlah penari bertambah. Hampir 30 dan, Maman yang biasanya akan senang bila penarinya tambah saat ini dia kelihatan down. Karena pola sudah selesai namun dengan adanya penari tambahan kita harus mengatur ulang pola. Kan jadi kerja dua kali. Keputusan untuk mengikutkan mereka yang baru ikut bukan tanpa dipikir masak-masak. Kita kembali pada tujuan awal, Anak-anak yang bermain Reog Ponorogo.

Hari H tiba, Ibu-ibu sudah terlihat semangat melihat anaknya di dandani. Saat itu saya tahu bahwa the power of emak-emak memang nyata haha. Selesai di rias, anak-anak menuju gedung kesenian untuk tampil. Ternyata penonton sudah membludak. Entah itu penonton dari luar atau Emak-emak dari anak yang ikut pentas. Kami sempat khawatir karena ada yang baru ikut latihan 3 kali dan entahlah, sekali lagi kita hanya bisa berdoa dan Tuhan maha Kuasa.

Aplaus dari Penonton membuat kami yakin pementasan berjalan sukses. Meski ada satu atau dua kesalahan yang menurut kami wajar. Setidaknya saat itu apa yang sudah kami dampingi selama kurang lebih 3 bulan berbuah manis.

Terima kasih untuk semua. Guru, SDN 1 Ngunut, Emak-emak dan semua yang membantu. anda semua Hebat. 

Sunday 18 June 2017

Ronda Calung di Tulungagung

Bulan Puasa identik dengan Sahur. Di beberapa tempat membangunkan orang untuk sahur masih marak terjadi, mulai yang menggunkana alat tradisi hingga yang menggunakan alat modern. ada juga yang menggabungkan keduanya.
Di Tulungagung bagian timur orang-orang ronda sudah mulai tercampur dengan budaya modern. Meski banyak yang masih menggunakan alat tradisi untuk melakukan ronda. Beberapa tahun yang lalu orang akan berfikir bahwa ronda adalah berkeliling lingkungan dengan membawa kentongan. Saat ini hal itu akan sulit dicari, yang ada dalah orang yang melakukan ronda dengan membawa alat angklung, calung, drum dll.



Pementasan di Radio Pandowo
Calung begitu biasanya kami menyebut. Calung terdiri dari angklung, angklung kocok, gong, kenong dan drum. banyaknya grup calung di tempat kami sudah mulai dilirik oleh pihak-pihak yang merasa perlu memberikan ruang dan tempat. Seperti radio Pandowo FM dan Warkop Sor tower. kedua tempat ini hanya sedikit contoh tempat yang memberikan ruang untuk grup calung agar tetap berkreasi.
Bisa dilihat di sini, sini, sini
Pandowo FM misalnya, Radio milik Mayangkara group ini selalu mengadakan ngabuburit di halaman dengar radio pandowo dengan menampilkan grup calung yang ikut lomba kreasi. Meskipun fokus ke Lomba, Pandowo FM juga memberikan kesempatan bagi grup yang tidak ingin ikut lomba, namun ingin berpartisipasi. Biasanya acara dimulai pukul 16.00-17.00.
Sedangkan Warkop Sor tower yang sebenarnya masih berada di wilayah yang sama dengan radio pandowo. Gang Roda Ngunut yang juga terkenal dengan banyaknya warung kopi. Warkop ini menggelar lomba ronda kreasi setelah sholat tarawih atau sekitar jam 20.00-22.00 tergantung dengan lagu yang dibawakan oleh masing-masing grup. Di warkop sor tower, alat elektrik masih bisa diikutkan selama tidak mendominasi.


Adanya lomba ronda ini disikapi positif oleh teman-teman yang tergabung dalam grup calung. dapat dilihat dengan banyaknya grup yang terlibat, entah sebagai peserta maupun sebagai penonton. memberikan ruang untuk silaturahmi begitu kata Dimas, pemilik warkop sor tower.

penasaran? monggo datang ke Tulungagung.

Friday 16 June 2017

Reog Ponorogo Cewek SMKN 2 Boyolangu feat Cahaya Budaya

Tidak seperti biasanya kali ini kami CB (Cahaya Budaya) mendapat tawaran untuk kolaborasi dengan siswi-siswi SMK 2 Boyolangu. Saat itu keponakan Maman (tukang kendang kami) datang ke Rumah Ebin yang biasanya digunakan teman CB untuk ngumpul. Dia cerita bila mata pelajaran pengantar pariwisata akan mengadakan pertunjukan. saat itu teman-temannya ingin menampilkan reog kendang (kesenian khas Tulungagung), namun sebagian merasa sudah terlalu banyak yang menampilkan reog kendang. Maka Bening (keponakan maman) mengusulkan untuk menampilkan Reog Ponorogo dan memilih kami sebagai teman kolaborasi.


Foto Cantik sebelum pentas

selanjutnya kita berbicara konsep pementasan. Menampilkan full sendratari Reog atau diambil perbagian? Pada awalnya mereka ingin menampilkan full namun ketika dirapatkan ternyata memilih untuk hanya menampilkan jatil. ok.

Gladi bersih di Sekolahan

Latihan hari pertama dimulai, yang datang ternyata banyak sekitar 25 orang. Tim CB kaget lha kalo banyak yang ikut kenapa tidak memilih sendratari saja? usut punya usut ternyata mereka bingung dengan biaya. takut kalau nanti membengkak. kalau dari kita tim CB memang ada unsur sosial dimana kita tidak mematok harga untuk pelatihan sekolah dan organisasi yang sifatnya sosial. latihan pertama yang seharusnya jathil saja akhirnya dimulai dengan sendratari minus warok.
kebanyakan anggota CB masih jomblo jadi khusus yang cowok tidak memiliki pengalaman yang memadai dalam mengatur cewek. duh. Tahu sendirikan kalau cewek itu selalu benar. untuk urusan penari Jathil kita pasrahkan pada yang cewek. Sedangkan untuk penari dadak merak, bujangganong dan kelono sewandono dipasrahkan ke cowok.
Dulu kami pernah diwejang bahwa sebagian orang dilahirkan bukan untuk menari. Dan juga tidak untuk tertarik di dunia seni. Namun terkadang mereka terjebak harus melakukan hal-hal demikian. seperti saat ini misalnya.
video bisa klik di sini

Kami harus menyiasati bagaimana agar cewek-cewek ini bisa tampil maksimal, mulai olah tubuh, pelemasan dan juga dimarahi. hingga akhirnya kita menemukan formulasi yang menurut kami pas saat itu, Menggunakan salah satu pentolan mereka untuk memberikan wawasan bahwa pementasan ini yang butuh adalah mereka dan teman-teman CB hanya mengantarkan. 

Hari pementasan tiba, tegang, grogi, takut dan sebagainya berkecamuk. Mengingat tidak semua teman-teman memiliki pengalaman pentas. Apalagi pentas ini akan disaksikan oleh seluruh keluarga besar SMK 2 Boyolangu. akhirnya kelas kami dipanggil, dan semua harus mempersiapkan diri dengan baik. Bermain sesuai dengan latihan, meskipun ada sedikit kesalahan, kalian merupakan satu-satunya grup reog ponorogo perempuan di Kabupaten Tulungagung. Selamat Kalian hebat.


Tuesday 13 June 2017

Reog Ponorogo Cahaya Budaya Feat Pramuka SMA N 1 Rejotangan

Awal mulanya kami hanya mendapat info bahwa diajak kolaborasi teman-teman SMA Rejotangan. saat itu kami tidak berpikir bahwa yang mengajak adalah anggota pramuka. Hingga tiba perwakilan dari Pramuka SMA Rejotangan. Mereka mengajak kita untuk kolaborasi dengan penari dari mereka sedangkan pemain musik dan penata tarinya dari kami (Cahaya Budaya). oke, kita pun mau menerima ajakan ini.

Saat itu siswa kelas XII sedang ujian jadi kami harus menyesuaikan dengan jadwal ujian dari mereka. Padahal saat itu kita juga punya tanggungan dengan siswi SMK 2 Boyolangu, kalau ini semua penarinya cewek. Ditambah dengan siswa dari SD N 1 Ngunut yang kebanyakan masih kelas 1, 2,3 ditambah sedikit dari 4,5 dan 6.

Kami harus mengatur jadwal apalagi Diesntalis SMA Rejotangan kurang lebih 1 bulan dari kita mulai latihan. latihan perdana sempat membuat kami semangat, penarinya banyak tepat waktu dan tidak banyak protes. Melihat antusias yang seperti itu, membuat tim kreatif kami membuat garap tari yang sedikit berbeda dengan sebelumnya. saat itu tim kami menganggap mereka akan mampu membawakan Reog Ponorogo dengan garapan yang lebih berwarna.

Pementasan bisa klik disini

Menginjak pertengahan latihan mulai kelihatan yang loyo, penari yang mengundurkan diri, ogah-ogahan. Hal ini ternyata di luar dugaan kami. Akhirnya kita harus menyusun ulang rencana dan strategi yang digunakan. untungnya mereka (Anggota Pramuka) memiliki jiwa yang solid dan menyukai tantangan.

Menjelang Hari H ada kabar 2 orang anggota tidak bisa ikut latihan, ada usulan dari pembina pramuka untuk memasukkan 2 orang anggota reog cahaya budaya untuk mengisi kekosongan. Oke, untungnya masih ada 2 kali latihan untuk penyesuaian.


Diesntalis dimulai, kami sudah mulai merasa semangat sekaligu grogi. Semangat karena sebentar lagi perjuangan kami akan terlihat hasilnya. Grogi karena angin yang kelihatannya diluar prediksi, apalagi mengingat salah satu pembarong adalah anggota pramuka yang tentunya sangat kurang jam terbang. Kita hanya berdoa, Allah yang maha kuasa.

Pementasan berjalan sukses, meski terdapat sedikit masalah yang untung dapat segera diatasi oleh pemain. selamat kalian hebat. setelah pementasan tidak lupa kami berfoto dengan kepala sekolah dan guru yang juga bangga dengan anak didiknya yang mampu mementaskan sendratari reog Ponorogo dengan baik.