Sunday 22 January 2017

Telaga Ngambal dan Pemudanya yang Kece Badai

 Oleh: Ebin


Bagi sebagian warga Tulungagung mungkin sudah pernah mendengar telaga Ngambal. Telaga ngambal berada di desa Winong, kecamatan Kalidawir kabupaten Tulungagung. Ini adalah salah satu tempat wisata yang tergolong anyar di Tulungagung.

Kemarin saya dan teman-teman sejenak untuk meluangkan waktu berkunjung ke telaga yang kini sedang manis-manisnya. Tak perlu banyak waktu untuk menuju kesana hanya butuh 30 hingga 40 menit bila kita tempuh dari kota Tulungagung. Sesampai disana bukan langsung menuju ke lokasi wisata namun kami menuju kerumah kakeknya Aditya (pedet) untuk menitipkan kendaraan.
Kami langsung ke telaga untuk menikmati keindahannya. Sambil minum kopi, kami berenam nampaknya kelaparan lalu saya mengalah pergi kesalah satu penjual untuk beli makanan. Sampai diwarung saya berbincang seputar telaga ngambal dengan Ibu pemilik warung, Ternyata beliau baru berjualan disini belum lama sekitar satu bulan. 


Saya dan Maman 

Tanpa anda ketahui, jika dulu telaga ngambal adalah sebuah rawa kecil yang banyak ditumbuhi rerumputan, enceng gondok dan orang pun enggan untuk berkunjung kesana. Namun berkat beberapa pemuda yang peduli dengan alam, dan juga didukung oleh karang taruna desa setempat, saat ini banyak orang berkunjung kesana. Hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun telaga ngambal menjadi buah bibir dimedia sosial. Waktu yang singkat untuk sebuah pengenalan wisata baru.
Telaga ngambal saat ini mulai berbenah diri dan juga mulai dipenuhi para pedagang. Tak hanya itu, ada beberapa wahana menarik yang mulai bermunculan seperti penyewaan perahu, ayunan dan bahkan tempat untuk berfoto juga ada. Jika anda pengen selfie ditelaga ini anda dikenakan biaya sebesar 2k per orang oleh warga sekitar setempat. Ya mungkin untuk biaya perawatan disana. Bahkan pemuda disana hingga membuat panggung permanen untuk kegiatan pentas kesenian yang rencananya akan diadakan seminggu sekali.
Belum lama ini kok telaga ngambal diresmikan oleh bapak bupati Tulungagung (Syahri mulyo) tepatnya pada tgl 1 Juanuari 2017 kemarin. Bayangkan saja berawal dari beberapa pemuda yang kurang gawean itu telaga ngambal bisa disulap menjadi sebuah trademark Kecamatan Kalidawir bahkan juga Tulungagung sendiri. Waw..keren ya para pemuda tersebut. Semoga saja telaga ngambal bisa lebih baik lagi dan berkembang menjadi wisata penggerak perekonomian desa setempat bahkan juga Kabupaten Tulungagung, "Opo sih rahasiane kok bisa berkembang secepat itu?" Saya juga belum mengamati sejauh itu. Yang jelas disinilah peran pemerintah sebagai pemegang kendali terhadap pengembangan destinasi wisatanya. Seperti hal yang sama pada awal november 2016 lalu desa sebalor kecamatan Bandung juga diresmikan oleh bupati Tulungagung sebagai desa wisata.
Kebetulan waktu itu grub kami (Cahaya Budaya) juga ikut pentas disana. Didesa wisata sebalor juga ada terdapat air terjun yang airnya segar,dingin dan jernih. Awal mulanya desa wisata sebalor juga belum dikenal masyarakat luas. Namun dengan semangat pemuda yang memiliki kesadaran penuh untuk menjaga keutuhan alamnya, kini desa sebalor perlahan mulai dikenal masyarakat.
Saya yakin bahwa dibalik kesuksesan suatu daerah tak pernah lepas dari pemerintah. Mempunyai sekumpulan pemuda yang kompak, solid jika peran pemerintah gagal merangkul dan memberdayakannya maka percumalah kalau kompak dan solid. Saya juga baru sadar bahwa negara kita ini masih banyak tenaga yang bekerja diluar negeri. Karena mungkin saja ini adalah sebagai ketidaknyamanannya mereka berproses didesanya atau daerahnya. Padahal desa seharusnya bisa menjadi kekuatan ekonomi. Agar warganya tak hijrah ke kota. Sepinya desa adalah penyebab penyebab utama hijrahnya warga tersebut. Namun jika ada kegiatan ekonomi, kegiatan yang sifatnya sebagai pengembangan diri sudah berjalan untuk apa meraka harus jauh-jauh mencarinya?
Bagaiman dengan keadaan karang taruna di daerahmu? Apakah sudah berjalan dengan semestinya? Atau malah karang taruna di daerah hanya sebuah nama tanpa roh? Karena pemudalah yang bisa memberi warna baru, ide cemerlang dan ide liarnya untuk mengembangkan suatu daerah. Teringat kata Bung Karno beri aku 10 pemuda maka akan aku goncang dunia. Dan doaku hari ini. Semoga saja ditempat tinggal kita saat ini menjadi tempat yang lebih maju, nyaman dan baik baik saja. Amiinnn....

Friday 20 January 2017

Kelas Inspirasi Tulungagung 4 tahun 2016

Info tentang kelas inspirasi saya peroleh dari beranda facebook seorang kawan, kelihatannya menarik. Langsung saja klik dan ternyata tertarik, tanpa banyak berpikir saya ngisi form pendaftaran. Saat itu berpikir profesi saya yang petani sangat tidak menarik dan mungkin tidak diterima untuk menjadi salah satu relawan inspirasi. Hingga tiba sms yang mengatakan bahwa saya terpilih menjadi salah satu relawan.

 SDN 3 Geger

                Ketika sudah terpilih, ada hal yang membuat kepikiran. Menjadi petani? Hal apa yang harus diceritakan agar para siswa tertarik dengan profesi ini. mengingat saat ini sudah terlalu banyak yang gengsi untuk menjadi petani. Salah satu fasil memberi saran agar saya memakai baju tradisi bukan baju formal seperti yang lain. Kebetulan selain sebagai petani saya merupakan salah satu pegiat seni Reog Ponorogo di desa Pulosari Kec Ngunut. Salah satu desa yang berada di timur kota Tulungagung.
Sayangnya saya tidak bisa berkumpul dengan teman-teman saat briefing. Oke, saya Cuma bisa memaksimalkan obrolan lewat whatsapp tanpa pernah bertemu muka. Saat senin pagi saya sudah ditunggu Tria salah satu fasil dan Rudi dokumentator yang kebetulan juga berangkat pagi itu. Perjalanan dimulai, hingga kami tiba di SDN 3 Geger.
SDN 3 Geger berada di kecamatan Sendang, salah satu kecamatan yang berada di Tulungagung bagian barat. Kecamatan ini memiliki keindahan alam yang dapat diandalkan. Mulai dari telaga, taman bunga hingga wisata alam pegunungan yang asri. Tertarik? silahkan datang.
Layaknya orang asing yang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untung ada mas Abid yang memecah kebuntuan sambil mengajak ngopi dan memotogi kertas untuk pengenal adik adik siswa, beliau bercerita tentang pengalamannya menjadi salah satu relawan kelas Inspirasi di Blitar. Saat itu saya mulai ada gambaran tentang apa yang harus saya ceritakan. Ditambah dengan arahan dari mas Endrita sang komandan semakin menambah keyakinan untuk memulai acara. Rombongan kami di isi oleh Bunda Tjut yang penulis, Bunda Jumirah yang pengusaha konveksi, Om Abid Analisis keuangan, Om Endrita sang komandan, mbak Ashi dan mbak Tria Fasilitator. Mas Benny dan mas Rudi yang membantu dalam bidang dokumentasi.    

Tim untuk SDN Geger 3

Kelas yang saya isi dimulai dari kelas 3 tanpa banyak halangan saya dapat memberikan gambaran tentang kec Sendang yang menarik untuk dijadikan sebagai tempat bertani. Kebetulan dekat dengan desa mereka terdapat pengusaha bunga potong yang cukup sukses sehingga hal ini semakin memudahkan saya untuk menceritakan tentang pertanian, terutama profesi petani.
Saat istirahat ada reporter tv yang mewancarai saya tentang acara kelas inspirasi ini. salah satu motivasinya adalah agar siswa sd geger 3 tidak malu untuk menjadi petani di kemudian hari. Mengingat saat ini jumlah petani dan lahan pertanian semakin berkurang. Salah satunya dengan menceritakan petani memiliki banyak waktu luang sehingga bisa berkarya di bidang yang lain semisal saya yang terjun di dunia kesenian.
Acara selesai dan ditutup dengan menulis cita-cita di kertas kemudian ditanam di bawah bibit pohon, kami menyebutnya pohon cita. Salah satu fasil memaksa saya untuk mendampingi adik-adik kelas 1 dan 2 untuk menanam pohon cita-cita. Timbul masalah baru lubang yang dibuat berada di bawah rimbunan pohon bambu. Ketika saya protes malah tetap di paksa oleh Ashi salah satu fasil. Setahu saya jarang sekali ada pohon yang mampu bertahan hidup di bawah pohon bambu, karena kuatnya akar yang menyebar sehingga harus berebut nutrisi. Oke, saya mengalah dan hanya bisa berdoa semoga saya salah hehe.

 in action

Tidak seperti teman-teman yang lain saya tidak bisa mengikuti sesi refleksi ada kegiatan lain yang sudah menunggu. Begitu acara selesai, saya langsung pulang. Ternyata mas Abid salah satu relawan juga harus pulang karena harus tiba di stasiun jam 16.00 untuk pulang ke Sidoarjo. Kami berboncengan hingga stasiun tanpa sempat ngopi, saya langsung pulang ke Ngunut untuk melanjutkan kegiatan yang lain.
Sampai jumpa pada acara selanjutnya. Semoga kelas inspirasi ini akan tetap ada di tahun selajutnya. Aamiin.




Tuesday 17 January 2017

Menari Bersama Cahaya Budaya di Pantai Sine



Oleh : Mia

Ngomongin soal tahun baru aku punya cerita yang menarik. Pergantian tahun atau lebih tepatnya tahun baru,kebanyakan orang untuk merayakan tahun baru mereka pergi keluar bersama keluarganya melihat kembang api,ada juga yang pergi liburan keluar kota dan tidak banyak yang hanya merayakan malam pergantian tahun dirumah.

Tahun baru kali ini aku mempunyai cara yang beda dari tahun-tahun sebelumnya. Awalnya sih tidak ada rencana mau kemana dimalam pergantian tahun.Salah satu pelatih reog mengajakku untuk menari mengisi acara malam tahun baru,awalnya ragu-ragu karena aku belum bisa menari tapi ada rasa penasaran dalam diri,jadi aku iyakan aja ikut menari.Latihan dilakukan seperti latihan reog tapi terkadang dihari yang senggang sore hari.

Awalnya tidak meyakinkan dan aku sedikit minder karena disitu hanya aku yang baru pertama ikut menari,tapi ada motivasi dorongan dari mereka yang membuat yakin kalau aku bisa,terlebih pelatihnya yang baik dan itu menjadikan motivasi tidak mau mengecewakan mereka.

Latihan terus berlalu sampai hari H- persiapan satu persatu kami siapkan kostum,makeup,dan mental.Tapi mungkin kalau soal mental hanya aku yang merasa sedikit takut karena baru pertama ini menari diatas panggung.Malam pementasan untuk merayakan malam tahun baru dilakukan di pantai sine ,sebelumnya ada rencana di lap Pema tapi entah apa yang membuat panitia mengalihkan pementasan di pantai sine.

Sabtu 31 Desember 2016 hari H sudah didepan mata,semua kumpul di cemara pantai sine karena disitu kami nanti akan pentas. Aku berangkat sebelum magrib, namun disana harus menunggu lama karena temen-temen yang membawa alat gamelan belum juga sampai. Sambil menunggu kami jalan-jalan ada juga yang berfoto dan ada juga yang bermusyawarah. Hampir isyak akhirnya mereka tiba,saya kira mereka membawa alat-alat gamelan dengan mobil atau truk tapi ternyata dengan mobil satpol pp tapi itu membuat saya penasaran ingin naik mobil itu.

Berjam-jam kami harus menunggu lagi kepastian yang tak kunjung dinyatakan.Salah satu pelatih kami memusyawarahkan dimana basecamp dan tempat persiapan, lama juga mereka bermusyawarah blablablabla dan hujan pun turun lumayan tidak deras tapi cukup membasahi bumi.

Keputusan diumumkan kami harus pergi ke basecamp pak nano,semua bergegas.Persiapan pun dilakukan apa yang harus dikenakan bagaimana dan apa.Sedikit ada konflik pada saat itu karena salah satu pengrawit mendandani penari dengan makeup warok,intinya pelatih berfikiran bahwa makeup itu tidak sesuai dengan lakon ceritanya. Ini yang membuat saya takut karena apa? ketika pelatih yang saya sebut kakak sincan ini marah alis tebalnya itu membuat saya takut.Tapi syukur alhamdulillah konflik bisa terselesaikan,kami sibuk dengan dunianya masing-masing ada yang repot dengan kembennya,makeupnya dan ibuku yang repot dengan aku dan adikku yang mulai mengantuk dan blablablabla.



Waktu terus berlalu tepat pukul 9 acara belum juga dimulai dan persiapan pun juga belum siap 100%. Waktu hampir pukul 11 kami bergegas menuju panggung dengan diojek oleh kakak-kakak ojek dadakan mereka yang sudah siap disuruh pergi dulu.Sebelum itu kami berdoa bersama untuk kelancaran acara malam ini.Udara dingin dan hembusan angin malam pantai semakin membuat malam pergantian tahun ini semakin membuatku penasaran untuk menari diatas panggung bersama hembusan angin.Sebelum kami menari acara diisi oleh band etnic dari pulosari juga "Adichandra".

Disamping panggung mereka semua tenang-tenang saja ,hanya aku yang kelihatannya memikirkan sesuatu,awalnya sedikit grogi tapi aku melihat sosok yang selalu memotivasi dan menemaniku kemanapun aku melangkah dia adalah ibuku. Beliau selalu mengerti perkembanganku dan ketika menari beliau yang selalu mengkritik jika aku kurang luwes (itu memang benar ya dimaklumi sajalah). Di atas panggung rasa grogi itu hilang karena aku dan kawan-kawan sempat foto dan untuk menghilangkan rasa grogiku lebih lama aku membayangkan seperti ketika aku bernyanyi panggung adalah milikku(kunci).

Kami dipanggil, semua segera naik ke atas panggung dan Ketika gamelan mulai dimainkan saat itu aku mulai menari....

Cahaya Budaya dan Tahun Baru di Pantai Sine

Oleh : Wulan

Apa sih Reog Ponorogo itu. Aku bertanya-tanya ketika Wali kelasku menawarkan kami (XII IPS 3) untuk menampilkan Reog Ponorogo sebagai tampilan kelas di Diesnatalis SMA Negeri 1 Ngunut yang ke-32. Awalnya aku tidak tertarik untuk main Reog, namun setelah latihan dan bertemu pelatih yang super baik walau terkadang nyebelin, aku mulai tertarik untuk ikut sanggar "Cahaya Budaya". Disana aku diajarkan bagaimana menari yang baik di depan banyak orang.
Ketika liburan akhir tahun, aku di ajak temanku untuk latihan tari Kidung Anglana. Kidung Anglana? tarian apa lagi!. Karena aku penasaran, Terlebih aku tidak punya pekerjaan di rumah, jadi aku memutuskan untuk setuju dengan ajakannya. Setelah latihan 3x seminggu selama 1 bulan, sanggar Cahaya Budaya mendapat tawaran untuk mengisi acara di pantai Sine pada Tahun Baru. Aku sangat antusias karena tari Kidung Anglana jadi di tampilkan, terlebih lagi pantai Sine dekat dengan rumahku.



Akhirnya malam Tahun Baru tiba. Dengan di temani Ibu dan temanku, aku berangkat ke pantai Sine. Sesampainya di Sine, aku pikir akan langsung mendapat tempat untuk bersiap-siap seperti make up atau ganti kostum. Tapi ternyata kami (Cahaya Budaya) harus menunggu berjam-jam untuk itu. Hingga pada akhirnya, kami disuruh untuk pergi ke Base Camp (rumah Pak Nono panitia acara) untuk bersiap-siap. Pada malam itu, tidak hanya tari Kidung Anglana saja yang akan mengisi acara, namun juga ada penampilan Band Etnik sebagai penampilan utama. Jadi ketika para pemain Kidung sibuk pakai ini pakai itu, maka yang mengisi acara adalah Band Etnik. Setelah dirasa pemain Kidung sudah siap, termasuk aku, kami berangkat menuju ke panggung. walaupun gugup dan khawatir kalau lupa gerakan, akhirnya Kidung Anglana sukses ditampilkan. Kemudian, acara dilanjutkan oleh Band Etnik lagi. Sambil mendengarkan alunan musik, kami berjoget bersama-sama. Sampai akhirnya aku diajak pulang oleh Ibuku.



Keesokan harinya, sekitar jam 06.30 aku berangkat lagi ke Pantai Sine. Disana aku langsung bersiap-siap, seperti make up, pakai kostum jathil dan atribut lainnya. Walaupun semua tidak ku lakukan dengan benar, sehingga akhirnya aku di bantu oleh teman-teman. Sebelumnya kami di beritahu bahwa Reog akan tampil sekitar jam 09.00. Namun ketika Jathil sudah hampir siap, kami di beritahu bahwa penampilannya diundur pada siang hari. Ya ampun, itu lama sekali, sampai-sampai banyak yang tidur sambil di make up sama temannya.




Tiba saatnya kami tampil. Seperti biasa aku khawatir kalau lupa gerakan dan rasanya lebih gugup dari malam itu. Karena saat itu siang hari, kami tidak diperbolehkan tampil di bawah panggung. sehingga walau sedikit berdesak-desakan, kami akhirnya tampil di atas panggung. Rasanya jantungku mau copot melihat penonton yang banyak sekali. Namun akhirnya penampilan Reog Ponorogo juga sukses di tampilkan. Jadi itulah pengalamanku menari di pantai Sine. Menurutku itu adalah pengalaman yang sangat berharga. Dimana aku bisa bertemu orang-orang yang hebat, yang mau mengajariku dengan sabar. Yang sebelumnya aku tidak pernah menari, bahkan Ibu dan Ayahku tidak menyangka kalau aku bisa menari. Sekarang bisa menari adalah kebanggaan tersendiri bagiku. Sanggar "Cahaya Budaya" Is The Best.