Tuesday 17 January 2017

Cahaya Budaya dan Tahun Baru di Pantai Sine

Oleh : Wulan

Apa sih Reog Ponorogo itu. Aku bertanya-tanya ketika Wali kelasku menawarkan kami (XII IPS 3) untuk menampilkan Reog Ponorogo sebagai tampilan kelas di Diesnatalis SMA Negeri 1 Ngunut yang ke-32. Awalnya aku tidak tertarik untuk main Reog, namun setelah latihan dan bertemu pelatih yang super baik walau terkadang nyebelin, aku mulai tertarik untuk ikut sanggar "Cahaya Budaya". Disana aku diajarkan bagaimana menari yang baik di depan banyak orang.
Ketika liburan akhir tahun, aku di ajak temanku untuk latihan tari Kidung Anglana. Kidung Anglana? tarian apa lagi!. Karena aku penasaran, Terlebih aku tidak punya pekerjaan di rumah, jadi aku memutuskan untuk setuju dengan ajakannya. Setelah latihan 3x seminggu selama 1 bulan, sanggar Cahaya Budaya mendapat tawaran untuk mengisi acara di pantai Sine pada Tahun Baru. Aku sangat antusias karena tari Kidung Anglana jadi di tampilkan, terlebih lagi pantai Sine dekat dengan rumahku.



Akhirnya malam Tahun Baru tiba. Dengan di temani Ibu dan temanku, aku berangkat ke pantai Sine. Sesampainya di Sine, aku pikir akan langsung mendapat tempat untuk bersiap-siap seperti make up atau ganti kostum. Tapi ternyata kami (Cahaya Budaya) harus menunggu berjam-jam untuk itu. Hingga pada akhirnya, kami disuruh untuk pergi ke Base Camp (rumah Pak Nono panitia acara) untuk bersiap-siap. Pada malam itu, tidak hanya tari Kidung Anglana saja yang akan mengisi acara, namun juga ada penampilan Band Etnik sebagai penampilan utama. Jadi ketika para pemain Kidung sibuk pakai ini pakai itu, maka yang mengisi acara adalah Band Etnik. Setelah dirasa pemain Kidung sudah siap, termasuk aku, kami berangkat menuju ke panggung. walaupun gugup dan khawatir kalau lupa gerakan, akhirnya Kidung Anglana sukses ditampilkan. Kemudian, acara dilanjutkan oleh Band Etnik lagi. Sambil mendengarkan alunan musik, kami berjoget bersama-sama. Sampai akhirnya aku diajak pulang oleh Ibuku.



Keesokan harinya, sekitar jam 06.30 aku berangkat lagi ke Pantai Sine. Disana aku langsung bersiap-siap, seperti make up, pakai kostum jathil dan atribut lainnya. Walaupun semua tidak ku lakukan dengan benar, sehingga akhirnya aku di bantu oleh teman-teman. Sebelumnya kami di beritahu bahwa Reog akan tampil sekitar jam 09.00. Namun ketika Jathil sudah hampir siap, kami di beritahu bahwa penampilannya diundur pada siang hari. Ya ampun, itu lama sekali, sampai-sampai banyak yang tidur sambil di make up sama temannya.




Tiba saatnya kami tampil. Seperti biasa aku khawatir kalau lupa gerakan dan rasanya lebih gugup dari malam itu. Karena saat itu siang hari, kami tidak diperbolehkan tampil di bawah panggung. sehingga walau sedikit berdesak-desakan, kami akhirnya tampil di atas panggung. Rasanya jantungku mau copot melihat penonton yang banyak sekali. Namun akhirnya penampilan Reog Ponorogo juga sukses di tampilkan. Jadi itulah pengalamanku menari di pantai Sine. Menurutku itu adalah pengalaman yang sangat berharga. Dimana aku bisa bertemu orang-orang yang hebat, yang mau mengajariku dengan sabar. Yang sebelumnya aku tidak pernah menari, bahkan Ibu dan Ayahku tidak menyangka kalau aku bisa menari. Sekarang bisa menari adalah kebanggaan tersendiri bagiku. Sanggar "Cahaya Budaya" Is The Best.

3 comments: