Tuesday 29 March 2016

Gelar Seni Di Tulungagung

Jaranan, siapa yang ndak tau kesenian ini? mulai dari ujung pulau Jawa sebelah timur hingga barat. Mungkin yang membedakan hanya penyebutan saja ada yang menyebutny jaranan, kuda lumping, jathilan atau yang lain. Hingga sekarang saya belum tahu kesenian ini asli mana. cuma setahu saya di daerah Eks karesidenan Kediri, Tulungagung pernah menjadi barometer Jaranan sekitar tahun 2000 an, saat itu ada Turonggo Safitri Putro dan kuda Bhirawa.

Pada era itu, muncul dan bangkit kesenian jaranan, baik yang dulu pernah ada hingga yang benar-benar baru. saya ingat Turonggo Safitri Putro dan Kuda Bhirawa dilarang tampil malam hari. Kedua Grup ini mampu menghadirkan penonton yang sangat banyak, sehingga sering kali terjadi kericuhan penonton. kericuhan ini biasanya diawali ketika musik dangdut atau campursari mulai mengumandang, grup ini mampu menggabungkan campursari, dangdut dan jaranan dengan apik.

Sayangnya dua Grup ini sekarang mulai menghilang gaungnya, ada yang bilang pecah ada yang bilang memang sudah tidak seramai dulu. Tidak hanya berdampak pada grup mereka, secara berangsur-angsur juga ikut mengurangi semangat grup jaranan yang lain. Meskipun ada yang sempat muncul dan berjaya namun gaungnya tidak pernah bisa menyamai kedua grup jaranan ini. 

Surutnya pentas jaranan mau-tidak mau juga ikut mempengaruhi ketertarikan pemuda untuk ikut melestarikan kesenian yang mampu bertahan bertahun-tahun bahkan mungkin ratusan tahun. Setiap kesenian tradisi memang tidak bisa dipungkiri akan hadirnya kesan magis, mistis dan erotis, ditambah dengan minuman keras, semakin membuat orang tua melarang anaknya untuk gabung dan ikut nguri-nguri Jaranan.




Melihat fenomena ini, salah satu wartawan senior JTV area kediri Mas Muji selaku penggagas pentas seni tradisi yang ada di Daerah Tulungagung mengajak para pelaku seni untuk pentas sebulan sekali di alun-alun. Dengan di siarkan oleh JTV Kediri. dulu acara ini diadakan 2 minggu sekali, namun sekarang menjadi 1 bulan sekali. animo seniman jaranan hingga saat ini sangat bagus dengan adanya pentas ini, bahkan untuk pengisi acara 6 bulan lagi sudah ada yang daftar. ada salah satu grup yang bilang dengan adanya acara ini, semangat kelompoknya  menjadi lebih kuat dan mulai mendapatkan undangan untuk pentas di beberapa tempat. Bila anda menginginkan untuk tampil silahkan menghubungi mas Muji yang dengan hangat akan menyambut kedatangan anda. oh iya, pementasan terakhir yang saya lihat pada tgl 12 maret 2016. Bagi anda yang ingin menonton silahkan dihitung kapan akan ada lagi. yang jelas hari sabtu malam minggu.
salam Budaya. 

Monday 28 March 2016

Pantai Sine dan Ujian Kesabaran

 Oleh: Elok
Pantai Sine. Mungkin sebagian orang Tulungagung sudah tidak asing lagi mendengar nama pantai tersebut. Bagi yang belum tahu, Pantai Sine merupakan salah satu pantai di kota Tulungagung. Terletak di Desa Kalibatur, Kec.Kalidawir, sekitar 35 Km arah Selatan Kota Tulungagung. Ombak di Pantai Sine cukup besar, penampakan pantai ini berupa teluk, selain itu, Pantai Sine menghadap ke Timur. Jadi otomatis kita bisa melihat sunrise yang aduhai di tepi pantai apabila mau berjuang bangun pagi dan pergi ke sana, tentunya diwaktu yg tepat. Bila masih mendung silahkan ke Gunung Budheg untuk melihat awan yang berarak.
Cerita kali ini bermula pada pada malam tahun baru. Waktu itu saya dan teman-teman Reyog Cahaya Budaya mengadakan acara bakaran ayam di rumah Mas Gibrellyn a.k.a Ayam. Lho, Kok ayam bakar ayam? Ah u know what I mean lahh
Selesai acara tsb, para anak laki2 ingin pergi ke pantai sine, ingin melihat sunrise katanya. Wah, saya yang gampang penasaran dan sangat ingin tahu ini benar2 kepingin ikut mereka. Tapi apa daya, diskriminasi gender masih sangat kental saat itu. Jadi ndak boleh ikut. saya gondok ketika tidak boleh melakukan sesuatu dengan alasan bahwa saya adalah perempuan. Hah!
Saya tahu maksud mereka baik, tapi tetap saja kesal. Kenapa? Ya karena saya merasa tidak dipercaya. Padahal saya selalu percaya sama mereka. Percaya bahwa mereka bisa menjaga saya. Percaya bahwa saya ndak bakal ngrepotin mereka. Hmm ya kalaupun ngrepotin, dikitlah ndak banyak haha. Tapi tetap saja ndak boleh ikut huuuu. saya merasa patah hati dan tersakiti apalagi setelah melihat foto mereka yg dijadikan DP BBM, duh tambah sakit, hati adek bang…
Setelah malam tahun baru tersebut anak2 jadi sering pergi ke pantai sine untuk melihat sunrise, dan ya saya selalu minta ikut. 2 kali mereka meng-iya-kan. 2 kali pula saya ndak bisa bangun kemudian ditingal. Huuuu! tapi kalian pernah kan dengar ungkapan “wanita tidak pernah salah”? yah,  itu artinya saya nggak salah. Iyaa tho?
Tentunya saya ndak bakal menyerah dengan mudah. Dengan kekuatan superr saya maksa dan terus memaksa mas ebin, maman dan kudet buat kesana lagi. And finally I got all I want. Yey! Setelah sekian lama menunggu dan berharap minggu kemarin saya diajak ke pantai Sine. Semacam pdkt lama dan akhirnya di tembak gitu deh heuheu. Padahal hari minggu sebelumnya mereka baru kesana. Entah mereka memang ingin kesana lagi atau Cuma Menuhin permintaanku biar nggak rewel hehe
Hari-H pun tiba, saya dijemput kudhet di rumah sekitar pukul 3.30 am. Sebelum berangkat kami berkumpul di rumah mas ebin untuk menunggu yg lain. Pukul 4.00 am, kami berangkat. Ada 10 anak yg ikut waktu itu, and I’m the only woman. But it’s no problem, totally I trust them. Saya di bonceng mas ebin, kebetulan di belakang ada veri (a.k.a muklis) dan maman yg bawa kecruk (gitar kecil), mereka bernyanyi sepanjang jalan.

Untuk pergi ke pantai sine kami harus melewati bukit. tenang, jalannya sudah bagus kok. Tapi tidak ada lampu dan masih banyak pohon di kanan-kiri jalan. Karena jauh dari polusi cahaya, bintang-bintang di langit jadi terlihat sangat jelas. It’s awesome!! Sepanjang jalan melihat bintang dan mendengarkan maman bernyanyi diiringi veri dengan kecruknya hahah. Mereka membawakan beberapa lagu dari Payung Teduh dan Iwan fals. Yah walaupun suara maman ndak seberapa bagus, tapi tak apalah paling tidak pemandangan diatas sudah bagus.



Sesampainya di pantai sine, saya langsung turun dan menghambur ke pantai. perasaan kecewa mulai menghampiri. Ah tapi untunglah saya sudah biasa dikecewakan, memang sudah nasib jomblo sering dikecawakan. Ternyata langit mendung. Itulah mengapa, kalau mau lihat sunrise di pantai sine harus pada waktu yang tepat.
Apa boleh buat Kami hanya bisa menunggu. Dan, Perlahan tapi pasti sang mentari mulai menampakan diri. Sama seperti saya yang menunggu kamu, bedanya kamu ndak pernah menampakan diri sampai sekarang. Hm, indah sekali. Tak ketinggalan, Kami menyempatkan diri berfoto, berlari-lari di pantai dan main air.
Sekitar jam setengah 7, kami bersiap pulang. Lagi pula matahari sudah tinggi. Dalam perjalanan pulang, kami mampir di warung nasi pecel untuk sarapan. Dengan sok gentlenya mereka tidak membiarkan saya membayar nasi pecel sendiri alias mau dibayarin sama mereka hahha.
Pagi ini benar-benar sempurna..
By the way, ini adalah pengalaman pertama kali melihat sunrise di pantai bagiku. Kalau dipikir-pikir saya banyak mengalami pengalaman pertama bersama mereka (read: teman2 Cahaya Budaya). Semoga saja masih banyak “pertama kali” lainnya yg akan saya lewati bersama mereka.

Monday 21 March 2016

Pemuda dan Desa

Oleh:ebin

Dulu ketika masih SD, saat bulan Agustus Desa Pulosari selalu meriah dengan beragam kegiatan. Mulai balap klereng, panjat pinang, hingga lomba sepak bola antar RW rutin dilaksanakan. Bahkan ditingkat Kecamatan Desa Pulosari selalu diunggulkan, lebih lebih jika Ngunut menyelenggarankan karnaval se Kecamatan Desa kami selalu menduduki juara umum.Entah kenapa? bukannya semakin maju namun Desa saya seakan kehilangan arah. Selain pemudanya sering galau (kayak saya ini), dari pihak Desa juga kurang Ngeh memperhatikan kegiatan yang dilakukan pemudanya.


Sebenarnya jika anda tahu, bahwa Desa saya ini memiliki pemuda yang hebat dan berbakat. Misal saja, bulan ramadhan tahun 2015 lalu, berkat usaha yang keras pemuda Desa Pulosari berhasil menjuarai lomba ronda kreasi. Di tambah lagi grub Reyog Ponorogonya yang sering tampil keluar kota bahkan luar Jawa. Bali misalnya. Ditambah lagi akhir akhir ini kami juga mengadakan latihan karawaitan yang diikuti pemuda Desa. Ingat cah.. Desa yang maju itu adalah Desa yang pemudanya kompak dan solid.Saya rasa kami sudah berusaha keras agar solid dan kompak agar bisa membanggakan nama besar Desa kami. Sedikit bercerita. Jika kita flashback, sebelum ada kegiatan seperti itu pemuda Desa kami tidak bisa terpusat. Dalam arti lebih memilih Desa lain untuk tempat pengembangan dirinya. Malah beberapa tahun lalu sempat mendengar kabar bahwa teman saya ada yang terjerat kasus Narkoba.


Hingga suatu saat dia mengalami keterpurukan dalam hidupnya. Namun perlahan tapi pasti, dengan banyaknya kegiatan lama kelamaan anak itu bisa melupakan kebiasaan negatifnya. Dan Alhamdulilah dia sembuh sampai saat ini.Nah sebenarnya kegiatan semacam ini memberi dampak positif cukup banyak. Selain kami nguri nguri budaya Jawa, belajar bermusik Tradisional juga berlajar berorganisasi dimasyarakat. Disinilah sebenarnya peran dari pemerintah Desa memegang peranan penting untuk pengembangan pemuda. Namun apalah daya ? Nampaknya dari pemerintah Desapun kurang memperhatikan kegiatan kami Padahal generasi muda adalah termasuk aset suatu daerah dan jika ini dibina dengan baik maka kemungkinan para pemuda juga akan memunculkan ide-ide yang selalu segar untuk memajukan suatu daerah atau Desa itu. Ingat kata bung Karno  Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” kata-kata ini menunjukkan bahwa pemuda bisa melakukan sesuatu yang lebih besar bila di arahkan dengan baik dan benar, bukankah pemuda masih butuh bimbingan dan arahan??Ahh..nampaknya pemuda seperti kami ini harus menggunakan pitutur Bung Karno "teruslah bekerja tanpa berharap pada Negara". Bagaimanapun kami ini warga Desa, yang dilindungi sepenuhnya oleh pemerintah dan kami juga punya hak-hak yang harus kita peroleh. Saya jadi ingat bahwa program pemerintah yang katanya "setiap Desa mendapat dana 1 milyar pertahun". Nah saya mulai berfikir dana sebanyak itu kemana ? Untuk apa ?. Daripada berfikir negatif lebih baik kami tanyakan ke yang berwenang Setelah kami berdiskusi dan dibantu beberapa orang, keesokan harinya mas Pris dan Saya pergi ke Balai Desa untuk menanyakan ini lebih lanjut.Kami berdua berangkat jam 11 siang. Setelah tiba di balai Desa kami disambut Pak Bayan Tomo. Pertama tujuan kami datang kesana bertujuan bertemu langsung dengan pak Lurah namun ternyata beliau sedang sakit. Ya sudah, kami ngobrol dengan beliau tentang kegiatan pemuda yang saat ini sedang berjalan. Kebetulan beliau juga penggemar karawitan dan sering latihan bersama kami disalah satu tempat di Ngunut.


Tanggapan Pak Tomo sangat positif dan sepenuhnya mendukung kegiatan kami. Lalu mas rekan saya (mas pris) bertanya mengenai dana untuk kegiatan pemuda. Pak Tomo dengan senang hati memberi penjelasan kepada kami bahwa dana tersebut memang ada untuk pemuda. Semisal untuk kegiatan olahraga, kesenian dan keagamaan. Namun beliau nampaknya tidak bisa memberikan penjelasan gamblang tentang ini. Kami disuruh untuk menemui bu Mentri yang ada didalam ruang kerjanya. Bu Mentri pun menjelaskan kepada kami berdua bahwa anggaran dana untuk Karang Taruna kurang lebih 1jt rupiah pertahun. Kami agak kaget. Tapi saya rasa masih mendingan ada dana untuk membantu kegiatan kami daripada tidak sama sekali. Kemudian bu Mentri menyarankan kepada kami untuk bersabar karena anggaran tersebut masih akan dirapatkan pihak Desa dengan BPD. Disela sela kami membahas dana Karang Taruna rekan saya menyampaikan ide kepada bu Menteri bahwa kami ingin membuat agenda satu bulan sekali pentas di balai Desa. Entah itu reyog, musik calung, karawitan, drama atau kesenian yang sifatya menghibur. Lalu tanggapan bu Mentri sama yang dikatakan pak tomo. Sepenuhnya mendukung, malah tambah bagus bahwa pemuda Desa positif dan aktif. Dalam hati kalo mendukung saja tanpa berbuat sesuatu bagi saya ya kurang pas. Setelah dirasa informasi tersebut cukup akhirnya kami meninggalkan balai Desa. Serta menunggu kejelasan.


Nah jadi disini saya dan teman2 selaku pemuda hanya bisa melakukan hal yang terbaik untuk Desa dengan sekuat kemampuan kami. Memberi dampak positif bagi para pemuda, ingin membanggakan Desa lewat kesenian, belajar berorganisasi, menjadi pemuda yang bermanfaat bagi Desanya dan orang banyak. Agar kelak Desa saya menjadi Desa bisa dikenal kembali seperti dulu terutama sebagai Desa tempat aktivitas pemuda kreatif. Disinilah peran BPD berpengaruh menentukan langkah kami dirapat yang akan segera diselenggarakan dengan pemerintah Desa.Jadi untuk para pemuda yang lain yang merasa kurang ikut andil dalam berorganisasi dimasyarakat ayolah sudah saatnya kita sadar betul bahwa pengembangan diri, pengembangan daerahmu itu tergantung kelompok tergantung inisiatif kalian sendiri. Ndak malah setiap hari galau hanya karena pacarnya. Saya ini ya galauan tapi ya cuman dibatin laahh. Bukan sayabermaksud sombong..namun ketika saya merasa separuh hidup saya sudah diminta oleh masyarakat maka, aku Rela pergi pagi pulang pagi.

Cahaya Budaya di Diesnatalis SMK Rejotangan

oleh: Lubi    
Perform dalam suatu pentas merupakan idaman setiap orang yang berkecimpung dalam dunia hiburan, mulai dari aktris/aktor, penyanyi, musisi, semua pasti merasa bangga ketika mereka bisa pentas. Apalagi pentasnya sukses bisa menjadi salah satu cara menjaga bahkan menaikkan eksistensi mereka di dunia hiburan. Sama halnya dengan kami Grup Reyog Cahaya Budaya yang pada hari jum’at 18 Maret 2016 mendapat kesempatan pentas di acara Diesnatalis SMK 1 Rejotangan tapi sayangnya kesempatan hanya datang untuk para Bujangganong bersama dengan Pengrawitnya jangankan Jathil yang imut, Dadak Merak yang menjadi ciri khas Reog Ponorogo pun tidak ikut unjuk taring dalam pementasan kali ini.
       Adakah kalian bertanya-tanya kenapa hal seperti ini bisa terjadi? Sebenarnya bukan kali pertama grup kami tampil tanpa personel yang lengkap, beberapa waktu yang lalu lagi-lagi Bujangganong berkesempatan tampil di pulau dewata memang tidak semua ganongan hanya 2 pengganong yang sedang bejo saja yang bisa road to Bali ditemani Mas Pristiyono dan Mas Gibrelyn entah bagaimana ceritanya nasib mereka bisa sangat mujur. Pementasan di SMK kemarin bisa dibilang sangat mendadak H-1 teman kami si Maman memberi tahu bahwa kita diminta mengisi acara di sekolahnya. karena waktu yang sangat mepet belum ada persiapan matang dari seluruh tim dan juga keterbatasan dana untuk make up jathil maka dari itu ganonganlah yang dirasa paling siap untuk ditampilkan keesokan harinya maka si manusia bertopeng itu kembali naik panggung, jadi itu alasan kenapa kita tidak bisa tampil full team lagi.

    Waktu yang tersedia memang sangat singkat tapi itu makin membuat mereka bersemangat, buktinya pada malam hari sebelum pentas mereka berlatih dimulai dari menyusun konsep, atraksi dan apa-apa saja yang akan dipersembahkan untuk para penonton untungnya waktu yang singkat itu tidak sesingkat bertemu dengan mantan dijalan jadi semuanya sudah dapat matang dan siap dalam waktu satu malam ditambah dengan kebiasaan ngumpul bersama hampir setiap hari yang memudahkan mereka menemukan feel satu sama lain sehingga semua dapat tergarap rapi. 

                            
                                               Bujang Ganong In Action

      Persiapan dari para penari dan pengrawit sudah siap dan waktu yang ditunggu pun datang scedule nya mereka akan tampil pada pukul 07.30 sehingga pukul 06.30 mereka sudah berkumpul di tempat biasa kita latihan. Saat itu saya memang tidak berada disana karena sebelum hadir di SMK saya harus mengantarkan surat ijin ke sekolah saya di SMA 1 Rejotangan yang kebetulan bertetangggan dengan SMK sekalian meminta restu untuk absen 1 hari, dan diijinkan karena disekolah juga sedang menggelar jum’at bersih jadi terbebas dari pelajaran. 
    Saat itu pukul 07.30 saya bersama kakak yang sekolah di SMK Rejotangan, begitu sampai sekolahan saya ditinggal begitu saja di parkiran panas itu sendirian. toh sudah lama sama sendiri Hik hik hik.  karena memang niat saya ingin masuk bareng dengan teman-teman reog yang saya kira saat itu sudah datang tapi ternyata belum. 
     Waktu berlalu panas matahari yang menyengat dan kekosongan jiwa yang duduk diatas motor sendirian membuat saya rewel dan bawel kepada teman-teman yang tak juga sampai entah apa yang sedang mereka kerjakan sehingga waktu yang terlewat semakin banyak. Saya kira mereka sedang menunggu pesawat terbang di depan rel kereta, tapi syukurlah mereka hanya sedang menunggu mobil jemputan yang telat lebih dari 1 jam dan nampaknya berhasil membuat mereka gelisah takut tidak jadi pentas, sekian lama aku menunggu akhirnya mereka pun tiba di SMK dengan ciri khasnya yang sok artis mereka menyapa setiap makhluk yang ada di depannya. 
    Mereka langsung melakukan persiapan sambil menunggu urutan tampil tak lama kemudian seorang Mc cantik menghampiri para bujangganong dan memberi tahu bahwa sesaat lagi tiba giliran mereka unjuk kebolehan tentunya suara dan tatapan dari sang MC membuat jantung mereka yang rata-rata jomblo akut itu makin berdebar. Mereka pun menari meninggalkan jantung yang sedang berdebar itu. jurus demi jurus mereka keluarkan, seluruh gerak tari mereka haturkan dan segala macam gaya salto mereka lakukan dengan penuh "kekemleletan" dan saya rasa pentas ini akan sukses berat tapi faktanya konsep yang sudah dibentuk semalaman itu tidak terlaksana ditengah atraksi kesurupan Aditya yang sedang memerankan pengecoh para ganongan terjadi gagal paham antara pengkrawit dan ganongan seharusnya ketika kemunculan Adit diiringi music jaranan dan setelah itu para ganongan mengambil posisi untuk melakukan guyonan/lawakan tapi semua tidak terlaksana music pengiring masuknya Adit masih tak berubah dan setelah menolong Adit yang kesurupan pun para ganongan mengambil posisi untuk closing jadi tukang kendang andalan kami yang enthus-enthus pun langsung mengutus mereka untuk menyudahi tarian tanpa ada guyonan terlebih dahulu padahal waktu yang tersisa masih sangat banyak, tapi apa daya mungkin menurutnya ini yang terbaik untuk kita. Dengan penuh rasa kecewa dan ketidak puasan kita harus menelan kenyataan bahwa pentas kali ini tidak berjalan sesuai dengan konsep yang diharapkan.


   


 Salah satu alumni SMK Rejotangan dapat saweran

Tidak larut kami dalam kekecewaan karena kami sudah terbiasa dikecewakan, tidak perlu disesali apa yang sudah terjadi pentas di SMK 1 Rejotangan ini membawa kesan dan pesan tersendiri salah satunya adalah tidak ada proses yang membohongi hasil mungkin karena persiapan yang hanya dilakukan satu malam itu membuat hasil akhir dalam pentas kita kurang memuaskan meski dirasa sudang cukup matang tapi nyatanya memang waktu yang ndadak itu menjadi kerikil penyandung pentas kami waktu itu. Semoga tidak ada lagi kata mendadak diantara kita 

Thursday 10 March 2016

Mas Didik Pengrajin Wayang

Mas Didik, begitu biasanya orang memanggil. Selain berjualan nasi goreng, pria yang berdomisili di desa Bendiljati wetan kec Sumbergempol ini juga menatah wayang.
Awal mulanya iseng2 saja, namun lama kelamaan menjadi profesi sampingan. Begitu katanya.
Memang tidak setiap hari pria yg murah senyum ini mendapat order menatah wayang. Namun sekali mendapat pesanan memerlukan waktu beberapa hari baru bisa selesai.
Tidak hanya warga Tulungagung, pesanan juga datang dari Blitar, Malang, Kediri, Trenggalek. Saat kami kesana mas Didik sedang mengerjakan wayang buto. Entah siapa wong saya ndak sempat kenalan.
Pesanannya tidak hanya untuk kolektor, yg sekedar untuk pajangan. Namun juga dari Dalang profesional, seperti yg sedang dikerjakan saat kami kesana adalah pesanan dalang dari Blitar. Namun mas Didik ndak mau bilang siapa.
Untuk satu tokoh wayang ongkosnya berkisar antara 300-400 ribu tergantung kesulitan. Kulit yg digunakan terserah dari pesanan karena mas Didik tidak menyedikan kulit. Biasanya pemesan bawa sendiri. Kulit kerbau yang sering digunakan selain lebih tebal juga lebih kaku dibanding kulit sapi.

Mas didik yang baju hijau kombinasi merah

Setelah ditatah wayang biasanya di warnai atau disunggih (semoga ndak salah nyebut) oleh orang Blitar atau terkadang orang Gondang tergantung pesanan juga.
pesanan orang macam2 satu tokoh bisa terdiri dari berbagai macam, makanya beliau selalu update untuk gambar2 tokoh yang sering dipesan.
Ketika saya tanya kalau jadi harganya berap mas? Kurang lebih 2 juta. Sayang saya ndak punya foto wayang beliau yg sudah jadi.

Sunday 6 March 2016

Judi Dadu

Sebut saja DP (28), dia sudah malang melintang di dunia judi, mulai kelas ecek-ecek hanya bisa untuk beli cilok hingga yang beromset bisa buat beli mobil baru per jamnya.

Satu hal yang paling ditunggu adalah ketika dia bercerita dalam keadaan mabuk tentang perjalanannya hidup. kemarin dia bercerita tentang dunia judi.

dalam Judi yang paling utama adalah, modal, keberanian dan akal. tanpa ketiganya niscaya kalah. karena dalam judi ada istilah Judi (jujur dilarang). "ndak bakal iso sugih wong main yen jujur" namanya saja permainan atau judi jadi kita harus mengetahui bagaimana cara agar bisa menang, ga usah bilang jujur apalagi menang dengan cara halal. inti dari permainan dalam judi adalah menang.

Dari sekian perjudian yang paling disukainya adalah dadu, ksatria jawabnya. tidak semua pejudi memiliki derajat dan wibawa untuk bermain dadu. Dadu itu perjudian lama bahkan ksatria dulu juga bermain dadu, ingat kisah Baratayudha? kalahnya Pandawa karena bermain dadu, dan Pandawa juga tidak tahu bahwa dalam dadu ada istilah Dadu"dada sing udu". jika Pandawa tahu tentu dia akan memilih menjadi bandar daripada menjadi penombok.
Anak-anak Menonton Sabung Ayam di Jawa 1900 (Koleksihttp://www.kitlv.nl)

Sebenarnya di Jawa sangat syarat cerita tentang perjudian, seperti dadu tadi hingga sabung ayam, tentu kita tidak lupa tentang cerita Cindelaras, jika lupa silahkan googling. melihat sejarah lama perjudian sebenarnya akan sangat sulit menghapus perjudian seperti menghapus pelacuran. diatas kertas mereka sudah tutup namun dalam praktiknya mereka menyebar kemana-mana. gak percaya silahkan cek dan ricek tempat sekitar tempat bekas prostitusi anda bakal tahu bagaimana sebenarnya.

begitu juga dengan perjudian, sekarang seolah-olah sudah diberangus, namun nyatanya judi online lebih mudah diakses dari pada film biru. memang kita masih butuh waktu, mbok ya dari pada koar-koar mending ditata dan damai saja (sambil kipas-kipas duit KA).

Nb, KA merupakan prokem untuk uang keamanan.

Thursday 3 March 2016

Inbox di Tulungagung

oleh : ebrin
Beberapa bulan ini Tulungagung bak artis yang sedang naik daun. Gimana nggak coba? Tulungagung sering diexspose di tv, gak cuma tv lokal namun juga tv nasional, yang seakan berlomba mengexpose Tulungagung. Mulai dari kesenian, makanan khas hingga tempat wisatanya. 

Minggu lalu Tulungagung kedatangan tamu progam acara yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. "Si bolang" Trans 7. Yaa..waktu itu progam acara tersebut datang ke Tulungagung untuk mengexsplore kemolekan pantai Kedung Tumpang, Pucanglaban dan sekitarnya. sebelumnya ada "My trip my adventure" trans tv, Yang terlebih dulu sambang ke pantai Coro, Banyu Muluk dan Gunung Budheg. Sebenarnya banyak tempat wisata di Tulungagung. Waduk wonorejo, argo wilis mungkin. Sabar yaa..antri. 

Jika kita ngomongin dari segi kuliner lodho ayam, pecel lele juga sering diberitakan di tv nasional. Pun dengan keseniannya. Reog kendang tulungagung yang beberpa waktu lalu memecahkan rekor dunia dan masuk Guinness world records dengan menampilkan 2000 penari reog kendang, dan tak luput diberbincangkan di media massa. Entah ada apa sebernarnya dengan Tulungagung kok "Ujug-ujug" menjadi sorotan televisi nasional seperti ini ? Hari Sabtu tanggal 27 februari kembali, Tulungagung kedatangan tamu sebuah progam televisi nasional "Inbox". Progam yang menyuguhkan artis artis ibuk kota itu membuat heboh warga Tulungagung. Bertempat di Gor Lembupeteng para artis seperti, Kartika Putri, Agung Hercules, Geisha, Five Minutes, Trio Ubur Ubur,dan Indah Dewi Pertiwi. Kehadiran Inbox mampu membuat saya penasaran melihat kesana. Berhubung karnaval Inbox itu digelar dua hari saya memutuskan untuk melihat hari kedua. Untuk hari pertama cukup dirumah saja lah melihat bagaimana kalau Tulungagung ini dimasukin tv, maksudnya Live di SCTV. Nah baru, untuk hari kedua saya melihat langsung di Gor lembupeteng, rencananya pagi itu berangkat bersama rekan saya, Ferry biasa disapa Muklis. Namun berhubung dirumah saya ini tempat kumpul anak-anak mau gak mau saya harus berangkat dengan beberapa anak. Seperti biasa sebelum berangkat harus menunggu semuanya kumpul, kebetulan ada beberapa anak yang masih minta dijemput.

Akhirnya saling menunggu satu sama lain. Gimana to ini, wong acaranya dimulai jam 06.00 kok jam 07.00 "sik enten entenan". Nampaknya saya sebagai kepala suku pagi itu harus agak sabarlah. Dengan sedikit pusing sayapun hampir ketiduran. setelah semua berkumpul kamipun berangkat. 

Sampai disana ribuan orang sudah menghadap panggung untuk melihat dek Momo Geisha sedang unjuk kebolehan. Untuk pertama kali ini saya bisa melihat langsung karnaval inbox yang biasanya hanya melihat di televisi sambil minum kopi. Sebelumnya saya berfikir bisa melihat dekat panggung. Tapi apalah daya, Nampaknya saya harus mengurungkan niat itu, karena gak bisa maju lagi karena saking banyaknya penonton. Okelah tak apa..saya dan teman teman akhirnya tertahan ditengah penonton
Lalu ferry pun berkata, 
"ndelok nek kene wae cah ora usah maju..lagian wis ndak iso". 
Iyo wis nek kene wae. Sayapun menjawabnya. 



Tapi berselang kemudian teman saya Muntik berkata. "Lek nek kene sound e ndak krungu". Ya benar saja, acara seperti itu tidak membutuhkan sound system yang terlalu nyaring, karena difokuskan pada suara siaran tv tersebut. "Bene tik nek kene wae sing penting sik krungu". 
Pagi itu sedikit cerah dari biasanya. saat band Hijau Daun perform tiba-tiba water cannon menyemprotkan air keribuan penonton dan saya basah untuk pertama kalinya. Tak apalah saya pikir ini cuma basah sebentar. Lalu kami merangsek agak depan dengan tujuan kalau dibawah water cannon itu semakin mengurangi semprotan air itu. Apes bagi kami pagi itu. Ketika mbak Indah dewi nyanyi untuk kedua kalinya warter cannon sialan itu kembali menyemprotkan air lagi. Saya basah lagi. untungnya saat berangkat saya belum mandi, semacam sambil berenang minum air lah.
sebenarnya selain melihat bintang tamu, saya juga ingin melihat melihat konsep pementasan, rangkaian acaranya, antusias penonton dan backstage para artis. Ternyata, ini gak sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Wajar saking banyaknya penonton yang hadir sulit untuk mengamati pementasan tersebut, ditambah lagi banyak orang yang "Pranggul-pranggulan" sambil bawa spanduk. Kamipun sedikit bergeser kearah barat, tepat dibawah pohon yang agak rindang. Dibanding tempat sebelumnya, tempat in lebih nyaman untuk melihat para artis perform. Kamipun akhirnya baru bisa melihat Babyzie nyanyi, entah apa itu judulnya yang jelas saya gak tau.
"Ora ngerti lagune,ra ngerti penciptane sing penting aku joget wae.."mungkin benar kata pak Nur. Lalu disusul penampilan Geisha lagi, akhirnya kami menikmati alunan lagu Jika cinta dia yang dinyanyikan dek Momo hingga akhir lagu. ketika sedang enak-enaknya menikmati perform, tiba-tiba water cannon sialan itu kembali memprotkan air dan kali ini saya basah kuyub. Hingga sampai empat kali ini saya disemprot selama berada dibawah pohon itu.
Tak terasa sudah jam 09.00 itu tandanya karnaval Inbox tulungagung segera usai. Bapak bupati Syahri Mulyo naik ke panggung untuk memberikan pesan kesan selama perayaan tersebut diselenggarankan di Gor lembupeteng selama dua hari itu. Sebagai tanda terima kasih bupati Tulungagung bapak Syahri Mulyo tampak memberikan cindera mata kepada host inbox begitu juga sebaliknya. Sebagai penutup acara kembali, trio ubur ubur bernyanyi. Kali ini lagunya bapak mana bapak mana hhaha..saya menikmatinya dengan sedikit mengangkat jempol. Tiba tiba saja water cannon kembali menyemprotkan air. Kali ini agak lama. Lengkaplah sudah. Jadi dua tambah lima sama dengan tujuh. Tujuh kali saya disemprotnya. Hingga sampai rumah baju dan celana yang saya kenakan masih mamel.
Masih banyak tempat tempat wisata, makanan khas dan keunikan keunikan Kabupaten ini yang belum tereskpose, jadi untuk televisi televisi nasional segeralah datang ke Tulungagung.

Camping Perpisahan di Pantai Pangi Blitar

Oleh: Ebril

Liburan beberapa waktu yang lalu bisa dibilang sangat berkesan. Kenapa? Karena liburan kemarin banyak pengalaman baru yang kuperoleh. Aku sempat pergi ke beberapa pantai di tulungagung, juga camping di gunung budheg. Aku nggak tau kenapa namanya gunung.padahal tidak terlalu tinggi untuk bisa disebut gunung, kalau tentang nama budheg setahuku ada legenda bahwa dahulu disana ada seorang pemuda yg bernama jaka budheg. tapi ceritaku kali ini tidak menceritakan pengalaman camping di gunung budheg, tapi tentang pengalamanku camping di pantai pangi….

Pantai pangi adalah salah satu pantai di selatan kota blitar.

Saat itu jumat sore, hpku berbunyi. “ayo nduk sesok melu aku camp ning pantai” begitu sms yang ku terima. Tentu saja aku sangat bersemangat ketika diajak camping di pantai, karena aku belum pernah merasakan, katanya bagus dan bikin ketagihan. Tapi kalau cuma katanya kan ya nggak marem. Iya tho?
Sms itu aku dapat dari mbak Niken, kakak kelas waktu SMP. Hubungan kami masih cukup dekat sampai sekarang, walau kami tidak satu sekolah lagi di SMA. Ceritanya mbak Niken dan kawan-kawannya mau ngadain acara perpisahan karena mereka akan kuliah di kota yang berbeda-beda (mbak Niken dkk ini baru lulus SMA). Saat itu juga aku langsung meng-iya-kan ajakan mbak Niken.
Malamnya aku berpamitan kepada ibuku, waktu itu ayahku sedang kerja keluar kota. Jadi ya aku Cuma berpamitan sama ibu. “buk aku sesok melu camping Mbak Niken ning Blitar, paling mulihku sok emben rodok sore” seperti biasa ibu selalu memperolehkan aku pergi tapi tidak lupa diiringi dengan petuah yang sama setiap aku mau pergi yang sekiranya agak jauh atau agak lama, begini kira-kira
“iyo oleh, ibuk ora arep nglarang awakmu lek arep dolan. Ning ya kudu jelas nandi parane, kudu eroh batesane cah wedhok, kudu eroh endi sing apik karo elek, ibuk percaya karo awakmu dadi awakmu ya kudu iso njaga kepercayaane ibuk”
duh, aku sedikit trenyuh setiap mendengarnya. Karena menurutku sebagai seorang anak perempuan mendapat kepercayaan dari orang tua itu sangat mahal harganya. Masih banyak teman-teman di luar sana yang harus berbohong hanya untuk pergi Karena dilarang orang tuanya untuk ini dan itu. Untung saja kedua orang tuaku tidak seperti itu. Beliau tau aku yang notabene masih seorang remaja labil kalau dikekang bakal berontak. Jadi mereka memilih membebaskanku walau dengan berbagai kata “tapi” dan syarat.



Keesokannya harinya pagi-pagi aku bersiap, aku membawa 3 mie instan, sweater, peralatan makan, facial foam dan sikat gigi. Ehm mungkin waktu itu aku agak blank atau memang aku nggak mau repot bawa banyak barang, padahal sudah tahu mau nginep tapi nggak bawa baju ganti (aku fikir disana nggak ada air buat mandi, pada akhirnya aku menyesali keputusanku ini) ataupun sandal, wktu itu aku pakai sepatu karena aku sempat browsing tentang pantai Pangi, di artikel yang aku baca untuk mencapai pantai Pangi harus jalan kaki, jalananya terjal dan sangat jelek jadi aku putuskan pakai sepatu (tentu saja aku juga menyesali keputusan ku yg tidak membwa sandal). Sekitar jam 9 mbak Niken datang menjemput, dan kami berangkat cussssssss….!!!

Sebelum berangkat ke pantai pangi, kami transit dulu di SMAN 1 Rejotangan, SMA mbak Niken. Karena disanalah tempat yang telah disepakati untuk berkumpul. Sampai disana ternyata sudah banyak yang menunngu. Dan kalian tahu, ternyata aku kenal beberapa teman mbak Niken mereka juga kakak kelasku waktu SMP, mereka sangat enak diajak bicara atau bercanda jadi aku tidak mengalami miskomunikasi hahaha. Oh ya, Kami kesana juga untuk meminjam beberapa tongkat dan tali pramuka yang Akan digunakan untuk mendirikan tenda nanti. Kata mbak Niken awalnya yang mau ikut banyak, tapi pas hari-H banyak yang membatakan dengan berbagai alasan. Sehingga yang berangkat hanya 10 orang, itupun hanya aku dan mbak Niken sebagai cewek dalam rombongan. But, it’s no problem cz we’re strong women yeah! aku ingat apa yang dikatakan mbak Niken saat tau kalau Cuma kami berdua cewek yang ikut “alhamdulillah, sujokno podo gak melu, kanca-kancaku kae podo remponge gek yo aku ra patek kenal karo cah wedoke soale bedo kelas” hahahaha mbak Niken ini memang sedikit tomboy, orangnya santai asyik, pokoknya nggak kayak kebanyakan cewek lainya deh. Setelah Persiapan selesai, dimulailah perjalanan kami menuju pantai Pangi.
Karena aku masih cewek, dan mak Niken juga masih cewek walupun Cuma 3/4nya, kami memutuskan untuk dibonceng cowok. aku dibonceng sama anu, aku lupa namanya ding. Ya pokoknya mas yang bonceng aku ini agak pendiam jadi aku nggak banyak bicara saat di jalan. aku Cuma membayangkan seperti apa pantai pangi itu, bagus nggak yaaa….
Ternyata akses menuju pantai Pangi ini memang sangat ekstrem, jalannya rusak, menanjak dan agak sempit. Ternyata persiapanku memakai sepatu tidak diperlukan, karena para cowok2 ini nekat naik motor sampai pantai, dan yah mereka berhasil sih.. ehm, mataku benar2 dimanjakan dengan pemandangan yang spektakuler banget dehhhh, apalagi pantai Pangi ini masih sepi. Jadi kayak pantai pribadi gituu duh. Kami duduk-duduk sebentar istirahat, tak beberapa lama kami pun mendirikan tenda untuk tidur nanti malam.
Tenda berdiri tegak tak tergoyahkan, kamipun melanjutkan memasak makanan. Oh ya, walaupun masih tergolong sepi dan jauh dari pemukiman untuk mendapatkan air sangat mudah, ada kran air. Waktu itu kami hanya memasak mie. Aku fikir, bakal disibukan dengan mencari kayu dan membuat api seperti biasanya saat aku camping. Tapi ternyata para cowok ini sudah mempersiapkan segalanya looo. Bahkan Mereka bawa kompor. Aku dan Mbak Niken sempet kagetlah, wong biasanya kami ini kalau camping nggembel. Hahaha
Habis makan kenyang dan cuci piring, kami kembali menikmati keindahan pantai. Kami menjelajahi setiap sudut pantai. Dan disinilah aku mulai menyesal karena tidak bawa sandal. Pasir pantainya sangat panas pada siang hari, walaupun angin bertiup kencang dan tergolong dingin. Huh, apa boleh buat aku rampas saja sandal dari salah satu temen mbak Niken hahahaa. Yaa gapapalah, aku kan masih cewek dan mereka cowok.
Di samping pantai ini terdapat sungai. Sungainya cukup lebar, bersih dan airnya sangat segarrrr. Para cowok pada mandi di sungai tersebut. Duuuh pengennya. Tapi aku ingat kalau aku nggak bawa baju ganti, tapi apalah dayaku yang bener2 kepengen ini. Akhirnya aku nekat basah2an dan menikmati air disungai dengan lainnya ahaha
Yah, akhirnya sampai sore aku pake baju baju dan celana yang basah. Serius deh, baju basah dan kering di badan itu awesome bangeeeeettttttt. Lagipula pantainya berangin dan panas, jadi bajuku cepet kering.
Sayangnya pantai pangi ini menghadap ke selatan, hilang sudah harapanku untuk bisa melihat sunset/sunrise di pantai. Sore harinya, langit sangaat indah. Seindah kamu di mataku, eh. saat itu ada beberapa nelayan yang sedang memancing. Kami duduk di depan tenda untuk menikmati hamparan pemandangan pantai selatan kota Blitar ini sekali lagi.
Hari mulai gelap, kami menyalakan lampu minyak yang dibawa sama temannya mbak Niken. Karena disini tidak ada lampu sama sekali, satu-satunya penerangan cuma dari beberapa lampu minyak yang kami bawa. Benar-benar jauh dari polusi cahaya juga polusi suara. Yang terdengar hanya suara ombak, sangat menenangkan.
Acara kami malam ini adalah bakaran ayam, yeyyyy!! Setelah mengumpulan kayu dan menyalakan api, acara dimulai. Yang bikin acara ini istimewa adalah kami semacam ratu karena biasanya jika camping sama mbak Niken dan teman yang lain, kami para cewek yg disibukan dengan ini itu, apalagi dalam hal urusan masak-memasak. Tapi kali ini, kami duduk manis mononton para cowok membakar ayam-ayam imut tersebut hahaha.
Selesai makan ayam, tanpa nasi karena tidak ada yang bawa nasi hmmm. Kami membuat kopi dan teh. Udara dipantai sangat dingin, berangin, dan pasir pantainnya dingin sekali. Ini adalah kedua kalinya aku menyesal karena tidak bawa sandal huhu.




Kami menikmati malam bersama bintang dipinggir pantai ditemani ombak, kopi, teh dan makanan ringan yg dibawa dari rumah. Duuhh ini hal yang sangat berkesan menurutku. Jujur saja, karena bintang-bintang di langit sangat terlihat jelas. Sangaaaaaat indah. Cahaya purba. Bahkan aku melihat banyak bintang jatuh. Apalagi aku yang baru pertama kali melihat pemandangan seperti ini sangat terpesona. Sayang, kami tidak mengabadikan penampakan bintang-bintang karena kamera hp kami tidak bisa menjangkau pemandangan indah diatas.
Aku lupa jam berapa kami kembali ke tenda, karena terlalu terpesona dengan semua yang ada disekitarku, dengan semua yang kulihat. Tapi yang jelas waktu memutuskan kembali ketenda aku sudah tidak kuat dengan udara dinginnya. Masuk tenda, aku dan mbak niken pun tidurrrrr. zZzZzzZZz

Besoknya aku bangun jam 5. Aku sedikit kecewa karena tidak bisa melihat sunrise, tapi mataku ini termanjakan oleh pemandangan langit saat itu. Warna ungu kemerahan. Sangat indah. Aku dan mbak Niken kembali menjelajahi pantai, untuk melihat2 pemandangan.

Setelah sarapan. Kami bersantai. Eeehmm sebenarnya saya kembali tidur hehe. Dan aku bangun (mungkin) pk 9 atau 10 aku lupa. Saat bangun tidur aku kelaparan. Aku masak mie lagi, tapi apalah dayaku, aku memelihara anaconda di perutku. Jadi setelah makan mie aku masih lapar.
Siang itu panas, tapi sangat dingin karena angin. Tak lama ada bapak2 penjual bakso keliling di pantai itu, dan untuk memberi makan anaconda yg masih kelapanran aku memutuskan beli bakso. Hmmm makan bakso dipinggir pantai yg sepi kayak gini emang beda rasanya. Apalagi ditemani lagu Kemesraannya Iwan Fals duhhh. mesraaaa sekali.
Kami memutuskan untuk bersiap pulang, membongkar tenda dan membersihkan sampah. Aku sangat tidak ingin pulang. Aku masih ingin semalam lagi disini, melihat bintang lagi. Tapi harus pulang. Karena bekal kami sudah habis. Sebenarnya tidak masalah kalau mau menginap semalam lagi katanya. Tapi ya itu tadi, kami bakal kelaparan kalau maksa pulang besoknya.
Sungguh, aku tidak ingin hari itu cepat berlalu. Waktu itu aku merengek ke mbak Niken dan berkata, Aku urung sir mulih mbak keeeeen huuuhu *puppy eyes*. Tapi tetap saja kami pulang sore itu. Meninggalkan pantai Pangi, meninggalkan  Blitar menuju Tulungagung tercinta dan menuju rumah masing-masing tentunya.
aku memang sudah beberapa kali camping. Tapi untuk camping di pantai baru pertama kali ini kurasakan. Dan rasanya? Ternyata benar Rasanya bikin ketagihan..

jadi kapan kamu ngajak aku camping di pantai?

Nb: foto dari ig @aliesofy