Saturday 24 June 2017

Calung Gareng Punk Jabalsari

oleh : ebin

Hampir setiap bulan kami menjalani proses. Entah proses penggarapan sendratari bersama anak sekolah, proses internal kami maupun proses lainnya diluar Sanggar kami Cahaya Budaya (CB) . Hal ini sudah berjalan selama satu tahun. Bosen? Capek? Emosi? Stres? Ah..Ya. Sudah pasti jadi satu. Namanya proses, ditengah tengah perjalanan kami, ada teman yang memilih berhenti berproses bersama kami. Mungkin dirasa kurang menarik dan sebagainya lah. Untungnya kami sudah punya tim solid yang biasa melewati proses demi proses.

Memasuki bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kami sejenak merefresh pikiran, melepas kejenuhan, menyusun strategi baru atau mungkin berkegiatan yang bersifat keagamaan. Karena dalam proses juga harus diimbangi dengan berdoa serta mendekatkan diri kepada Tuhan.

Namun tak seperti apa yang saya bayangkan. Ternyata di bulan Ramadhan kami CB mendapat beberapa tawaran dari grub ronda  untuk membantu menggarap musik. Tentu, jika kami menolak ajakan tersebut terasa sombong. Ya sudah, akhirnya kami sepakat untuk menerima tawaran tersebut.

Ngomong tentang Ramadhan. tak akan lepas dari Ronda. Pernahkan anda melakukan ronda keliling kampung membangunkan orang sahur ? Saya yakin diantara anda pasti pernah melakukannya. Lantas apa saja alat anda pakai saat ronda? Setiap daerah tentu memiliki cara masing masing. Ada yang bawa kentongan, ada pula yang keliling menggunakan sound system dan lainnya.

Bila bermain ke Tulungagung, anda akan punya cerita menarik tentang ronda keliling. Anak muda Tulungagung menyebutnya dengan Calung. Sekitar tujuh tahun lalu calungan mulai ada di Tulungagung, dan sekarang perkembangan musik ini cukup pesat. Musik calung tersebut dimainkan enam sampai dua belas orang, tergantung kreativitas grub. 

Calung terdiri dari beberapa alat musik, yakni drum, kendang, gambang bambu 1 dan 2, calung/angklung, bass yang terbuat dari bambu, kecer dan sebagainya. Biasanya mereka keliling menggunakan sepeda motor sambil bawa alat. Bukan hanya sebatas ronda keliling saja, tapi calung/musik ronda seperti ini seringkali dilombakan. Biasanya lomba diadakan di warung kopi atau radio yang ada Tulungagung. Pesertanya bukan hanya lokal saja, namun hingga merambat kewilayah karisidenan Kediri.

Salah satu grub calung yang meminta bantuan kami berasal dari desa Jabalsari. Awal mulanya, Jecky adik kelas saya sewaktu SMA  minta tolong untuk mengajari cara bermain kendang jaipong. Ternyata saat bulan Ramadhan saya dimintai tolong lagi bermain kendang di grup calungnya. Saat itu grup Jecky mendapat job main di Desa pandansari. 

Sebenarnya grub calung ini sudah ada tukang kendangnya, namun dia memilih bermain bass bambu. Oke, saya mengiyakan ajakan tersebut. Satu persatu saya mulai berkenalan dengan musisi grub tersebut. Zaki, Alun, Dion, Doris, Udin dan beberapa teman lainnya (maaf yang lain tidak disebut, saya lupa namanya). Malam itu adalah pertama saya gabung dengan mereka. Sebelum berangkat ke Pandansari, kami melakukan latihan terlebih dahulu agar nanti pada saat bermain tidak salah paham antara satu dengan lainnya. 

Bertempat di pelataran masjid dekat dengan rumah Zaki, kami berlatih hingga dua lagu terlewati. Akhirnya kami berangkat ke Desa Pandansari untuk memenuhi job. Sampai disana kami memainkan beberapa lagu. Satu, dua, tiga lagu sukses. Hingga sampai di penghujung acara, Alhamdulilah lancar tanpa halangan.
saat perform di Pandowo FM

Kru dan pemain Gareng Punk

Pada bulan ramadhan seperti ini radio Pandowo selalu mengadakan event lomba ronda kreasi. Kebetulan mas Tomy yang selalu jadi host dalam acara tersebut kenal dengan saya. Mas tomy menawarkan kepada saya untuk mengisi acaranya "mas brin ayo ngisi ronda". saya langsung mengajak temen calung dari Jabalsari. Karena grub saya (Surapuri) sudah terlebih mengisi disana.

Saya ngobrol dengan ketua calung Jabalsari, Zaki. 
"Mak ayo ngisi acara nang pandowo". Dia terlihat agak ragu karena kesiapan timnya kurang matang. Setelah ngobrol lewat whatshap si Zaki mengiyakan tawaran saya untuk mengisi di pandowo. 
"Lha latiane iki mengko piye mak, lagune opo ae?" kata Zaki. "Ayo kita latian bareng?"
Akhirnya kami (grup CB) sepakat untuk membantu mereka dalam menentukan lagu dan aransemennya.

Video bisa klik di sini, sini, sini

Latihan perdana Goes to Pandowo, Maman menjadi tukang kendang, lalu Cindy di bagian vokal. Karena waktu pementasan satu jam, kami akan membawakan enam lagu. Diantarannya ada Jambu Alas, Kangen Suarane (precil), Ojo Nguber Welase, Lungset, Pokoke Joget dan Banyu Langit. Kami hanya punya waktu lima hari untuk latihan, jadi agak ngebut. Saat itu formasi personil calung yang kami tentukan adalah, Maman (kendang), Alun (drum), Dion (gambang 1), Jecky (gambang 2), Zaky (bass) dan Udin (kecer).

Menurut saya ada yang unik dari grub ini. Zaki selaku ketua bukannya sibuk mencari materi lagu untuk persiapan timnya, tapi malah bingung mencari nama yang tepat untuk grub. Akhirnya, entah bermimpi apa semalam. Dia menamai grubnya dengan nama "Gareng". Lalu dia memberi tahu kepada saya bahwa itu adalah nama grubnya. 
"Mak jenenge kuwi, tambahono opo ngono ben mening" kata zaki kepada saya. 
Saya mengusulkan "piye lak ditambahi PUNK, dadine jenenge malih Gareng Punk". 
"Hooh mak, orapopo" kata zaki. 
Kami sepakat bahwa nama untuk pementasan di Pandowo menggunakan nama Gareng Punk.

Hari kedua proses tiba tiba salah kawan (Mas dimas) menghubungi saya. Bahwa di warkop Sor tower akan diadakan tehnical meeting untuk lomba ronda kreasi. Pada saat itu saya menawarkan kepada Gareng Punk untuk mengikuti lomba disana. Nampaknya ajakan saya belum direspon secara positif. Karena kata Zaki, mereka belum siap untuk mengikuti lomba, materi lagu juga belum menguasai sepenuhnya. 

Jadi sebenarnya ikut lomba itu bukan bagaimana kita bermain baik dan meraih juara, tapi lebih membentuk karakter grub dan melatih mental dan jam terbang.

Saat kami menggelar latihan untuk persiapan di Pandowo. Saya mencoba ngobrol ke seluruh personil Gareng Punk. Yang intinya berani atau tidak bila kita ikut lomba di Warkop Sor Tower ? Jawaban meraka tetap masih sama dengan kemarin. Semua main tidak berani ikut lomba, dengan alasan masih belajar.

Hari ketiga kami berproses. Saya mencoba nego kepada Zaki. 
"Piye zak bocahmu jik panggah durung wani"? 
"Laiyo to, sak jane lak aku wani ae. Tapi bocah2 lo sik durung wani". Kata Zaki. 
Saya mencoba meyakinkan dia, karena saat itu hanya dialah yang bilang kalau berani ikut lomba kepada saya. Akhirnya Zaki ngobrol dengan temannya.

Waktu latian dimulai. Saya menanyakan tentang tawaran mengikuti lomba di Warkop Sor Tower. Saya tanya satu persatu terkait keikutsertaan ini. Entah apa yang dilakukan Zaki kepada temannya. Pada saat latian tersebut Gareng Punk memberi tanggapan yang positif, bahwa mereka berani ikut lomba. Namun ada satu anak yang masih ragu. Doris (calung). Dia tampaknya nggak berani ikut lomba, katanya malu dan takut salah bermain calung. Padahal jika kita ikut lomba harus full tim. Doris adalah penentu Gareng Punk jadi ikut lomba atau tidak. 

Semua memaksa Doris, membutuhkan waktu beberapa menit untuk merayu dia. "Wis dijajal disik ris, ora juara ora masalah. Sing penting awake dewe ikut serta, itung-itung nambah pengalaman." Dan akhirnya dia mau ikut lomba.

Tentu saja, jika kami ikut lomba harus mempersiapkan lagu yang terbaik agar bisa tampil maksimal.
Kami resmi iku lomba di Warkop Sor Tower untuk pertama kalinya. Pentas 14 juli 2017 di Pandowo FM dan malamnya bermain di Sor tower.

Lomba di warkop sor tower bisa baca disini

Setelah pentas di Pandowo, alat tak langsung dibawa pulang, namun kami titipkan di Aula radio. Malam telah tiba, waktunya kami pentas di Sor tower. Dengan penuh cemas, dan gemetar tim Gareng Punk memasuki tempat pementasan. Kami main jam kedua. Setelah pementasan grub calung dari Sumberjo Wetan, saatnya giliran kami pentas. 

Lagu pembuka adalah Banyu Langit, lalu dilanjutkan Kangen Suarane. Pada saat lagu kangen suarane ada sedikit kesalahan komunikasi, akhirnya lagu yang kami bawakan untuk penjurian kurang maksimal. Tapi alhamdulilah bisa selesai. 

Gareng Punk menunggu pengumuman dari pihak warkop sor tower lolos ke semi final atau tidak. Pengumuman tiba, Gareng Punk dinyatakan tidak lolos ke babak selanjutnya.

Sudah jelas Gareng Punk merasa kecewa atas kegagalan ini. Namun kesempatan masih terbuka untuk kalian. Jangan menyerah, tahun depan harus bisa tampil lebih maksimal lagi. terus belajar dan belajar.

Mengutip kata GUS MUS 'Kita boleh berhenti sekolah tapi jangan sampai berhenti belajar'




4 comments: