By: PTK
Bangun pagi adalah perjuangan yang berat. Melebihi
tugas ketika sekolah. Bukan apa-apa, jam tidurku sudah berubah semenjak
beberapa bulan yang lalu. Entah mengapa kok saya menyanggupi ketika kau ajak
untuk ke Blitar, rumah kakakmu yang mungkin saja menjadi kakak iparku (ngarep).
Pagi itu kau sudah tiba, dengan senyummu
yang bisa meruntuhkan amarah Rahwana kusambut pagi ini. Kau cantik hari ini,
dan aku suka kayak lagunya blackout. Tapi ada yang kurang, bukankah wanita akan
terlihat cantik ketika bangun tidur? Tanpa make up masih alami.
Akhirnya kita berangkat, seperti lagu naik delman
kududuk dimuka, bukan samping pak kusir,
tapi aku yang jadi sopir. Ga papa, demi kamu. Layaknya kawan lama, kita mulai
obrolan dengan santai, entah siapa yang memulai, kau bercerita tentang
mantanmu. Iya, ternyata kisahmu kandas, Alhamdulillah. Berita baik hari ini
bagiku, tak sia-sia kubangun pagi.
Tak terasa sampai juga di rumah kakakmu. Layaknya
calon istriable kamu langsung menawarkan untuk membuatkan kopi tanpa di minta.
Kopi tik?
Sambil melepas jaket dan kerudung.
Iyo wis lak
dipekso. (iya kalau dipaksa) maklum saya kan pemalu.
Kamu langsung ke dapur untuk menjerang air, sambil
menunggu kopi selesai diseduh aku melepas jaket. Tak lupa berandai-andai. Iya,
hanya andai-andai. Untuk orang seperti saya apa to yang dipunya selain tenogo
lan tresno? Tentu berandai-andai adalah hiburan gratis yang dapat dilakukan
kapan saja.
Monggo diunjuk kopine, begitu katamu tiba-tiba yang
membuyarkan lamunanku. Ah, kembali senyum itu tersungging. Dalam hati saya
berani bertaruh, andai kopi ini gak dikasih gula pasti sudah manis.
kopi iki
gaweanmu? Sambil saya mulai menyeruput kopi.
iyo ngopo
emange?
ndak apa-apa.
hanya saja kopimu iki kemanisen. Betul kan kalau kopinya bakal kemanisen.
Sarapan yuk, oke kataku. Blitar memiliki warung pecel
yang lumayan terkenal bahkan sampai membuka cabang di Jakarta. Kami mengantri,
maklum jam sarapan tentu saja warungnya ramai. Setelah mendapat nasi dan tempat
duduk Sambil makan, aku melontorkan sebuah pertanyaan. Udah berapa kali sampean
maem disini ? sering..sampean ? Tanyamu. masih dua kali iki maem pecel disini. Selesai
makan bergegaslah kami menuju rumah tua itu untuk istirahat. Karena pukul
setengah 1, dia akan merekam suaranya dan aku menjadi pengiringnya.
lagu happy brithday mengalun dengan indahnya. Lagu ini
untuk temannya yang akan merayakan ulang tahun. Setelah dua jam berlalu selesai
sudah rekaman ini. Kami kembali kerumah
tua itu, dengan wajah tampak loyo dan capek. Tiba-tiba Mendungpun menghitam dan
butiran air hujan kelihatan akan segera jatuh. Ternyata benar apa yang kuduga
hujan akhirnya membahasi pelataran rumah tua itu dan kamipun tertahan disitu.
Jadi teringat lagunya Utopia Hujan.
Sembari menunggu hujan reda diapun bernyanyi beberapa
lagu romantis dan lagi lagi aku jadi pengiringnya. Tak apalah jadi pengiring,
berharap suatu saat menjadi pengiring hidupnya untuk yang lama, hahaha. Sesaat
kemudian perut terasa lapar, dingin memang selalu menyebabkan rasa lapar lebih
cepat dari biasanya.
Masak mie aja
ya (mau keluar beli makanan agak jauh ya gak mungkin dia pasti takut
kebasahan).
Iyo cocok tik,
sebelah rumah ada toko yang jualan mie, temenin yuk.
Akhirnya nekad dengan menggunakan payung gambar bunga
warna coklat tua, kami membeli mie instan. Hujan tambah deras, suara petir ang
menggelegar, ditambah satu payung berdua, semakin mirip FTV. Tak lupa kepalamu
kau tempelkan di lenganku, untungnya lenganku fleksibel bisa untuk apa saja,
janganku untuk bersandar kepala, untuk bersandar keluarga saja lenganku sudah
kuat kok.
Tiba-tiba
kau terpeleset, aduh, teriakmu. maklum hujan dan tentu licin.
Ndak apa apa
kan ?
Ndak apa apa
tik, dalane lunyu, jawab dia sambil memakai sandal yang terlepas.
Setelah
membeli mie instan, kita memasak di dapur, begitu selesai Kita makan bareng
bersama kakaknya diruang tamu. Hujan pun agak reda dia berkemas kemas untuk
segera pulang.
sambil menggunakan jilbab dia bertanya..Lewat ngendi
iki penake?, nek lewat dalan sing mau hujane urung terang, lihaten mundunge
kulon sik putih (menandakan hujan). Sementara waktu hampir maghrib.
Muter wae yo
Nik, lewat etan karo ngenteni terang..dalam hati biar lama sama kamu dan
berharap bisa hujan-hujan berdua lagi.
Memang Hujan
tidak sederas yang kuharapkan, tapi yakin kenangan akan hujan ini akan selalu
teringat. Nik, apakah sekarang tempatmu masih hujan???
Tulisan ini
dibuat sambil mendengar lagunya utopia Hujan
Tulisam keren kak,klik disini
ReplyDelete