Friday 11 December 2015

Antara Aku Kau dan Hujan

By: PTK

Bangun pagi adalah perjuangan yang berat. Melebihi tugas ketika sekolah. Bukan apa-apa, jam tidurku sudah berubah semenjak beberapa bulan yang lalu. Entah mengapa kok saya menyanggupi ketika kau ajak untuk ke Blitar, rumah kakakmu yang mungkin saja menjadi kakak iparku (ngarep).  Pagi itu kau sudah tiba, dengan senyummu yang bisa meruntuhkan amarah Rahwana kusambut pagi ini. Kau cantik hari ini, dan aku suka kayak lagunya blackout. Tapi ada yang kurang, bukankah wanita akan terlihat cantik ketika bangun tidur? Tanpa make up masih alami. 
Akhirnya kita berangkat, seperti lagu naik delman kududuk dimuka, bukan samping  pak kusir, tapi aku yang jadi sopir. Ga papa, demi kamu. Layaknya kawan lama, kita mulai obrolan dengan santai, entah siapa yang memulai, kau bercerita tentang mantanmu. Iya, ternyata kisahmu kandas, Alhamdulillah. Berita baik hari ini bagiku, tak sia-sia kubangun pagi.
Tak terasa sampai juga di rumah kakakmu. Layaknya calon istriable kamu langsung menawarkan untuk membuatkan kopi tanpa di minta.
Kopi tik? Sambil melepas jaket dan kerudung.
Iyo wis lak dipekso. (iya kalau dipaksa) maklum saya kan pemalu.
Kamu langsung ke dapur untuk menjerang air, sambil menunggu kopi selesai diseduh aku melepas jaket. Tak lupa berandai-andai. Iya, hanya andai-andai. Untuk orang seperti saya apa to yang dipunya selain tenogo lan tresno? Tentu berandai-andai adalah hiburan gratis yang dapat dilakukan kapan saja.
Monggo diunjuk kopine, begitu katamu tiba-tiba yang membuyarkan lamunanku. Ah, kembali senyum itu tersungging. Dalam hati saya berani bertaruh, andai kopi ini gak dikasih gula pasti sudah manis.

kopi iki gaweanmu? Sambil saya mulai menyeruput kopi.
iyo ngopo emange?
ndak apa-apa. hanya saja kopimu iki kemanisen. Betul kan kalau kopinya bakal kemanisen.

Sarapan yuk, oke kataku. Blitar memiliki warung pecel yang lumayan terkenal bahkan sampai membuka cabang di Jakarta. Kami mengantri, maklum jam sarapan tentu saja warungnya ramai. Setelah mendapat nasi dan tempat duduk Sambil makan, aku melontorkan sebuah pertanyaan. Udah berapa kali sampean maem disini ? sering..sampean ? Tanyamu.  masih dua kali iki maem pecel disini. Selesai makan bergegaslah kami menuju rumah tua itu untuk istirahat. Karena pukul setengah 1, dia akan merekam suaranya dan aku menjadi pengiringnya.
lagu happy brithday mengalun dengan indahnya. Lagu ini untuk temannya yang akan merayakan ulang tahun. Setelah dua jam berlalu selesai sudah rekaman ini. Kami kembali  kerumah tua itu, dengan wajah tampak loyo dan capek. Tiba-tiba Mendungpun menghitam dan butiran air hujan kelihatan akan segera jatuh. Ternyata benar apa yang kuduga hujan akhirnya membahasi pelataran rumah tua itu dan kamipun tertahan disitu. Jadi teringat lagunya Utopia Hujan.
Sembari menunggu hujan reda diapun bernyanyi beberapa lagu romantis dan lagi lagi aku jadi pengiringnya. Tak apalah jadi pengiring, berharap suatu saat menjadi pengiring hidupnya untuk yang lama, hahaha. Sesaat kemudian perut terasa lapar, dingin memang selalu menyebabkan rasa lapar lebih cepat dari biasanya.      

Masak mie aja ya (mau keluar beli makanan agak jauh ya gak mungkin dia pasti takut kebasahan).
Iyo cocok tik, sebelah rumah ada toko yang jualan mie, temenin yuk.
Akhirnya nekad dengan menggunakan payung gambar bunga warna coklat tua, kami membeli mie instan. Hujan tambah deras, suara petir ang menggelegar, ditambah satu payung berdua, semakin mirip FTV. Tak lupa kepalamu kau tempelkan di lenganku, untungnya lenganku fleksibel bisa untuk apa saja, janganku untuk bersandar kepala, untuk bersandar keluarga saja lenganku sudah kuat kok.

Tiba-tiba kau terpeleset, aduh, teriakmu. maklum hujan dan tentu licin.
Ndak apa apa kan ?
Ndak apa apa tik, dalane lunyu, jawab dia sambil memakai sandal yang terlepas.
Setelah membeli mie instan, kita memasak di dapur, begitu selesai Kita makan bareng bersama kakaknya diruang tamu. Hujan pun agak reda dia berkemas kemas untuk segera pulang.
sambil menggunakan jilbab dia bertanya..Lewat ngendi iki penake?, nek lewat dalan sing mau hujane urung terang, lihaten mundunge kulon sik putih (menandakan hujan). Sementara waktu hampir maghrib.           

Muter wae yo Nik, lewat etan karo ngenteni terang..dalam hati biar lama sama kamu dan berharap bisa hujan-hujan berdua lagi.
Memang Hujan tidak sederas yang kuharapkan, tapi yakin kenangan akan hujan ini akan selalu teringat. Nik, apakah sekarang tempatmu masih hujan???

Tulisan ini dibuat sambil mendengar lagunya utopia Hujan




1 comment: