Thursday 26 November 2015

Kolaborasi Reog Ponorogo Cahaya Budaya di Diesnatalies SMA N 1 Ngunut



Awalnya sederhana, hanya mengenalkan reog ke mereka. Ah bukan, hanya mengajak mereka menari reog Ponorogo tepatnya. Kok bukan reog Tulungagung? Mungkin ada yg bertanya demikian. Bukan diskrimani atau tidak cinta produk lokal. Hanya kebetulan saya lebih ngerti reog Ponorogo dibanding reog Tulungagung.
Hari ini adalah hari terakhir kami bekerjasama untuk event ini, diesnatalies SMA N 1 Ngunut. meskipun tergolong baru, kami sudah melakukan beberapa kali kolaborasi tanpa ikatan tetap dengan kelompok lain. Mungkin ini yg terlama sekitar 2 bulan mulai proses hingga pementasan. Proses 2 bulan bukan dilalui dengan lancar-lancar saja, pasti ada dinamika mulai dari tari yang itu-itu saja, hingga jadwal latihan yang berbenturan dengan jadwal les, tambahan di sekolah atau malah jadwal kencan mereka. Untungnya kami sanggup menjalani hal tersebut.
Dalam waktu tersebut, sangat jarang saya mengajak mereka diskusi, ngobrol atau bercanda diluar jadwal latihan. Banyak hal yang dulu saya pegang, untuk Pementasan SMA ini saya serahkan pada Ebrin (biasa dipanggil pitik). Mulai dari proses negoisasi biaya hingga pementasan, sangat sedikit saya ikut campur. Begitupula untuk kekaryaan, kebetulan kita sudah punya karya yang hampir jadi, sehingga tinggal tambal sulam. 






Hingga tiba hari pementasan,  Ebrin masih memegang kendali dengan baik. Hal ini tentu tidak dapat dilalui sendiri, pasti ada dukungan dari pihak sekolah, penari, dan kru, kalian semua luar biasa. Hingga selesai pentas, kami sempat ngobrol basa-basi, sedikit curhat dan ucapan terima kasih.
 setelah pentas, saya kebetulan satu pikep dengan anak2 SmA tsb. Kami pun saling bercerita. Mulai dengan almamater yg sama hingga kisah asmara. Biasa, anak muda, selalu asmara untuk bumbunya. Semacam "realita cinta dan reog n roll". Yg menarik, ketika hampir sampai base camp, terlihat gurat kekecewaan di wajah mereka. Bahkan ada yg sempat berujar. Yah, sudah sampai, padahal ini terakhir kita bertemu. Seolah-olah sudah tidak ada waktu untuk besok, atau sedemikian kangennya mereka dengan saya ( hahahaa).
Bukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Mengutip salah satu kata seorang teman. "Pertemuan adalah perpisahan yg tertunda".
Selamat, kalian warbiasa. Sampai jumpa di event selanjutnya.

1 comment: