CERITA DI WAJAK
Tentang cerita asal-usul Kyai Upas di
Wajak itu ada cerita yang sangat berlainan dengan cerita diatas. Cerita
inipun juga menyinggung tentang Mentaok.
Pada waktu itu calon Sultan Mataram masih
bernama Kyai Ageng Senopati. Pada suatu hari ia bertamu ke Wajak,
disitu ia disuguh sirih oleh Bupati daerah itu.
Wajak adalah suatu daerah yang terletak
disebelah selatan Tulungagung, tetapi Tulungagung belum menjadi suatu
negeri, masih berwujud hutan kayu tahun. Daerah disebelah timur
Tranggalih juga termasuk wilayah Wajak.
Senopati langsung menuju Wajak dengan
mengendarai abdinya, seekor kuda yang bernama Djurutaman, ialah seekor
kuda jilmaan jin, yang dulu dalam suatu peperangan dapat dialahkan oleh
Senopati. Kuda itu diceritakan dapat terbang, dan berkecepatan seperti
angin. Pertemuan di Wajak itu disuguhi.dengan pagelaran wayang klitik.
Senopati merasa payah, tidur dengan bersandar pada tiang gung. Dalam
tidurnya itu ia bermimpi bertemu dengan puteri Bupati itu. Pada waktu
itu juga kuda jelmaan itu pulang ke Mataram menjilma sebagai manusia
yang menyerupai Senopati. Ia Bermaksud hendak menemui istri senopati di
dalam rumah di Mataram.
Senopati yang tidur bersandar pada tiang gung itu tidak mengetahui bahwa kudanya menghianati.
Tengah malam Sunan Kalijogo datang
membangunkan dan melemparkannya ke Mentaok. Jurutaman yang menjilma
sebagai tunagannya itu diketahui oleh Senopati dan ditusuk matanya yang
sebelah kanan dengan cis sehingga menjadi buta sebelah.
Puteri Wajak yang muncul dalam impian
tadi beberapa waktu kemudian hamil, padahal ia belum bersuami. Supaya
tidak mendapat malu puteri itu harus meninggalkan Wajak menuju ke suatu
hutan perawan di daerah Wahung, disitu dia melahirkan bayinya dibuang
ketempat yang sunyi. Waktu itu ada seekor ular yang keluar dan terus
mengejar bayi yang dibuang itu untuk mencaploknya. Tetapi tidak ditelan,
melainkan dikulum saja. Ibu si bayi itu menjadi takut dan malu, terus
pergi meniggalkan Wahung Bupati Wajak mengetahui bahwa putrinya pergi.
Ia memerintahkan punggawanya untuk mencari puterinya itu. Adapun
punggawa yang diperintahkan itu bernama Rijobodo.
Rijobodo terus berangkat mencari, keluar hutan masuk hutan, namun ia tak dapat menemukannya..
Pada suatu ketika ia mendapat ilham,
yaitu ia disuruh mencari bekas tempat bayi tadi dibuang. Setelah sampai
ke tempat itu diketemukannya sebuah tombak dan ular yang menyaplok bayi
tersebut. Lama kelamaan yang dicarinya itu dapat diketemukan, yaitu
didaerah Banyuwangi. Sang putri beserta tombak itu terus dibawa pulang.
Sesampainya di Wajak diurus, apa sebabnya sampai lolos dari Kabupaten.
Sang Bupati menuduh bahwa Senopati telah
membuat aib kepada putrinya. Oleh sebab itu disayembarakan, bahwa barang
siapa dapat membunuh Senopati di Mentaok, akan dijadikan pengganti
jabatan Tumenggung di Wajak.
Para Menteri menyanggupi. Mereka disuruh
memerangi Mentaok dan kepada pemukanya dibawakan tombak tersebut sebagai
alat senjatanya. Mereka itupun berangkatlah .
Sesampainya di Mentaok dijumpainya
Senopati dan ditusuknya dengan tombak itu menjadi bengkok. Setelah
diketahui oleh Senopati akan tombak itu berkatalah :
“Tombakmu itu adalah penjilmaan dari
putraku, mana mungkin ia berani kepadaku? Oleh karena itu ia menjadi
bengkok.” Sudahlah sekarang ini lebih baik kamu semua pulang saja.
Kembalikanlah tombak ini kepada paman Bupati. Tombak ini adalah sebuah
senjata yang ampuh, kelak akan menjadi pusaka bagi daerah “ Ngrowo”.
Para Menteri yang memerangi Senopati itu
terus pulang ke Wajak dengan tangan hampa. Sesampainya di Wajak
dikatakan pesan-pesan Senopati itu kepada Bupati.
Sang Bupati tidak mau menerima tombak itu kembali.
Disuruhnya orang untuk mengembalikan ke asalnya, ke Wahung.
Tumbak itu dikembalikan, dan lenyap dari Wahung.
Kemudian hari banyak orang yang
mengetahui bahwa tombak tadi terdapat tegak menancap di bumi daerah
Wahung, dengan dikerumuni oleh tombak-tombak yang lain, yang banyak
jumlahnya. Setelah didengar oleh Bupati Wajak akan berita itu, lalu
disayembarakan, bagi siapa saja yang dapat mengambil Kyai Upas, dialah
calon pembesar ditempat itu. Kemudian hari ternyata seorang yang dapat
mengambilnya.
Orang itu bernama Ronggo Katepan Ngabehi. Nenurut cerita orang, Ronggo tersebut tidak berpusar dan sangat sakti.
No comments:
Post a Comment