Kyai upas adalah nama sebuah pusaka
berbentuk tombak, dengan landeannya sepanjang tidak kurang dari 5 meter.
Pusaka ini berasal dari Mataram yang dibawa oleh R.M. Tumenggung
Pringgodiningrat putra dari pangeran Notokoesoemo.di
Pekalongan yang menjadi menantu Sultan Jogyakarta ke II (Hamengku
Buwono II yang bertahta pada tahun 1792-1828), ialah ketika R.T
Pringgodiningrat diangkat menjadi Bupati Ngrowo (Tulungagung sekarang).
Disamping pusaka itu ada kelengkapannya yang dalam istilah Jawa disebut
“pangiring” berwujud 1 pragi gamelan pelok slendro yang diberi nama
“Kyai Jinggo Pengasih” beserta 1 kotak wayang purwo lengkap dengan
kelirnya.
Pusaka dan pengiring ini tidak boleh
dipisahkan dan sekarang tersimpan dibekas pensiunan Bupati Pringgokusumo
di desa Kepatihan Tulungagung. Inilah yang oleh masyarakat Tulungagung
dianggap sebagai pusaka daerah.
Sejak dari R.M Tumenggung
Pringgodiningrat pusaka tadi dipelihara baik– baik, turun temurun kepada
R.M. Djayaningrat (Bupati Ngrwo V) lalu kepada R.M Somodiningrat
(Bupati ke VI) kemudian kepada R.T. Gondokoesoemo (Bupati ke VIII) dan
selanjutnya diwariskan kepada adiknya ialah R.M Tumenggung
Pringgokoesoemo (Bupati Ngrowo yang ke X).
Setelah R.M.T Pringgokoesoemo pensiun
dalam tahun 1895 dan wafat pada tahun 1899, maka pemeliharaan pusaka
diteruskan oleh Raden Aju Jandanya, sedang hak temurun pada puteranya
yang bernama R.M Moenoto Notokoesoemo Komisaris Polisi di Surabaya.
Sejak tahun 1907 pemeliharaan pusaka berada di tangan menantu dari R.M.T
Pringgokoesoemo yaitu R.P.A Sosrodiningrat Bupati Tulunngagung yang ke
XIII, dan sejak jaman Jepang diteruskan oleh saudaranya yang bernama R.A
Hadikoesoemo. Setelah R.A Hadikoesoemo wafat tugas ini diambil alih
kembali oleh R.M. Notokoesoemo.
No comments:
Post a Comment