Wednesday 24 February 2016

Karena Ngopi gak Harus Kopi


Akhir-akhir ini sedang marak pembicaraan tentang kopi sianida. Di televisi, medsos bahkan di sekolahku pun banyak yang membicarakan tentang berita tsb. Hm, jadi saya rasa kalian pasti tahu tentang berita itu. Kalaupun belum tahu, silahkan cari di google dengan kata kunci kopi sianida. Saya yakin banyak artikel yang membahasnya.
Ngomong-ngomong tentang kopi, minuman hitam yang satu ini memang banyak digemari orang. Entah  itu laki-laki maupun perempuan, orang dewasa maupun remaja. Kalau seharian belum minum kopi, kata mereka belum lengkap rasanya. Saya sendiri tidak terlalu menggemari kopi. Mungkin ada yg salah dengan lidahku, begitu kata salah seorang teman. Tapi  Saya lebih menganggap hal tersebut adalah takdir Illahi hahaha
Nah dewasa ini banyak berdiri warung kopi. Saya rasa di kota seluruh Indonesia pasti ada warung kopinya. Di tulungagung? Ada. Di Ngunut? Wah jangan Tanya. Banyak. Jenis warung kopi juga beragam, mulai dari rumah dan warung yang jadi satu, cafe, bahkan ada juga yang di trotoar.
Walaupun saya bukan penggemar kopi saya juga pernah ngopi di luar kok. karena filosofi saya berbunyi “ ngopi nggak harus pesen kopi” hahahaa


Gambar dari google

Kalau menurut pengamatan saya, tidak semua remaja yg gemar ngopi di warkop penyuka kopi. Terkadang mereka hanya ingin ngumpul atau sekedar bercengkrama, bahkan ada juga yg hanya nyari wifi gratis. Karena memang banyak warung kopi yang menyediakan fasilitas wifi gratis untuk menggaet pelanggan. Apalagi  hanya dengan membayar kurang dari Rp 5000,- mereka dapat menggunakan layanan internet sepuasnya sambil menikmati minuman yang dipesan dan ngumpul bareng teman. Mereka biasanya tidak terlalu peduli dengan rasa kopi yang disajikan, bahkan lebih sering memesan minuman lain selain kopi. Yah, saya rasa ndak masalah. Toh ndak dosa juga.
Lain lagi bila yang ngopi memang benar-benar penggemar kopi. Mereka biasanya lebih mementingkan rasa. Jujur saja, lidahku yg katanya bermasalah ini juga ndak dapat membedakan kopi satu dengan kopi lainya, sama seperti saya yang nggak bisa membedakan merk makeup satu dengan yg lain.
Saya ambil contoh yang dekat saja. Kakungku. Beliau termasuk penggemar kopi. Dari saya kecil sampai sekarang pun tempat beliau ngopi ya tetap. Itu lho warung kopi Pak Raji, dekat Lapangan Pema, Ngunut. Entah apa yang membuatnya jatuh cinta dengan kopi Pak Raji. pasalnya saya juga belum pernah mencoba kopi disana, makanya saya ndak tau.
Dulu sewaktu masih kecil, saya sering diajak ngopi disana. Kopi di warung Pak Raji ndak mengandung sianida kok. Jadi dijamin aman. Saya masih ingat, saya selalu dipesankan teh hangat bila ikut ngopi. yang tidak pernah ketinggalan, ketika pulang selalu dibelikan kacang asin yang dibungkus kertas warna-warni berbentuk segitiga haha. Walaupun ngopinya sama teman2 kakung yang notabene sudah pada tua tapi saya sangat bersemangat bila diajak ngopi. Biasanya kegiatan ngopi kami dilakukan pada hari minggu pagi, tentunya karena saya libur sekolah. Tapi sayangnya, sekarang saya sudah ndak pernah ngopi sama kakung lagi. Mungkin karena saya yang sekarang sudah remaja. Yang setiap minggu paginya lebih memilih tidur ataupun berkegiatan lain dari pada ikut ngopi kakung. Kadang kangen juga sama kacang asin disana..
Menurut saya ada yang lucu ketika budaya ngopi diluar sudah mendarah daging. Meskipun sudah minum kopi di rumah katanya belum minum kopi kalau belum  ngopi diluar. Kira-kira apa kalian juga seperti itu? Entah apa yang membuatnya berbeda, padahal sama2 bubuk kopi, gula dan air panas sebagai bahan dasarnya. Seandainya kalian tahu, boleh menghubungiku dan menjelaskan.
Hmm, Jadi sudahkah kalian minum kopi hari ini?

NB: ttg filosofi yang diatas tadi Cuma ngawur, tapi saya benar2 menggunakan filosofi tsb dan saya pegang teguh hingga saat ini. Belum pernah sekalipun saya ngopi pesen kopi hitam.

2 comments: