Penulis: Ebin
Kesempatan ke pulau Bali seolah sudah tertutup, karena sewaktu SMP dan SMA rekreasi saya selalu ke Jogja. Padahal kesempatan terbesar jika ingin kesana hanya saat duduk dibangku SMP atau SMA. Study tour tentunya. Tapi hingga lulus SMA saya masih terlalu sering melihat Bali hanya di FTV. Tak apalah mungkin dengan melihat di TV akan mengurangi keinginan saya.
Kesempatan ke pulau Bali seolah sudah tertutup, karena sewaktu SMP dan SMA rekreasi saya selalu ke Jogja. Padahal kesempatan terbesar jika ingin kesana hanya saat duduk dibangku SMP atau SMA. Study tour tentunya. Tapi hingga lulus SMA saya masih terlalu sering melihat Bali hanya di FTV. Tak apalah mungkin dengan melihat di TV akan mengurangi keinginan saya.
Entah
mimpi apa malam itu, Senin tanggal 18 januari 2015 ketua reyog
Cahaya budaya (mas Pris) mendapat kabar dari mas Fahmi bahwa akan
digelar pentas reyog di Denpasar, dan membutuhkan penari bujangganong
dua serta penari klono untuk bermain di Bali. Dengan ini mas Pris
menunjuk Fajar dan Haris. Akan tetapi Haris nggak bisa ikut karena
ada kepentingan pribadi, dan akhirnya diganti dengan Fonky. Meskipun
bukan penari, saya kebagian jadi pengendang dan akhirnya bisa ikut ke
Bali , yeyeeeee.
Dirasa
persiapan sudah cukup, satu hari menjelang keberangkatan kami memilih
bus Gunung Harta sebagi partner ke Denpasar. Kita berangkat ke
Denpasar sekitar pukul 1.30 Kami menunggu bus Gunung Harta di halte
Ngunut. Singkat cerita. Sesampai di Malang bus yang kami naiki
berhenti untuk istirahat di pos peristirahatan Gunung Harta.
Selama ini saya hanya sebatas mendengar nama paiton. Banyak orang yang bilang bahwa Paiton jika malam hari bagaikan lautan lampu. Benar saja ketika bus yang kami naiki melawati sebuah jalan yang agak meninggi. Seketika itu saya melihat banyak hamparan lampu dari dalam bus. Saya kagum melihatnya, ribuan lampu kuning yang jumlahnya ribuan memanjakan mata kami. Ternyata Itulah Paiton. Setelah beberapa jam kemudian sayapun tertidur pulas.
Satu
jam sudah kita sudah berada dikapal berarti kami segera menginjakkan
kaki di pulau dewata tersebut. akhirnya kami sampai ke Pulau Bali,
iya Bali yang selama ini hanya mimpi. yeeee.... telah sampai di
pelabuhan gilimanuk pukul 4.00 WITA. Bus pun bersiap untuk keluar
dari kapal, akan tetapi sebelum meninggalkan pelabuhan ada
pemeriksaan dari petugas keamanan pelabuhan untuk memastikan keamanan
sebelum masuk ke Bali.
Begitu
sampai terminal Ubung, sambil menunggu mas Fahmi kami sempatkan ngopi
sebentar. Hingga jemputanpun datang. Oke, kami siap melanjutkan
perjalanan ke kost mas Fahmi untuk beristirahat, karena di sore hari
kami harus latihan bersama.
Sorenya
Seusai latihan kami diajak mas kemek jalan jalan melihat kota
Denpasar. Kami bersiap siap untuk menikmati malam minggu di Bali.
Ternyata suasana disana ramai, banyak wisatawan lokal maupun
asing. Mengingat keesokan harinya kami akan pentas reyog ponorogo,
dan masih banyak agenda lain,mak kami memutuskan untuk segera
mengistirahatkan diri.
Keesokan harinya kamipun bangun tidur lalu bergegas untuk mandi karena akan pergi ke Monumen bajra sandhi Renon melihat car free day. Sesampai disana saya melihat banyak orang yang sedang berkegiatan. Mulai dari jogging, senam, berfoto, sepakbola, basket hingga orang berpacaran sedang bergandengan tangan. Ah..saya jadi iri saja melihatnya. Setelah cukup puas berkeliling, kami melanjutkan perjalanan ke Kontrakan mas Jojo, salah satu kawan dari mas Pris dan mas Fahmi.
Sesampai
disalah satu Perumnas tempat mas Jojo tinggal, kami
berbincang-bincang sambil sarapan tentunya. Begitu sarapan selesai
dan sak udutan, perjalananpun berlanjut, Nusa dua, sip, kali ini
tambah mas Jojo dan istrinya. Tak terasa kami pun tiba di Nusa dua.
Sempat kebingungan ketika akan menuju kepantai dan bertanya kepada
petugas keamanan. Mondar mandir, bolak balik kok gak ketemu ya..dalam
hati wong yang rumahnya Bali aja bingung apa lagi fajar. Istri mas
jojo tak sengaja membaca tulisan Nusa dua beach (menunjukkan arah).
Kami akhirnya sampai dipantai. Waktu akan turun dari mobil sendal
saya Nyantol pintu mobil yang membuatnya putus. Terpaksa Nyeker.g
papa toh nyeker gak dilarang dan show must go on, melihat lihat
indahnya pantai Nusa dua Bali yang sebelumnya hanya bisa lihat di Tv.
Memang keren Bali ini.
Sebenarnya
dimanapun tempatnya yang namanya pantai ya begitu saja. Tulungagung
punya kok pantai semacam Nusa Dua, Pantai Sanggar mungkin. Tapi bukan
Bali namanya jika obyek wisatanya nggak dikelola dengan baik. Memang
Bali gak ada matinya. Setelah kami capek menyusuri sepanjang pantai
akhirnya istirahat dibawah pohon. Ketika berada dibawah pohon yang
rimbun mas jojo, mas pris,mas kemek bercerita ketika semasa
kuliah dulu. Semacam romantisme masa lalu. Dirasa campeknya hilang
kami melanjutkan perjalanan menuju water blow. Mas kemek bilang mater
blow ini adalah ombak laut yang menghantam karang lalu muncrat
keatas. Namun sayang pada saat saya berada disana nggak sekalipun
melihatnya. Mungkin ombaknya lagi malu. Yaa sudahlah kemudian hanya
bisa berfoto foto saja.Tak terasa waktu semakin siang. Kami harus
segera pulang mengingat sorenya saya, fonky, fajar, mas kemek dan mas
pris akan tampil reyog ponorogo di taman kota Denpasar.
Sebelum
menuju tempat pertunjukan, mas Jojo mengajak untuk makan siang. Kami
telah sampai salah satu dirumah makan di Denpasar. Istri mas jojo
lalu memesan menu hidangan siang itu. Sebelum pulang ke kost terlebih
dahulu menghantarkan mas jojo pulang kerumahnya. kami munuju kost.
Tanpa istirahat saya, fajar, fonky disuruh mas pris untuk langsung
membereskan tempat tidur dan berkemas kemas mengingat malam ini kita
pulang. Dengan agak tergesa gesa kami langsung menuju ke Taman kota
Denpasar. Sesampai disana ternyata masih sepi hanya ada beberapa
orang yang mengenakan kaos reyog.
Selang
beberapa menit peralatan reyog datang disusul para pemainnya. Dirasa
persiapan sudah selesai, pementasanpun dimulai. Diawali dengan tari
dadak merak, disusul penari jathil obyok lalu tari warok kemudian
tari bujangganong. Penampilan fajar dan fonky sebagai penari
bujangganong. Sebelum berangkat ke Bali kami berempat sudah
mempersiapkan konsep untuk pementasan tersebut. Dengan mengosep
mereka sebagai lawak. Konsep yang dibawakan adalah menjadikan fajar
sebagai anak yang lucu, menggemaskan dan kemlelet sedangkan fonky
penyeimbang kekonyolan fajar. Nampaknya konsep kami berhasil nyatanya
banyak orang tertawa ketika fonky dan fajar perform. Sekitar tiga
puluh menit mereka menghibur penonton yang saat itu memenuhi
pelataran taman kota Denpasar. Tak terasa kita sudah dipenghujung
acara. Alhamdulilah pentas kami di Bali sukses.Setelah pementasan
kami harus segera menuju ke terminal Ubung untuk pulang. Mas pris,
saya, fajar,fonky bersalam dengan pawargo yang ada disana. Ada mas
saipul, pak slamet, mas yunus dan beberapa orang lainnya. Lalu
kamipun berpamitan untuk pulang. Fonky dan fajar lalu ganti baju
didalam mobil. Tak langsung menuju terminal maka mas kemek pun
mengajak ke Erlangga untuk belanja.
Memang
tempat ini bagus untuk berfoto karena sebelum masuk keruangan anda
akan disuguhkan dengan segala pernak pernik yang berkaitan dengan
kebudayaan Bali. Foto dulu biar kelihatan kalau lagi di Bali. Lalu
kami berlima masuk ke ruangan belanja tersebut untuk membeli baju.
Saya pun langsung terpencar dengan temen teman yang sibuk memilih
baju dan celana, entah untuk siapa ?. Mas pris tak banyak memilih
baju dia langsung keluar dan menunggu didepan bersama mas kemek.
Setelah selesai memilih baju kami bertiga berkumpul dikasir. "450
ribu semuanya mas" kata si kasir. Tiba tiba saya kaget ketika
mencari dompet disaku nggak ada. Dengan agak kebingungan kami bertiga
sepakat jika uang untuk membayar belanjaan uang dengan
patungan. Diluar
smalayan saya masih kebingungan, dan kamipun mencarinya. Akhirnya
fonky yang menemukan dompet didalam mobil, di sak jaket warna hitam.
Lalu
kamipun menuju terminal Ubung. Sebelum masuk terminal mas kemek
mengajak untuk makan di depan terminal. Tak banyak waktu untuk makan,
langsung saja sayapun bersalaman dengan mas kemek disusul mas pris,
fajar dan fonky. "Matur suwun lo yo..ojo kapok dolan rene"
kata mas kemek kepada kami berempat. "Iya mas, pasti ndak kapok"
jawabku. Lalu kami berjalan kedalam terminal. Rencananya mas pris
nggak langsung bertolak ke Tulungagung tapi mampir ke Jember tempat
kuliahnya dulu untuk bertemu beberapa orang, mas Sholeh misal. Mas
sholeh adalah temen seperjuangan mas pris di reog Unej "Sardulo
anorogo". Mas pris ditemani fajar. Sayapun juga mapir Banyuwangi
tempat ayah bekerja. Setelah agak lama bus pun mulai beranjak
meninggalkan terminal Ubung. Singkat cerita, tiba tiba ditengah
perjalanan bus pun diberhentikan oleh beberapa polisi yang membertahu
jika kita gak bisa menuju pelabuhan Gilimanuk, karena ada jembatan
Lantas
sopir bus pun kebingungan. Sebenarnya bisa saja untuk sampai di
pelabuhan gilimanuk namun kita harus putar balik lewat Singaraja.
Tetapi jika harus putar balik lewat Singaraja maka butuh waktu 4 jam
untuk bisa di pelabuhan. Akhirnya sopir bus pun memutuskan untuk
putar balik mengingat waktu semakin pagi. Dengan perjanjian satu
orang dikenakan biaya tambahan untuk membeli solar 20rb, kamipun
sepakat. Akhirnya bus putar balik. Ditengah perjalanan menuju
Singaraja tiba tiba permasalahan datang kembali. Yaitu jalan untuk
menuju kesana juga ditutup. Entah kenapa ? Waktu itu saya bangun
tidur di bus. Setelah bus itu berhenti sangat lama, sopir bus pun
memilih jalan alternatif menuju ke Gilimanuk. Malam itu sekitar pukul
1.00 bus melewati persawahan yang sangat gelap. Sayapun mencoba untuk
tidur dan berhasil. Tak terasa bus sudah berada di pelabuhan
gilimanuk dan bersiap untuk naik ke kapal. Seusai bus terparkir di
dec kapal, saya,mas pris,fonky dan fajar langsung naik ditangga kapal
untuk duduk diatas. Selang beberapa menit kami tiba di pelabuhan
ketapang.
Saya
ditemani fonky akhirnya turun di pom genteng (pkl 4.26 pagi) dan mas
apris melanjutkan perjalanan menuju Jember bersama fajar. Lalu saya
mencoba menghubungi ayah ternyata gagal. Semakin menambah bingung
saja. Kemudian mencoba menghubungi nomer yang satunya ternyata bisa.
Akhirnya ayah akan menjemput kami berdua. Tak berselang lama ayah
datang. Saya menjabat tangannya. Seketika itu aku sempat meneteskan
air mata karena sudah tiga bulan ini belum bertemu beliau. Sejak
berada di Banyuwangi. Mungkin rasa kangen nggak bisa dibendung lagi.
Disana kami istirahat untuk mengobati rasa capek karena semalam naik
bus. Ayah menanyakan kabar saya dan sebaliknya. Setelah ngobrol
panjang lebar ayah menyuruh kami untuk tidur. Akhirnya tidur. Kami
terbangun pukul 12 siang. Lalu langsung bertanya kepada saya "mulih
kapan?". "Paling mengko sore yah" jawabku. Sebenarnya
saya ingin pulang keesokan harinya naik kereta. Namun mas eko keburu
berkata yang intinya kalau kereta disini gak seperti di Tulungagung'
yang setiap hari ada untuk menuju ke Tulungagung. Agak sedikit kecewa
sebenarnya tapi mau gimana lagi saya dirumah memiliki tanggungjawab
menjaga warung. Hamper 5 hari meninggalkan rumah.
Akhrinya
sayapun memutuskan untuk pulang setelah maghrib. Sebelum pulang
ayahpun mengajakku untuk berbelanja disebuah mall yang ada di
genteng. Dengan naik sepeda motor. Disana saya memilih baju dan
celana. Dirasa belanjaan sudah cukup kami beranjak pulang. Ditengah
jalan ayah bertanya "gak pengen oleh oleh" tanya
ayah."Pengen yah" jawabku. Lalu ayah mampir di pusat oleh
oleh khas banyuwangi. Satu persatu saya mengambil oleh oleh tersebut.
Lalu kamipun segera menuju kerumah mengingat waktu hampir sore.
Seusai itu kami menunggu bus dihalaman rumah, karena depan rumah
adalah jalur bus. Saya dan fonky menunggu kiranya tiga puluh menit
bus Harapan baru tersebut datang. Saya berpamitan ayah dan mas eko.
Lagi lagi saya menitikan air mata karena harus perpisah dengan ayah.
Kami berdua naik bus harapan baru yang melaju sangat kencang. Tak
terasa matahari mulai menanmpakkan sinarnya dan akhirnya kami sampai
juga di Tulungagung.
Tulisam keren kak,klik disini
ReplyDelete