Tuesday 2 February 2016

Perjalanan Panjang menjadi Announcer di Radio SMA N 1 Ngunut

 Sekolahku tahun ini punya Kepala Sekolah baru dan radio baru. Oh ya, saya bersekolah di SMA Negeri 1 Ngunut. Ngomong-ngomong masalah yang baru-baru, jangan sampe kalian nanya kapan saya punya pacar baru..

Kali ini saya bakal cerita tentang radio baru. Hm, kenapa bukan cerita tentang kepsek baru nya? Ya sebenarnya suka-suka saya sih mau cerita yang mana, tapi kalau kalian masih ngotot pengen tau, alasannya karena saya tertarik dengan dunia keradioan.
Jadi beberapa hari setelah peresmian radio. Ada pengumuman bahwa dicari announcer untuk radio sekolah. Otomatis dong, saya yang notabene tertarik sama dunia keradioan sama kayak saya tertarik sama kamu, langsung daftar jadi pacar kamu. Eh, jadi announcer ding. Waktu itu yang daftar ada 2 orang dari kelasku. Yaitu saya dan ketua kelas, namanya Junda.

Satu minggu setelah pendaftaran, tepatnya hari Kamis, saya diberitahu bahwa besok ada tes untuk announcer. “Bril, sesok bar jum’atan tes vocal ngge penyiar radio.” Kata Junda. Hah? Tes? Tes vocal? “oi jun, tes vocal kui sing piye sih?” “alah mek kon ngomong kaya wong siaran, sing diomongne bebas. Mengko direkam terus diseleksi.” Ohhhhhhh, sumpah pertama kali saya denger tes vocal, yang ada dibenak saya adalah disuruh nyanyi hahahaa. Dan syukurlah ternyata bukan, karena sadar, saya ini nggak bisa nyanyi. Jadi kalau sampe dites nyanyi kemungkinan lolos Cuma 0,000000099% serius deh. Tapi tetep aja waktu itu saya panic, keringet dingin, kejang-kejang, gelap……… becanda. Waktu itu saya Cuma merem, makanya gelap. Dan sekarang masalahnya adalah saya nggak tau dan nggak pernah siaran sama sekali.

Sampe rumah saya inget kalau salah satu omku pernah jadi announcer. Langsung aja tak bbm dan curhat tentang saya yang nekat daftar jadi announcer di radio sekolah, betapa nggak PD-nya. grogi, dan apakah punya peluang serta mampu buat jadi seorang announcer? Awalnya saya kira bakal dibecandain, karena kebiasaan sih kalau saya lagi serius malah dibecandain. Tapi ternyata dugaan saya salah. Saya malah dikuliahin panjang kali lebar sama dengan luas. “sik, kabeh kui nduwe peluang nang ngendi ae. Tergantung kemauanmu. Lek masalah kemampuan iso dipelajari sakwise awakmu ndue kemauan. Gedekne niatmu disik. Ora oleh wedi, ora oleh grogi.” Oke, saya sangat termotivasi setelah baca bbm tersebut. “pertama lan sing utama iku public speaking mu. Pas awakmu ngomong gawe wong akeh kui piye, iso dirungokne gak, iso dinikmati karo uwong gak, intonasi pas ngomong diperhatikan, ekspresi, caramu merespon sekitar, aja cengengesan gak jelas. Pokok announcer iku kudu peka.” Begitulah kira-kira bbm dari omku, kayaknya sih masih panjang, tapi saya lupa.
Besoknya saya masih bingung mau ngomongin apa. Rencananya sih, saya mau ngomongin novel yang baru selesai saya baca. Tapi kayaknya kok berat banget gitu topiknya, saya pengen sesuatu yang agak santai lah. Dan tiba-tiba saya ingat sama artikel yang saya tulis kemarin dulu tentang make up yang juga pernah dipost di sini. Akhirnya saya memutuskan untuk ngebahas masalah makeup pada saat tes vocal nanti.

Sampailah pada saat yang menegangkan siang itu, namaku dipanggil buat tes. Oke, I must do it and I can do it! Apalagi saya sudah janji, saya nggak bakal grogi ataupun takut. Tapi apalah dayaku yang hanya manusia biasa ini.. grogi? tetap, jantung berdetak kencang? Iya, saat memasuki ruangan itu, dan adrenalin saya berada pada puncaknya. Berasa mau ketemu gebetan baru duh



Kesan pertama saat masuk ruang siaran adalah ruangannya dingin. Setelah mengisi daftar hadir dan duduk ditempat yang sudah disediakan. Tanganku bergetar. Di ruangan itu ada 3 orang anak manusia, yaitu saya dan 2 panitia dari OSIS. “sudah siap?” Tanya salah satu anak OSIS. “Sik lah, tak ambegan…….. saiki aku siap!” hm, tenang.. calm down.. ini hanya ngomong depan mic, nggak bakal masuk radio, Cuma direkam untuk diseleksi. Begitu kiranya yang saya fikirkan untuk menenangkan diri. Dan ngoceh pun dimulai !!!. Lama kelamaan saya menikmati apa yang saya lakukan. Tapi memang tidak semua yang ada di hidup ini sesuai seperti yang kita inginkan. misalnya saya suka sama kamu tapi kamu nggak suka sama saya, *loh? Oke sorry OOT. Iya jadi waktu lagi asik ngoceh ada anak OSIS yang tiba-tiba masuk ruangan dan bilang “hehhhh!!! Siarane mlebu radio, di rungokne streamingan yo kenek. Aku tas ngrungokne, sopo sing sek tas siaran?” deg! Saya panic, artinya dari tadi saya didengerin orang luar, speechless, grogi, gugup, lupa tadi dari mana ceritanya duh..

Katanya nanti kalau lolos tahap pertama, tes vocal ini bakal dapat SMS dari panitia dan lanjut ke tahap berikutnya. Saya nunggu sampai Sabtu malam nggak ada SMS yang masuk, setiap ada SMS saya ‘ndredeg’ tapi ternyata SMS operator, oke saya kecewa setiap operator yang SMS. Saya curhat lagi sama omku, “Om, kaya e aku ora lolos tes wingi. Aku grogi, speechless gek msok ket saiki aku ora diSMS panitia.” Tak lama kemudian, “announcer kok pesimis.” “lha ket saiki aku ora diSMS lho:’(“ saya tambah emoticon nangis dibelakang biar agak drama ceritanya. “dadi uwong iku sing sabar.” Saya sudah gak terlalu berharap lagi buat jadi announcer, sama kayak saya yang sekarang udah nggak terlalu berharap kamu bakal suka sama aku.
Keesokan harinya, waktu bangun tidur saya langsung cari HP. Yah biasalah kan masih termasuk remaja yang bangun tidur langsung cek HP. Dengan mata masik belekan dan belum sadar sepenuhnya, saya lihat ada pesan masuk di HP. Ternyata pesan dari panitia, yang isinya pemberitahuan bahwa saya lolos ke tahap selanjutnya yang akan dilakukan hari jum’at depan. Ah saya langsung bangun dan saya baca lagi SMS tsb, dan saya senaaaaaaaaang sekali hahahaha. Berasa kayak dapat ucapan selamat pagi dari kamu. Langsung deh saya kasih tau om, dengan maksud mencari dukungan darinya.

Hari-haripun berlalu, ternyata tes tahap selanjutnya adalah tes wawancara. Oke, saya belum pernah wawancara, dan agak takut. Bayangan apa saja yang akan ditanyakan dalam wawancara sangat menakutkan. Akhirnya bbm lagi ke om, yah siapa tahu ada sedikit pencerahan tentang wawancara. “om, sok jum’at aku tes wawancara. Tes wawancara kui piye? Aku kudu piye?” “tes wawancara iku lek enek pertanyaan yo jawaben.” Sayaa gondok. Sebel. Saya malas balas bbmnya. kalau itu saya juga tau kali, memang benar apa yang dikatakan omku, tapi sayakan pengennya bukan jawaban seperti itu hu.
Pada hari H tes wawancara, saya kira bakal dibentak-bentak atau akan diintimidasi oleh pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara tapi ternyata saya salah. Wawancara hari itu suasanya asyik, yang mewawancarai adalah salah seorang guru olahraga yang juga seorang penyiar dan manager di salah satu radio di Tulungagung. Pertanyaan yang diajukan cukup mudah dan saya menjawab dengan lancar. Selesailah tahap tes kedua ini.
Sama seperti sebelumnya, apabila lolos tahap kedua akan diSMS oleh panitia. menunggu lagi. Dan saya, masih sama kayak manusia-manusia lain yang nggak suka menunggu. Tiap hari deg2an kalau ada SMS masuk. 3 hari berlalu dengan saya yang masih menunggu, rasa pesimis itu muncul lagi. Kadang saya iri dengan mereka yang bisa berfikir positif, optimis, dan selalu percaya diri. Saya berharap bisa jadi orang yang seperti itu. Ah sudahlah, paling tidak saya berani untuk mencoba, toh kalaupun tidak lolos, saya sudah dapat pengalaman. Mungkin bukan passion saya, bukan bakat saya menjadi bagian dari dunia keradioan.
Sama seperti yang pertama, ketika saya sudah tidak berharap lagi, saya dapat SMS yang berisi tentang ucapan selamat, akhirnya saya masuk menjadi team keradioan sekolah. Oh, syukurlah. Saya senang sekali tentunya. Tapi sayangnya belum resmi jadi seorang announcer, karena untuk menjadi seorang announcer perlu di seleksi lagi. Diseleksi sambil jalan katanya. Lagi pula di dunia keradioan itu tidak hanya melulu tentang announcer, ada penulis berita, pewawancara, dan bagian-bagian lain yang tak kalah penting dengan seorang penyiar, walaupun hanya berada dibelakang layar. Tapi tetap saja, saya benar-benar kepengen jadi seorang announcer.

Kebetulan hari Sab’tu kemarin di sekolahku ada CampusFair, dan team radio bertugas menyiarkan acara tersebut. Saya adalah salah satu yang beruntung karena mendapat kesempatan untuk siaran perdana hahaha. Oh ya dan juga hari ini, tepatnya hari Selasa pada jam istirahat saya berkesempatan untuk mewawancarai seorang kakak kelas. Hm, wawancara hari ini sebenarnya sangat tidak direncanakan alias dadakan. Saya belum menyiapkan pertanyaan apapun, Karena memang ‘ndadak’. Ini adalah pengalaman pertama saya mewawancarai orang secara langsung, biasanya kalau ada tugas wawancara di mapel Bahasa Indonesia kan ada persiapannya sedangkan tadi itu tidak ada persiapan sama sekali. Hmmm, agak grogi, dan sempat kesleo lidah pas penutupan hahaaa. Tapi untuk sesuatu yang dadakan dan pertama kali saya lakukan, saya kira nilainya 79 lah..

Saya berharap bisa menjadi pribadi yang lebih optimis lagi, selalu berfikian positif. Sama seperti yang dikatakan omku, tidak ada yang tidak mungkin. Yang penting niat. Usaha dan do’a juga sangat penting. Saya rasa merasa grogi, takut dan nggak PD itu manusiawi, siapa sih yang nggak pernah merasakannya? Kalian pasti juga pernah kan. Tinggal bagaimana kita mengatasi perasaan tsb, karena kita harus, wajib dan kudu bisa mengatasi mereka agar kita berani mencoba dan melakukan hal2 yang luar biasa. saya juga berharap saya bisa jadi announcer di radio sekolah. Aamiinin lah..

Karya: Ebril

No comments:

Post a Comment