Sekolahku tahun ini
punya Kepala Sekolah baru dan radio baru. Oh ya, saya bersekolah di
SMA Negeri 1 Ngunut. Ngomong-ngomong masalah yang baru-baru, jangan
sampe kalian nanya kapan saya punya pacar baru..
Kali ini saya bakal
cerita tentang radio baru. Hm, kenapa bukan cerita tentang kepsek
baru nya? Ya sebenarnya suka-suka saya sih mau cerita yang mana, tapi
kalau kalian masih ngotot pengen tau, alasannya karena saya tertarik
dengan dunia keradioan.
Jadi beberapa hari
setelah peresmian radio. Ada pengumuman bahwa dicari announcer untuk
radio sekolah. Otomatis dong, saya yang notabene tertarik sama dunia
keradioan sama kayak saya tertarik sama kamu, langsung daftar jadi
pacar kamu. Eh, jadi announcer ding. Waktu itu yang daftar ada 2
orang dari kelasku. Yaitu saya dan ketua kelas, namanya Junda.
Satu minggu setelah
pendaftaran, tepatnya hari Kamis, saya diberitahu bahwa besok ada tes
untuk announcer. “Bril, sesok bar jum’atan tes vocal ngge
penyiar radio.” Kata Junda. Hah? Tes? Tes vocal? “oi jun,
tes vocal kui sing piye sih?” “alah mek kon ngomong kaya
wong siaran, sing diomongne bebas. Mengko direkam terus diseleksi.”
Ohhhhhhh, sumpah pertama kali saya denger tes vocal, yang ada dibenak
saya adalah disuruh nyanyi hahahaa. Dan syukurlah ternyata bukan,
karena sadar, saya ini nggak bisa nyanyi. Jadi kalau sampe dites
nyanyi kemungkinan lolos Cuma 0,000000099% serius deh. Tapi tetep aja
waktu itu saya panic, keringet dingin, kejang-kejang, gelap………
becanda. Waktu itu saya Cuma merem, makanya gelap. Dan sekarang
masalahnya adalah saya nggak tau dan nggak pernah siaran sama sekali.
Sampe rumah saya inget
kalau salah satu omku pernah jadi announcer. Langsung aja tak bbm dan
curhat tentang saya yang nekat daftar jadi announcer di radio
sekolah, betapa nggak PD-nya. grogi, dan apakah punya peluang serta
mampu buat jadi seorang announcer? Awalnya saya kira bakal
dibecandain, karena kebiasaan sih kalau saya lagi serius malah
dibecandain. Tapi ternyata dugaan saya salah. Saya malah dikuliahin
panjang kali lebar sama dengan luas. “sik, kabeh kui nduwe
peluang nang ngendi ae. Tergantung kemauanmu. Lek masalah kemampuan
iso dipelajari sakwise awakmu ndue kemauan. Gedekne niatmu disik. Ora
oleh wedi, ora oleh grogi.” Oke, saya sangat
termotivasi setelah baca bbm tersebut. “pertama lan sing utama
iku public speaking mu. Pas awakmu ngomong gawe wong akeh kui piye,
iso dirungokne gak, iso dinikmati karo uwong gak, intonasi pas
ngomong diperhatikan, ekspresi, caramu merespon sekitar, aja
cengengesan gak jelas. Pokok announcer iku kudu peka.”
Begitulah kira-kira bbm dari omku, kayaknya sih masih panjang, tapi
saya lupa.
Besoknya saya masih
bingung mau ngomongin apa. Rencananya sih, saya mau ngomongin novel
yang baru selesai saya baca. Tapi kayaknya kok berat banget gitu
topiknya, saya pengen sesuatu yang agak santai lah. Dan tiba-tiba
saya ingat sama artikel yang saya tulis kemarin dulu tentang make up
yang juga pernah dipost di sini. Akhirnya saya memutuskan untuk
ngebahas masalah makeup pada saat tes vocal nanti.
Sampailah pada saat yang
menegangkan siang itu, namaku dipanggil buat tes. Oke, I must do
it and I can do it! Apalagi saya sudah janji, saya nggak bakal
grogi ataupun takut. Tapi apalah dayaku yang hanya manusia biasa
ini.. grogi? tetap, jantung berdetak kencang? Iya, saat memasuki
ruangan itu, dan adrenalin saya berada pada puncaknya. Berasa mau
ketemu gebetan baru duh
Kesan pertama saat masuk
ruang siaran adalah ruangannya dingin. Setelah mengisi daftar hadir
dan duduk ditempat yang sudah disediakan. Tanganku bergetar. Di
ruangan itu ada 3 orang anak manusia, yaitu saya dan 2 panitia dari
OSIS. “sudah siap?” Tanya salah satu anak OSIS. “Sik lah,
tak ambegan…….. saiki aku siap!” hm, tenang.. calm down..
ini hanya ngomong depan mic, nggak bakal masuk radio, Cuma direkam
untuk diseleksi. Begitu kiranya yang saya fikirkan untuk menenangkan
diri. Dan ngoceh pun dimulai !!!. Lama kelamaan saya menikmati apa
yang saya lakukan. Tapi memang tidak semua yang ada di hidup ini
sesuai seperti yang kita inginkan. misalnya saya suka sama kamu tapi
kamu nggak suka sama saya, *loh? Oke sorry OOT. Iya jadi waktu lagi
asik ngoceh ada anak OSIS yang tiba-tiba masuk ruangan dan bilang
“hehhhh!!! Siarane mlebu radio, di rungokne streamingan yo kenek.
Aku tas ngrungokne, sopo sing sek tas siaran?” deg! Saya panic,
artinya dari tadi saya didengerin orang luar, speechless, grogi,
gugup, lupa tadi dari mana ceritanya duh..
Katanya nanti kalau
lolos tahap pertama, tes vocal ini bakal dapat SMS dari panitia dan
lanjut ke tahap berikutnya. Saya nunggu sampai Sabtu malam nggak ada
SMS yang masuk, setiap ada SMS saya ‘ndredeg’ tapi ternyata SMS
operator, oke saya kecewa setiap operator yang SMS. Saya curhat lagi
sama omku, “Om, kaya e aku ora lolos tes wingi. Aku grogi,
speechless gek msok ket saiki aku ora diSMS panitia.” Tak lama
kemudian, “announcer kok pesimis.” “lha ket saiki aku ora diSMS
lho:’(“ saya tambah emoticon nangis dibelakang biar agak drama
ceritanya. “dadi uwong iku sing sabar.” Saya sudah gak terlalu
berharap lagi buat jadi announcer, sama kayak saya yang sekarang udah
nggak terlalu berharap kamu bakal suka sama aku.
Keesokan harinya, waktu
bangun tidur saya langsung cari HP. Yah biasalah kan masih termasuk
remaja yang bangun tidur langsung cek HP. Dengan mata masik belekan
dan belum sadar sepenuhnya, saya lihat ada pesan masuk di HP.
Ternyata pesan dari panitia, yang isinya pemberitahuan bahwa saya
lolos ke tahap selanjutnya yang akan dilakukan hari jum’at depan.
Ah saya langsung bangun dan saya baca lagi SMS tsb, dan saya
senaaaaaaaaang sekali hahahaha. Berasa kayak dapat ucapan selamat
pagi dari kamu. Langsung deh saya kasih tau om, dengan maksud mencari
dukungan darinya.
Hari-haripun berlalu,
ternyata tes tahap selanjutnya adalah tes wawancara. Oke, saya belum
pernah wawancara, dan agak takut. Bayangan apa saja yang akan
ditanyakan dalam wawancara sangat menakutkan. Akhirnya bbm lagi ke
om, yah siapa tahu ada sedikit pencerahan tentang wawancara. “om,
sok jum’at aku tes wawancara. Tes wawancara kui piye? Aku kudu
piye?” “tes wawancara iku lek enek pertanyaan yo jawaben.”
Sayaa gondok. Sebel. Saya malas balas bbmnya. kalau itu saya juga tau
kali, memang benar apa yang dikatakan omku, tapi sayakan pengennya
bukan jawaban seperti itu hu.
Pada hari H tes
wawancara, saya kira bakal dibentak-bentak atau akan diintimidasi
oleh pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara tapi ternyata saya salah.
Wawancara hari itu suasanya asyik, yang mewawancarai adalah salah
seorang guru olahraga yang juga seorang penyiar dan manager di salah
satu radio di Tulungagung. Pertanyaan yang diajukan cukup mudah dan
saya menjawab dengan lancar. Selesailah tahap tes kedua ini.
Sama seperti sebelumnya,
apabila lolos tahap kedua akan diSMS oleh panitia. menunggu lagi. Dan
saya, masih sama kayak manusia-manusia lain yang nggak suka menunggu.
Tiap hari deg2an kalau ada SMS masuk. 3 hari berlalu dengan saya yang
masih menunggu, rasa pesimis itu muncul lagi. Kadang saya iri dengan
mereka yang bisa berfikir positif, optimis, dan selalu percaya diri.
Saya berharap bisa jadi orang yang seperti itu. Ah sudahlah, paling
tidak saya berani untuk mencoba, toh kalaupun tidak lolos, saya sudah
dapat pengalaman. Mungkin bukan passion saya, bukan bakat saya
menjadi bagian dari dunia keradioan.
Sama seperti yang
pertama, ketika saya sudah tidak berharap lagi, saya dapat SMS yang
berisi tentang ucapan selamat, akhirnya saya masuk menjadi team
keradioan sekolah. Oh, syukurlah. Saya senang sekali tentunya. Tapi
sayangnya belum resmi jadi seorang announcer, karena untuk menjadi
seorang announcer perlu di seleksi lagi. Diseleksi sambil jalan
katanya. Lagi pula di dunia keradioan itu tidak hanya melulu tentang
announcer, ada penulis berita, pewawancara, dan bagian-bagian lain
yang tak kalah penting dengan seorang penyiar, walaupun hanya berada
dibelakang layar. Tapi tetap saja, saya benar-benar kepengen jadi
seorang announcer.
Kebetulan hari Sab’tu
kemarin di sekolahku ada CampusFair, dan team radio bertugas
menyiarkan acara tersebut. Saya adalah salah satu yang beruntung
karena mendapat kesempatan untuk siaran perdana hahaha. Oh ya dan
juga hari ini, tepatnya hari Selasa pada jam istirahat saya
berkesempatan untuk mewawancarai seorang kakak kelas. Hm, wawancara
hari ini sebenarnya sangat tidak direncanakan alias dadakan. Saya
belum menyiapkan pertanyaan apapun, Karena memang ‘ndadak’. Ini
adalah pengalaman pertama saya mewawancarai orang secara langsung,
biasanya kalau ada tugas wawancara di mapel Bahasa Indonesia kan ada
persiapannya sedangkan tadi itu tidak ada persiapan sama sekali.
Hmmm, agak grogi, dan sempat kesleo lidah pas penutupan hahaaa. Tapi
untuk sesuatu yang dadakan dan pertama kali saya lakukan, saya kira
nilainya 79 lah..
Saya berharap bisa
menjadi pribadi yang lebih optimis lagi, selalu berfikian positif.
Sama seperti yang dikatakan omku, tidak ada yang tidak mungkin. Yang
penting niat. Usaha dan do’a juga sangat penting. Saya rasa merasa
grogi, takut dan nggak PD itu manusiawi, siapa sih yang nggak pernah
merasakannya? Kalian pasti juga pernah kan. Tinggal bagaimana kita
mengatasi perasaan tsb, karena kita harus, wajib dan kudu bisa
mengatasi mereka agar kita berani mencoba dan melakukan hal2 yang
luar biasa. saya juga berharap saya bisa jadi announcer di radio
sekolah. Aamiinin lah..
Karya: Ebril
No comments:
Post a Comment