Komplek Candi Dadi berada pada
ketinggian 360 m dari permukaan laut, berada di areal kehutanan di
lingkungan RPH Kalidawir. Candi ini memiliki candi tunggal yang tidak
memiliki tangga masuk, hiasan, maupun arca. Candi tersebut berdiri tegak
pada puncak sebuah bukit di lingkungan pegunungan Walikukun. Denah
candi berbentuk bujursangkar dengan ukuran panjang 14 m, lebar 14 m, dan
tingi 6,50 m.
Bangunan berbahan batuan andesit itu
terdiri atas batur dan kaki candi. Berbatur tinggi dan berpenampil pada
setipa sisinya. Bagian atas batur merupakan kaki candi yang berdenah
segi delapan, pada permukaan tampak bekas tembok berpenampang bulat yang
kemungkinan berfungfi sebagai sumuran. Diameter sumuran adalah 3,35
dengan kedalaman 3 m.
Dalam perjalanan ke lokasi ini dapat
dilihat sisa bangunan kuna yang masing-masing disebut Candi Urung, Candi
Buto dan candi Gemali. Candi-candi yang disebut belakangan dapat
dikatakan tidak terlihat lagi bentuknya, kecuali gundukan batuan
andesit, itupun sudah dalam jumlah yang sangat kecil yang menandai
keberadaannya dahulu.
Latar Belakang Sejarah
Berakhirnya kekuasaan Hayam wuruk juga
merupakan masa suram bagi kehidupan agama Hindu-Budha. Pertikaian
politik yang terjadi di lingkungan kraton memunculkan kekacauan, seiring
dengan munculnya agama Islam. Dalam kondisi yang demikian, penganut
Hindu-Budha yang berupaya menjauhkan diri dari pertikaian yang ada
melakukan pengasingan agar tetap dapat menjalankan kepercayaan/tradisi
yang dimilikinya.
Sebagian besar memilih bukit-bukit atau
setidaknya kawasan yang tinggi dan sulit dijangkau. Biasanya tempat baru
yang mereka pilih merupakan tempat yang jauh dari pusat keramaian
maupun pusat pemerintahan. Candi Dadi adalah salah satu dari karya
arsitektural masa itu, sekitar akhir abat XIV hingga akhir abat XV.
No comments:
Post a Comment